Obesitas (part 1)
a. Definisi
Obesitas
adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke
dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas
merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Terjadinya
obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007)
Dengan
demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka
yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita,
pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya
labil.
b. Pemeriksaan
1) Menghitung body mass index (BMI)
Menurut indeks massa tubuh (IMT) :
BB/TB2. Dalam satuan kg / m2.
Menurut indeks massa tubuh (IMT) :
BB/TB2. Dalam satuan kg / m2.
2) Mengukur ketebalan kulit
3) Mengukur lingkar pinggang
4) Mengukur rasio lingkar
pinggang/panggul
5) DEXA (Dual Absorbptometri X-Ray)
6) BIA (Biometric Impendence Analysis)
7) Under
water weighing
8) MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
9) USG (Ultrasonografi)
c.
Penyebab
Faktor yang menyebabkan
obesitas secara langsung.
1)
Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah
faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor
tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Namun demikian,
ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic merupakan factor
penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
Menurut penelitian, anak-anak dari orang
tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan.
Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu meningkat
menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang
factor keturunan menjadi 70–80% (Purwati, 2001).
2) Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami
menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu
kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini
juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997).
Selain hormon tiroid hormone insulin juga
dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin mempunyai
peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami
peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam tubuhnyapun akan
meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone leptin yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab hormone ini berfungsi sebagai
pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal,
yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).
3) Obat-obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat
merangsang pusat lapar didalam tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi
obat- obatan tersebut, nafsu makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi
dalam waktu yang relative lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu
penyakit, maka hal ini akan memicu terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
4) Asupan
makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang
dikonsumsi seseorang. Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (over weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan Energi yang
tinggi (banyak mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang mengandung
serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positip ini
(Gibney, 2009)
Perlu diyakini bahwa obesitas hanya mungkin terjadi
jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber
energi. Dan kelebihan makanan itu sering tidak disadari oleh penderita obesitas
(Moehyi, 1997).
Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu
kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga.
Kebiasaan makan berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi
hal-hal bagaimana makanan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan,
siapa yang memakan, dan seberapa banyak yang dimakan.
Ketersediaan pangan juga mempengaruhi asupan makan,
semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhinya
seluruh kebutuhan zat gizi (Soekirman, 2000). Ketersediaan pangan sangat
dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan pemanfaatan sumberdaya masyarakat.
Sedangkan kedua hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
kemiskinan.
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah banyaknya zat
gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan,
tinggi badan, genetic, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang
dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996).
Kebutuhan energi total untuk orang dewasa diperlukan
untuk metabolisme basal, aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh
dinamik khusus (SDA). Kebutuhan energi terbesar diperlukan untuk metabolisme
basal (Almatsier, 2005).
Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa menurut
hasil penelitian keseimbangan nitrogen yaitu 0,75 gr/kg berat badan, berupa
protein patokan tinggi yaitu protein telur. Angka ini dinamakan safe level of
intake atau taraf asupan terjamin (Almatsier, 2005).
5) Aktivitas
Fisik
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya
karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik yang
berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal yang mempengaruhi
berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor
lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang
mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik
yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik
sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih
merupakan masalah kesehatan (Moehyi, 1997).
Faktor yang menyebabkan
obesitas secara tidak langsung
1)
Pengetahuan gizi.
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam
menggunakan pangan dengan baik sehingga
dapat mencapai keadaan gizi
yang cukup.
Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
pendidikannya.Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang
cukup, seseorang akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola
makan bagi dirinya maupun keluarganya. Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri
sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi
mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikannya. Pengetahuan tidak hanya
diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga dari informasi orang lain,
media massa atau dari hasil pengalaman orang lain.
2) Pengaturan
Makan
Hidangan gizi seimbang adalah makanan
yang mengandung zat gizi tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur yang
dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya
(Departemen Kesehatan RI, 1996) Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan
sumber energi utama. Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah
padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong ubi jalar dan
kentang), dan bahan makanan lain yang mengandung banyak karbohidrat seperti
pisang dan sagu. Gula tidak mengenyangkan tetapi cenderung dikonsumsi berlebih,
konsumsi gula berlebihan menyebabkan kegemukan. Oleh karena itu konsumsi gula
sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau 3-4 sendok makan
setiap harinya. Konsumsi zat tenaga yang melebihi kecukupan
dapat mengakibatkan kenaikan berat badan, bila keadaan ini berlanjut akan
menyebabkan obesitas yang biasanya disertai dengan gangguan kesehatan lainnya.
Berat badan merupakan petunjuk utama apakah seseorang kekurangan atau kelebihan energi dari makanan (Karyadi,
1996). Obesitas dapat terjadi jika konsumsi makanan dalam tubuh melebihi
kebutuhan, dan penggunaan energi yang rendah
(Wirakusumah, 1997). Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan
melebihi kebutuhan adalah :
a)
Makan berlebih
Tidak bisa mengendalikan nafsu makan
merupakan kebiasaan merupakan kebiasaan buruk, baik dilakukan dirumah,
restoran, saat pesta, maupun pada pertemuan-pertemuan. Apabila sudah merasa
kenyang, janganlah sekali-kali menambah porsi makanan meskipun makanan yang
tersedia sangat lezat.
Faktor ini sangat berhubungan erat dengan
rasa lapar dan nafsu makan. Begitu juga saat terjadi stress (rasa takut,
cemas), beberapa orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatiaannya pada
makanan.
b) Kebiasaan
mengemil makanan ringan
Mengemil adalah kebiasaan makan yang
dilakukan di luar waktu makan, dan makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil
yang rasanya gurih, manis manis dan biasanya digoreng. Bila kebiasaan ini tidak
dikontrol akan dapat menyebabkan kegemukan, karena jenis makanan tersebut
termasuk tinggi kalori. Namun jika rasa lapar sulit untuk ditahan, maka
makanlah makanan yang rendah kalori dan tinggi serat seperti sayuran dan
buah-buahan.
c) Suka makan tergesa-gesa
Makan secara terburu-buru akan
menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan, selain dapat
mengakibatkan rasa lapar kembali. Begitu pula dengan kebiasaan mengunyah
makanan yang kurang halus. Padahal makan dengan tidak terburu-buru dan
mengunyah makanan yang halus akan memelihara kesehatan gigi dan gusi.
d) Salah memilih dan mengolah makanan
Faktor ini biasanya disebabkan karena
ketidaktahuan. Tetapi banyak juga orang yang memilih makanan hanya karena
prestise semata. Misalnya, banyak orang yang lebih memilih makanan yang
cepat saji, padahal
makanan tersebut banyak
mengandung lemak, kalori dan gula yang berlebih, sedangkan kandungan
seratnya rendah. Selain makanan tersebut, masyarakat juga menyukai makanan
goreng- gorengan ataupun yang bersantan. Padahal minyak dan santan selain
tinggi kalori, juga merupakan lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga sulit
untuk dipecah menjadi bahan bakar. Oleh karena itu, biasakanlah memasak dengan
cara membakar, merebus, mengukus, memanggang dan mengetim.
Daftar Pustaka
Almatsier,
S. (2005). Prinsip Dasar Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bickeley,
L.S. dan Szilagyi, P.G. (2016). Buku Ajar
Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan (Edisi 11). Alih bahasa Pendit,
U.B. Jakarta : EGC
Gibney,
M.J., (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Hall, John E. (2011). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi Revisi Berwarna ke-12. Jakarta : Elsevier.
Mayo Clinic. (2015). Obesity. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/basics/definition/con-20014834?p=1.
[diakses tanggal 23 November 2016].
Misnadiarly.
(2007). Obesitas sebagai Faktor Resiko
Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
World
Health Organization. (2016). Obesity and
Overweight. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/. [diakses pada tanggal 20 November
2016].
http://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1470388284/attached_image/obesitas-alodokter.jpg
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....