PENGAWETAN DAN PEMANFAATAN DAUR ULANG
TUGAS PROYEK
BIOLOGI
PENGAWETAN DAN
PEMANFAATAN DAUR ULANG
DISUSUN OLEH
AJI SAKA (01)
AMMAR FARIS R (03)
M. IZZUR MAULA (14)
M. HARRY P (17)
ULUL ALBAB (29)
X MIIA 1
SMA NEGERI 1 BATANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
I. KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta Inayah – Nya kapada kami. Sehingga saya dapat menyelesaikan peyusunan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman kebodohan kepada jaman Ilmu Pengetahuan. Makalah ini berisi tentang PENGAWETAN HEWAN DAN PEMANFAATAN DAUR ULANG Dalam rangka penyusunan makalah ini, saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun dapat membantu saya agar dapat berkarya lebih baik lagi terutama dalam penyusunan makalah yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi khasanah Ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan.
Wassalamuallaikum Wr. Wb.
Batang,
Februari 2014
II. DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………. ii
Pembahasan
…………………………………………………………………………iii
i.
Pengawetan hewan
A.
Pengawetan
hewan untuk sarana pembelajaran……………………….....……… 4
B.
Pengawetan
hewan avertebrata ………………………………………………..... 8
C.
Pengawetan hewan dan tumbuhan dengan
bioplastik…………………………... 9
D.
Proses pengawetan
hewan……………………………………………………..... 10
E.
Teknik membuat awetan basah dan
awetan kering……………………………. ..15
ii.
Pemanfaatan daur ulang
A.
Latar
belakang ………………………………………………………………........18
B.
Metode
penelitian ……………………………………………………………......19
C.
Hasil
yang diharapkan ……………………………………………………….......20
Lampiran ……………………………………………………………………………
III. PEMBAHASAN
1). PENGAWETAN HEWAN
A. PENGAWETAN HEWAN
Pengawetan Hewan untuk Sarana Pembelajaran Mungkin kebanyakan dari kita belum mengetahui taxidermy. Taxidermy adalah seni pemasangan atau kegiatan mereproduksi hewan yang sudah mati untuk dijadikan trofi berburu dan sumber belajar. Istilah taxidermy berasal dari bahasa Yunani yang artinya "penataan kulit". Taxidermy dapat dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung, amfi bi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk museum atau sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir.
Mereka harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan. Kegiatan mengumpulkan hewan yang sudah dibekukan (taxidermy) mungkin pernah kita temui ketika berkunjung ke museum atau ke rumah seorang kolektor. Biasanya hewan-hewan tersebut menjadi hiasan. Sekilas terlihat seperti hewan yang masih hidup, tetapi sebenarnya telah mati. Memang sebenarnya mereka adalah hewan yang dikeraskan (dibekukan), tubuhnya asli, bukan buatan manusia. Tetapi, kebanyakan hewan taxidermy diletakkan pada museum-museum karena hewan-hewan yang dibekukan itu digunakan untuk belajar, sebagai media ilmu pengetahuan tentang anatomi tubuh hewan. Pada masa pemerintahan Victoria, taxidermy merupakan objek desain dan seni dekorasi yang mengacu pada pandangan kaum Barat terhadap dominasi manusia atas hewan.
Hampir setiap kota memiliki bisnis penyamakan pada abad ke-18. Kemudian, pada abad ke-19, para pemburu binatang membawa hasil buruan mereka ke toko kain pelapis jok. Di situ, para pekerja pelapis kain jok benar-benar akan menjahit kulit hewan dan barang-barang mereka dengan kain dan kapas. Istilah "barang isian" atau "boneka" berevolusi dari bentuk kasar taxidermy. Para ahli yaxidermy lebih memilih memasang dan mengisi dengan kapas yang terbungkus tubuh kawat dengan jahitan pada kulit yang masih bagus. Dalam sebuah artikel "Nouveau Dictionnaire d'histoire Naturelle" (1803-1804) yang dipopulerkan Arsenical Soap, Louis Dufresne adalah ahli mengisi binatang di museum nasional d'Histoire Naturelle dari tahun 1793. Teknik itu memungkinkan untuk membangun museum koleksi terbesar burung di dunia. Seni taxidermy mulai berkembang pada awal abad ke-20 oleh artis Carl Akeley, James L Clark, William T Hornaday, Coleman Jonas, Fredrick, William Kaempfer, serta Leon Bardoa. Di bawah pimpinan mereka, seni taxidermy berkembang menjadi bentuk modern.
Tokoh Anatomis mengembangkan setiap detail artistik dengan pose yang menarik secara akurat, dengan pengaturan yang realistis dan bentuk yang dianggap sesuai untuk spesies. Ini hanya perubahan dari karikatur populer menjadi sebuah trofi (piala). btr/R-2 Bentuk Seni yang Menarik Praktik metode para taxidermist telah meningkat selama satu abad terakhir dengan mempertinggi kualitas taxidermic dan menurunkan kualitas toksisitas. Prosesnya sama ketika menghilangkan kulit dari ayam yang belum dimasak. Proses taxidermy dapat dicapai dengan cara tidak membuka rongga tubuh hewan sehingga pengisian tidak harus melihat organ tubuh hewan tersebut. Praktik itu bergantung pada jenis kulit dan bahan kimia yang diterapkan pada kulit sehingga menjadi kulit yang kecokelatan. Kemudian dipasangkan pada manekin yang terbuat dari kayu, wol, dan kawat, atau bentuk poliuretan. Banyak ahli kulit AS menggunakan hewan beruang sebagai bahan taxidermy, tetapi sebagian dari mereka menggunakan ular, burung, dan ikan sebagai objek taxidermy. Pemasangan binatang telah lama dianggap sebagai suatu bentuk seni yang menarik. Seni ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pengerjaannya.
Tidak semua taxidermist modern menjadikan taxidermy ajang memburu trofi atau komersialitas. Dengan cara pembekuan, spesimen taxidermy dapat disimpan dan digunakan kemudian. Ahli pengisi binatang kemudian menghilangkan kulit. Kulit akan tampak kecokelatan dan diobati dengan bahan kimia. Kemudian melakukan pengukuran pada kulit yang tersisa untuk mengambil beberapa bagian tubuh dan kulit. Sebuah metode tradisional yang masih populer saat ini dengan cara melibatkan dan mempertahankan tengkorak asli dan tulang kaki dari spesimen, dan menggunakannya sebagai dasar untuk pembuatan manekin, dibuat dari rol kayu dan kawat galvanis. Ada cara lain dari metode ini, yaitu memplester bangkai hewan secara rapi, kemudian membuat salinan dari hewan tersebut dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode pembuatan taxidermy. Kemudian sebuah cetakan akhir terbuat dari resin poliester dan kain kaca. Suatu bentuk poliuretan dibuat untuk produksi akhir. Cetakan yang digunakan untuk menghasilkan tokoh binatang disebut "bentuk". Bentuk juga dapat dibuat dengan patung hewan di tanah liat. Banyak orang menghasilkan bentuk dan dijadikan stok dalam berbagai ukuran. Kemudian mata kaca biasanya ditambahkan ke dalam bentuk, dan dalam beberapa kasus menggunakan gigi palsu, lidah, rahang, atau untuk beberapa burung menggunakan paruh dan kaki buatan. Seiring berjalannya waktu, tren taxidermy semakin populer, yaitu membekukan hewan secara kering (freezing dry). Metode freezing dry biasanya dilakukan pada reptil, burung, dan mamalia kecil seperti kucing, tikus besar, serta beberapa jenis anjing.
Metode ini memang terlalu memakan
waktu dan mahal. Kemudian ada istilah rogue taxidermy yang diperkenalkan oleh
Minneapolis, keolmpok yang berbasis pada the Minnesota Association of Rogue
Taxidermists (MART) pada oktober 2004. Asosiasi
itu didirikan oleh Sarina Brewer, Scott Bibus, dan Robert Marbury. Lantas, ada
istilah taxidermy antropomorfik, yakni tempat boneka binatang yang berpakaian
layaknya orang, atau ditampilkan seolah-olah terlibat dalam kegiatan manusia.
Metode ini sangat populer pada era Victoria dan Edward, tetapi gaya atau metode
ini masih dapat kita temukan saat ini. Praktisi yang terkenal dengan metode ini
adalah Walter Potter dan Edward Hart yang menggambarkan atau membuat seri tinju
dua tupai merah. btr/R-2 Pengakuan Amanda Seyfried Aktris cantik Amanda
Seyfried ternyata memiliki hobi yang cukup aneh. Ia ternyata senang sekali
mengoleksi hewan- hewan yang diawetkan alias taxidermy. Bersama dengan mantan
kekasihnya, Ryan Phillippe, aktris multitalenta ini adalah seorang pencinta
seni taxidermy (seni mengawetkan binatang). Tentu saja ia membuat banyak orang
terkejut dengan pernyataannya karena biasanya yang memiliki hobi tersebut
adalah orang-orang geek. "Aku memang seorang penggemar taxidermy, aku
lebih suka mengoleksi binatang-binatang yang diawetkan, yang tubuh dan kulit
yang masih dalam bentuk utuh," kata dia. Karena kecintaannya pada seni taxidermy
ini, wanita berambut pirang yang berperan sebagai Karen Smith di film Mean
Girls (2004) itu rela mengeluarkan uang berapa pun untuk memuaskan keinginannya
mengoleksi binatang-binatang yang telah diawetkan. "Belum lama ini, aku
membeli seekor kuda yang diawetkan. Ini adalah binatang utuh kedua yang aku
beli. Harga kuda itu 1.900 euro (sekitar 25 juta rupiah).
Memang mahal sih, tapi ini sebuah seni yang aku suka,"
pungkas dia. berbagai sumber/btr/R-2 B. Pengawetan Hewan Kering dengan
Taksidermi Post by Sarna Suryana di 11/25/2010 Pengawetan hewan kering dengan
cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan
organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu
sendiri. Urutan proses pengawetan kering hewan dengan taksidermi ini sudah saya
postingkan pada artikel di sini. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi kepada
para pembaca blog saya yang sederhana ini mengenai teknis pengerjaan pengawetan
hewan dengan cara pengeringan ini lebih detail disertai foto kegiatan yang
pernah saya lakukan mudah-mudahan bermanfaat (foto-foto ini saya ambil
kebetulan dapat job/order/terima jasa pengawetan hewan kering dari seseorang
yang sangat menyayangi hewan tersebut. Hewan tersebut adalah seekor anjing yang
sudah berusia 15 tahun (mati karena usia)
Berikut
tahapan proses pengawetan hewan dengan cara pengeringan/taksidermi :
1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini).
1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini).
3. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
4. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.
B. TEKNIK PENGAWETAN HEWAN
AVERTEBRATA
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri. Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri. Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu
1. kegiatan mematikan hewan Yaitu
dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti
alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan
yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu.
Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai
berikut :
a. menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%. f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
2. Fiksasi Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3. Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur. Pengawetan hewan dan tumbuhan Pengawetan hewan dan tumbuhan diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang dan juga sebagai alat peraga dan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar. Pengawetan pada hewan dilakukan dengan dua macam cara, yaitu : pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan kering dilakukan dengan taksidermi dan pembuatan rangka. Pengawetan basah dilakukan dengan menggunakan beberapa macam larutan pengawetan, yaitu sebagai berikut.
a. menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%. f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
2. Fiksasi Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3. Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur. Pengawetan hewan dan tumbuhan Pengawetan hewan dan tumbuhan diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang dan juga sebagai alat peraga dan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar. Pengawetan pada hewan dilakukan dengan dua macam cara, yaitu : pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan kering dilakukan dengan taksidermi dan pembuatan rangka. Pengawetan basah dilakukan dengan menggunakan beberapa macam larutan pengawetan, yaitu sebagai berikut.
1. Alcohol 70% sebagai larutan fiksasidan pengawetan untuk hewan kecil
2. Formalin 4%sebagai larutan pengawet hewan seperti katak, reptile, dan mamalia kecil.
3. Formalin 2-3% sebagai larutan pengawet yang disuntikkan kedalam tubuh hewan berukuran besar selain direndam dengan larutan formalin 4%. Pengawetan pada tumbuhan umumnya dilakukan dengan pengawetan kering. Koleksi tumbuhan yang diawetkan disebut herbarium.
C. PENGAWETAN HEWAN atau TUMBUHAN DENGAN BIOPLASTIK
Bioplastik
merupakan pengawetan spesimen hewan atau
tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk
kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu Teknik
pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan
antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam
penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak
bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja).
Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan
segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk
mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus
hidupnya. Alat dan Bahan yang Diperlukan:
1. Cetakan dari bahan stainles atau permukaan halus dan kuat, misalnya kaleng wadah bekas, tatakan.
1. Cetakan dari bahan stainles atau permukaan halus dan kuat, misalnya kaleng wadah bekas, tatakan.
2. Gelas
pengaduk dari plastik dan sendok pengaduknya
3. Girinda dengan batunya/amplas dari nomor 100 sampai 1500
4. Poliester resin
5. Katalis (etil metil keton peroksid 50%)
6. Styren 7. Pengkilat permukaan (kit)
8. Braso/san poly, pengkilap logam
9. Compound kuning
10. Kain halus
11. Kikir tangan
12. Detergen
13. Bahan-bahan yang akan diawetkan dari hewan atau tumbuhan atau objek lainnya.
Cara Kerja
A. Persiapan Menentukkan bahan yang akan diawetkan (tumbuhan/hewan), kalau tumbuhan ada proses pengeringan, dan kalau hewan ada proses pematian spesimen serta pengeringan.
1. Mematikan Spesimen
2. Pengeringan Spesimen
3. Pembuatan Label
4. Pembuatan Cetakan
5. Bahan/spesimen yang akan diawetkan, dipilih bentuk dan ukurannya
D. PROSES PENGAWETAN HEWAN
Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhandan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalammempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalamkegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangatmembantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan .
Insektarium Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga
Diantaranya ialah pergi ke lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-seranggatersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya. Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satukali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.
Alat dan Bahan yang diperlukan :
1.Jala serangga (insect net)
2.Botol pembunuh serangga (Insect killing jar).
3.Tromol.
4.Kantong plastik.
5.Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop.
6.Perentang serangga (Spreading board).
7.Pinset. 8.Kotak serangga.
9.Jarum serangga.
10.Kartu label.
11.Kapurbarus/silikagel.
3. Girinda dengan batunya/amplas dari nomor 100 sampai 1500
4. Poliester resin
5. Katalis (etil metil keton peroksid 50%)
6. Styren 7. Pengkilat permukaan (kit)
8. Braso/san poly, pengkilap logam
9. Compound kuning
10. Kain halus
11. Kikir tangan
12. Detergen
13. Bahan-bahan yang akan diawetkan dari hewan atau tumbuhan atau objek lainnya.
Cara Kerja
A. Persiapan Menentukkan bahan yang akan diawetkan (tumbuhan/hewan), kalau tumbuhan ada proses pengeringan, dan kalau hewan ada proses pematian spesimen serta pengeringan.
1. Mematikan Spesimen
2. Pengeringan Spesimen
3. Pembuatan Label
4. Pembuatan Cetakan
5. Bahan/spesimen yang akan diawetkan, dipilih bentuk dan ukurannya
D. PROSES PENGAWETAN HEWAN
Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhandan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalammempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalamkegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangatmembantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan .
Insektarium Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga
Diantaranya ialah pergi ke lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-seranggatersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya. Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satukali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.
Alat dan Bahan yang diperlukan :
1.Jala serangga (insect net)
2.Botol pembunuh serangga (Insect killing jar).
3.Tromol.
4.Kantong plastik.
5.Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop.
6.Perentang serangga (Spreading board).
7.Pinset. 8.Kotak serangga.
9.Jarum serangga.
10.Kartu label.
11.Kapurbarus/silikagel.
Untuk lebih
jelasnya dikenalkan satu-persatu mengenai alat serta bahan yang dipergunakan
untuk koleksi dan pengawetan serangga tersebut sebagai berikut.
B.1.a.Jala serangga adalah bahan yang digunakan untuk membuat jala serangga.yaitu : kain kelambu, kain katun, bangkai dari kawat, tangkai kayu, tali pengikat atau pipa besi
B.1.b.Botol pembunuh serangga Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutupyang rapat. Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh seranggamisalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapatlapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard.
B.1.c.Tromol Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyaitutup dan mempunyai tali yang dapat disandang.
B.1.d.Kantong plastik Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya.
B.1.e.Amplop Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempatmenyimpan serangga sementara.Cara membuat amplop :-Kertas HVS ukuran folio (ABCD).- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.- Setelah dilipat terlihat seperti gambar. - Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk amplop.
B.1.f.Pinset Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larvaserangga.
B.1.g.Perentang serangga Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyaiukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak padagambar.
B.1.h.Kotak serangga Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan seranggayang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu ataukarton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebutdapat dibuka.Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisadigeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung darikebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebalkotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagianyang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuatdari lempengan gabus atau lembaran busa.
B.1.i.Jarum serangga Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjangdari jarum pentul.
B.1.j. Kertas label Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putihdengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8mm2.
B.1.k. Kapur barus Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasadigunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa danditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku payung.
B.2. Cara Menangkap Serangga Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga padaumumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau padasemak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali padarumput atau semak tersebut.Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedangterbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebutsegera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengancara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup dengan rapat. Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabiladengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagiantubuh serangga, misalnya sayap akan robek. Juga pengambilan serangga dengancara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyaisengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecilatau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkanuntuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yangtelah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisiserangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol.
B.3. Cara Merentang Serangga Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahuluserangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktumerentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat danmudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinyasemua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.Serangga yang akan direntang bagianthoraknya(dada) ditusuk dengan jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagianyang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) seranggamenghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentangserangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harusditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntangserangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari bahan kitin. Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiyaserangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukandengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum- jarum secara berhati-hati.Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka seranggatersebut belum kering betul.
B.4.Cara Penusukan Serangga Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagiantubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan padathorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kananscutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelahkanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada elytron sebelah kanan.
A. Kupu-kupu
B. Lalat
B.1.a.Jala serangga adalah bahan yang digunakan untuk membuat jala serangga.yaitu : kain kelambu, kain katun, bangkai dari kawat, tangkai kayu, tali pengikat atau pipa besi
B.1.b.Botol pembunuh serangga Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutupyang rapat. Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh seranggamisalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapatlapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard.
B.1.c.Tromol Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyaitutup dan mempunyai tali yang dapat disandang.
B.1.d.Kantong plastik Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya.
B.1.e.Amplop Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempatmenyimpan serangga sementara.Cara membuat amplop :-Kertas HVS ukuran folio (ABCD).- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.- Setelah dilipat terlihat seperti gambar. - Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk amplop.
B.1.f.Pinset Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larvaserangga.
B.1.g.Perentang serangga Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyaiukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak padagambar.
B.1.h.Kotak serangga Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan seranggayang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu ataukarton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebutdapat dibuka.Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisadigeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung darikebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebalkotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagianyang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuatdari lempengan gabus atau lembaran busa.
B.1.i.Jarum serangga Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjangdari jarum pentul.
B.1.j. Kertas label Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putihdengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8mm2.
B.1.k. Kapur barus Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasadigunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa danditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku payung.
B.2. Cara Menangkap Serangga Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga padaumumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau padasemak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali padarumput atau semak tersebut.Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedangterbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebutsegera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengancara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup dengan rapat. Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabiladengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagiantubuh serangga, misalnya sayap akan robek. Juga pengambilan serangga dengancara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyaisengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecilatau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkanuntuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yangtelah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisiserangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol.
B.3. Cara Merentang Serangga Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahuluserangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktumerentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat danmudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinyasemua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.Serangga yang akan direntang bagianthoraknya(dada) ditusuk dengan jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagianyang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) seranggamenghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentangserangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harusditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntangserangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari bahan kitin. Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiyaserangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukandengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum- jarum secara berhati-hati.Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka seranggatersebut belum kering betul.
B.4.Cara Penusukan Serangga Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagiantubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan padathorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kananscutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelahkanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada elytron sebelah kanan.
A. Kupu-kupu
B. Lalat
C. Kepik
D. Belalang
E. Serangga bersayap perisai
B.5. Cara Memberi Label Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggaldan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dandiletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitusekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kananserangga.
B.6.Cara Menyusun Koleksi Serangga Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberilabel disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo danFamilinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarumterpisah demikian juga label Famili.Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo danfamili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dankolektor.
B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan caramenggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukansecara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukansecara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalamcairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasidibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkandalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk akan rusak.
B.7.a.Bahan Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialahetil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuhserangga dan larva ialah etil alkohol 95%.
B.7.b.Cara mengawetkan Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24 jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etilalkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanyatidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yangtidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,menggelembung atau bentuknya berubah.
B.7c. Cara membunuh larva
1.Dengan cara kimiawi Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperti campuran XA: Xilene ......................1
bagian Etil alkohol 95% ..............1
bagian
D. Belalang
E. Serangga bersayap perisai
B.5. Cara Memberi Label Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggaldan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dandiletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitusekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kananserangga.
B.6.Cara Menyusun Koleksi Serangga Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberilabel disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo danFamilinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarumterpisah demikian juga label Famili.Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo danfamili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dankolektor.
B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan caramenggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukansecara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukansecara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalamcairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasidibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkandalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk akan rusak.
B.7.a.Bahan Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialahetil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuhserangga dan larva ialah etil alkohol 95%.
B.7.b.Cara mengawetkan Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24 jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etilalkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanyatidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yangtidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,menggelembung atau bentuknya berubah.
B.7c. Cara membunuh larva
1.Dengan cara kimiawi Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperti campuran XA: Xilene ......................1
bagian Etil alkohol 95% ..............1
bagian
2. Dengan
cara pemanasan Cara ini dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam air panas
yangdibiarkan airnya sampai dingin dan diawetkan dalam etil alkohol 75%.
E. TEKNIK MEMBUAT AWETAN BASAH DAN AWETAN KERING
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.
A. Cara Pembuatan Awetan Kering
1. Awetan pada hewan Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
(1) bak bedah;
(2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset;
(3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup;
(4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit;
(5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin;
(6) air. Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.
a. Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini.
b. Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
c. Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
d. Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.
e. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.
f. Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
g. Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.
h. Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
i. Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup. Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca. Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam bentuk tulang.
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.
A. Cara Pembuatan Awetan Kering
1. Awetan pada hewan Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
(1) bak bedah;
(2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset;
(3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup;
(4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit;
(5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin;
(6) air. Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.
a. Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini.
b. Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
c. Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
d. Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.
e. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.
f. Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
g. Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.
h. Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
i. Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup. Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca. Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam bentuk tulang.
Cara membuat
awetan kering angka katak adalah sebagai berikut:
a. Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal mungkin.
b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.
c. Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.
d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.
e. Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi lebih awet.
f. Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut
Membuat insektarium Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.
a. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya.
b. Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform.
c. Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah. d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
e. Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
f. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.
g. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.
h. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
i. Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.
a. Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal mungkin.
b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.
c. Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.
d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.
e. Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi lebih awet.
f. Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut
Membuat insektarium Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.
a. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya.
b. Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform.
c. Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah. d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
e. Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
f. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.
g. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.
h. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
i. Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.
2. Awetan basah pada hewan
Berikut ini
langkah-langkah membuat awetan basah
:
a. Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.
a. Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.
2).
PEMBUATAN PANEL PAPERCRETE DENGAN
MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS KORAN
I.
LATAR BELAKANG MASALAH
Kertas bukanlah barang yang asing
lagi di telinga masyarakat luas. Banyaknya pemanfaatan kertas pada kehidupan
sehari-hari, tentunya akan menyisakan limbah setelah fungsi kertas tidak
termanfaatkan lagi. Pada umumnya, limbah kertas yang ada hanya terbuang tanpa
manfaat. Ini disebabkan karena masyarakat belum terlalu memperhatikan seberapa
besar dampak limbah kertas terhadap pencemaran lingkungan. Kemungkinan untuk
mendaur ulang dan memperdayagunakan limbah kertas juga masih sangat terbatas.
Padahal, limbah kertas dapat dimanfaatkan menjadi bahan batu batako dengan
metode papercrete. Hal ini sekaligus
membantu mengurangi dampak limbah kertas terhadap lingkungan apabila kertas
hanya dijadikan sebagai sampah. Untuk menimbulkan kepercayaan dan ketertarikan
masyarakat, diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap bahan bangunan
menggunakan metode pepercrete. Selain itu, perlu juga dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat luas.
II.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
dan Benda Uji
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk
kertas koran bekas sebagai bahan pengisi, semen portland putih 50 kg/zak
sebagai perekat dan bahan tambah gula pasir. Benda uji yang digunakan untuk uji
kuat lentur dengan benda uji panel 305 mm x 356 mm x 7 mm, untuk uji kuat tekan
dengan benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm dan untuk uji serapan air dengan benda
uji 100 x 100 x 7 mm. Jumlah dari masing-masing variasi benda uji adalah 3 buah
B. Peralatan
Peralatan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah alat penghancur kertas dan
pengadukcampuran papercrete dari modifikasi mata bor, cetakan panel dan
cetakan kubus, alat Pengempa dengan menggunakan UTM, oven digunakan
untuk pengujian awal kandungan air dalanm kertas dan pengujian serapan air, dan
mesin uji kuat lentur dan uji tekan, dan alat pendukung lainnya.
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kertas
koran yang telah dihancurkan dikeringkan menjadi bubuk kertas dibuat dalam
keadaan jenuh air. dengan kadar air sebesar 180%. Gula pasir sebagai bahan
tambah dihaluskan untuk kemudian disiapkan sesuai dengan berat yang dibutuhkan
untuk setiap adukan. Pemeriksaan bahan penyusun papercrete Pemeriksaan
dilakukan pada pemeriksaan air dan semen secara visual, pemeriksaan berat
satuan semen dan kertas, dan pemeriksaan kadar air pada bubuk kertas. Tahap
perencanaan campuran adukan papercrete Perhitungan proporsi berat
campuran, sampai mendapatkan mix design campuran sebelum dipadatkan.
Dengan mix design awal dilakukan uji coba pencampuran, untuk mendapatkan
metode pencampuran yang menghasilkan homogenitas campuran, dengan mengoreksi
fas. Setelah mendapatkan campuran yang homogen, dilakukan uji coba pengempaan,
adalah untuk mendapatkan faktor pemadatan yang merupakan perbandingan ketebalan
pengisian dengan hasil pengempaan. Dari hasil mix design awal dan uji coba
pencampuran dan pengempaan yang dilakukan maka didapat perhitungan bahan (mix
design) terkoreksi, berdasarkan perhitungan awal, koreksi fas dari uji coba
pencampuran, uji coba pengempaan, koreksi Arief G., Iman S., Kardiyono T., 790
Pemanfaatan Limbah Kertas Koran…berat beton dan faktor keamanan volume
campuran.
Berdasarkan
mix design akhir dibuat campuran dengan urutan pencampuran dan
pengempaan sesuai dengan hasil uji coba. Masukkan campuran pada cetakan
benda uji dengan jumlah volume sesuai dengan ketinggian hasil uji coba
sebagai faktor pemadatannya. Selanjutnya dilakukan pengempaan menggunakan UTM
sebagai alat pengempa, dengan tegangan yang sama untuk perlakuan
pengempaan masing-masing benda uji. Setelah pengempaan panel maupun kubus papercrete
dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pemeliharaan sampai dengan 28 hari.
Pemeliharaan papercrete ini tidak dilakukan perendaman, mengingat bah an
kertas sangat menyerap air, dan dikhawatirkan akan merusak ikatan semen dengan
kertasnya.
Papercrete terbuat dari bubur kertas, air, dan sejumlah
kecil semen. Pada dasarnya, kertas apapun bisa digunakan termasuk koran bekas,
buku telepon, dan kardus, namun surat kabar, majalah, dan kertas kantor
merupakan bahan yang terbaik untuk papercrete. Batu batako tradisional dibuat
dengan sekelompok pasir atau kerikil yang dicampur dengan semen. Karena pasir
tidak bisa terus bercampur sendiri, hal itu membutuhkan banyak semen untuk menjaga
keutuhannya. Kertas, selain berserat juga saling bercampur sendiri. Oleh karena
itu, membutuhkan semen jauh lebih sedikit dan tentunya biaya yang lebih murah.
Berikut adalah beberapa recipies umum membuat empat batu
bata, dengan membuat satu bata dari setiap resep untuk menguji itu.
1. 50%
pulp kertas basah : tanah yang lembab 30% : pasir kering 10% : 10% Portland
semen
2. 60%
pulp kertas basah : tanah yang lembab 20% : pasir kering 15% : 15% Portland
semen
3. 65%
pulp kertas basah : tanah yang lembab 25% : 10% Portland semen
4. 70%
pulp kertas basah: tanah yang lembab 15% : 15% Portland semen
Langkah pertama dalam membuat papercrete adalah pembuatan pulp kertas. Papercrete adalah jenis semen berserat yang dibuat dengan cara menghaluskan kertas bekas sehingga menjadi bubur kertas, kemudian bubur kertas tersebut dikompresi sehingga hilang airnya. Setelah kertas tersebut telah "pulped", pembangun menambahkan semen. Tergantung pada apa papercrete akan digunakan untuk, semen lebih atau kurang ditambahkan - lebih untuk permukaan keras seperti lantai, kurang untuk dinding. Pada saat itu, papercrete adalah pasta, tebal abu-abu dan dapat digunakan persis seperti beton.
Setelah itu diaduk bersama dengan
mortar (semen+air+pasir) kemudian dituang ke dalam cetakan yang telah diberi
wire mesh (bertujuan untuk mempertinggi kuat lentur papercrete). Tuang ke dalam
cetakan Anda namun akan menggunakannya memastikan bahwa jika itu dalam cetakan
yang dikemas itu di sana juga seperti itu tidak akan terlihat benar atau secara
struktural suara jika itu punya kantong di dalamnya. Biarkan mengering untuk
sementara waktu semalam atau sesuatu di tempat yang kering Ketika Anda bangun,
angkat cetakan dan kocok / tekan batu bata Ketika saya katakan semalam sesuatu
seperti batu bata jika Anda melakukan sebuah patung cor yang besar, mungkin
diperlukan waktu sebentar sebelum Anda harus melepaskan cetakan Batu bata tentu
tidak kering pada titik ini, jadi biarkan mereka duduk di sana untuk sementara
waktu dan kering. Tempatkan mereka pada palet secepat Anda bisa, atau beberapa
bentuk permukaan di mana udara dapat mendapatkan sebanyak mungkin
permukaan,digunakan cetakan untuk melakukan hal ini. Papercrete dituangkan ke
dalam cetakan, kemudian ditetapkan di bawah sinar matahari sampai kering.
Cetakan yang digunakan didesain sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan sistem
knock down pada saat perakitan. Campuran tebal kemudian dapat dituangkan ke
dalam cetakan dan cor seperti beton, membuat blok, panel dan bentuk lain yang
tak terhitung.
Setelah kering, batu bata bisa
digunakan seperti batu bata tradisional - menggunakan papercrete lebih sebagai
mortir untuk terus bersama-sama batu bata. Karena kertas penyerap, harus ada
beberapa jenis lapisan pada struktur dibuat dengan papercrete. Setiap cat atau
lapisan tahan air dapat digunakan, tetapi favorit Stan adalah mencuci kapur
dibuat dengan kapur, air, garam, dan Nepal kaktus. Hal ini mencuci kapur tetap
dingin bahkan di sinar matahari langsung, yang menambah kemampuan isolasi dari
papercrete sendiri. Ketika sembuh dan dikeringkan, papercrete yang kuat,
ringan, isolasi dan memiliki banyak sifat untuk membuat bahan bangunan yang
ideal. Papercrete dan bahan semen berserat tidak dapat dicampur seperti beton
dalam mixer berputar, karena jumlah besar kertas harus diparut menjadi bubur. Apa yang dibutuhkan adalah food processor besar dengan pisau
berputar.
Kekurangan Papercrete
Sebagian besar kerugian dari
bangunan dengan papercrete karena kelangkaan relatif dari bahan.
1.
Mesin dirancang untuk digunakan dengan beton tradisional yang dibangun untuk
digunakan dengan bahan yang sangat berat, sehingga mesin-mesin berat dan mahal.
Sementara mesin-mesin tentu bekerja untuk papercrete, daya tahan ekstrim tidak
perlu. Karena beratnya papercrete sebagian kecil dari beton tradisional, ringan
mesin mudah akan cukup. Namun, karena jumlah kecil orang bangunan dengan
papercrete saat ini, jenis mesin ini tidak tersedia secara komersial, yang
berarti bahwa harus membeli mesin mahal atau membangun sendiri.
2.
Seperti papercrete tumbuh dalam popularitas, akan menjadi sulit untuk menemukan
kertas cukup. Sekarang, ada kelebihan kertas melimpah, dan satu bisa mendapatkan
kertas sebanyak yang Anda inginkan secara gratis. Seperti papercrete tumbuh
dalam popularitas, orang akan menyadari bahwa ada pasar untuk kertas tua dan
mulai menjualnya - dengan demikian biaya bangunan dengan papercrete akan naik.
3.
Kelemahan lain untuk papercrete adalah bahwa hal itu menyerap air. Satu harus
berhati-hati untuk menempatkan lapisan pelindung yang baik pada semua permukaan
eksterior yang mungkin terkena hujan. Hal ini juga sulit untuk digunakan pada
tanah karena akan menyerap air dari bumi sekitarnya.
Keuntungan dari Papercrete
Ada banyak keuntungan dari menggunakan papercrete dalam
konstruksi.
1.
Ramah lingkungan: Salah satu komponen utama di landfill saat ini adalah kertas.
Dengan menggunakan kertas dalam bangunan, kita dapat secara signifikan
mengurangi jumlah kertas yang berakhir di landfill.
2.
Ringan, tapi kuat: Adalah lebih mudah bagi seseorang untuk mengangkat 5-pon
blok papercrete sepanjang hari dari 35 pon blok beton.
3.
Mudah digunakan: Papercrete dengan mudah dapat dicetak menjadi bentuk apapun.
Dekorasi dapat dibuat seolah-olah menggunakan bubur kertas.
4.
Isolasi: Ketika menggunakan beton, panas dari matahari akan panas dinding dan
beton akan memungkinkan panas yang melewati semua jalan melalui dan memancarkan
ke bagian dalam rumah. Kertas, di sisi lain, tidak memungkinkan untuk transfer
panas. Meskipun matahari bisa mengalahkan bawah pada dinding papercrete
sepanjang hari, panas tidak akan mentransfer melalui interior.
5.
Biaya rendah: Karena struktur yang dibuat dengan bahan daur ulang papercrete
95%, biaya sangat rendah.
III. HASIL YANG
DIHARAPKAN
. Proses produksi papercrete menggunakan bahan dasar
kertas bekas (limbah) sangat bermanfaat terhadap lingkungan sebagai salah
satu bentuk penyegahan pencemaran lingkungan dari limbah koran dan mampu
meminimalisir penebangan pohon sebagai bahan bangunan. Dengan menggunakan
metode papercrete dalam membuat
batako, diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan dan kerugian yang
diakibatkan bencana gempa. Selain itu, berat satuan yang lebih ringan
dibandingkan dengan agregat pada umumnya yaitu sebesar 1020 kg/m3, maka dengan
cara dibuat bubuk kertas dan dijadikan bahan pengisi pembuatan panel papercrete
dengan tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan bahan limbah kertas koran
sebagai bahan agregat dengan perekat semen putih sebagai bahan panel papercrete.
Mengetahui perbandingan campuran semen dan bubuk dari limbah kertas koran yang
optimal dan cara pembuatannya, serta mengetahui sifat mekanis masing-masing
campurannya.
Dengan membuat papercrete menjadi panel maka
penelitian in diharapkan memberikan alternative bahan dinding dan ceilling dengan
bahan bangunan yang ringan, kuat dan aman, sebagai peningkatan terhadap
kemanfaatan bahan limbah kertas untuk bahan bangunan, sekaligus mengurangi
permasalahan limbah dan dapat mengurangi anggaran biaya bangunan. Selain itu
karena materialnya yang mudah didapat serta proses pembuatannya yang sederhana,
mudah dan murah, maka diharapkan pembuatan batako dengan bahan dasar papercrete
dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat.
LAMPIRAN
I.
FOTO
II.
DATA PENGELUARAN
A.
PEMBUATAN PANEL
Kertas koran -
Semen putih Rp 13.000
Lem kayu Rp
3.000
B.
PEMBUATAN PENGAWETAN HEWAN
Sterofom RP 10.000
Aquarium kecil RP 8.000
2Lopster RP 14.000
Kertas asturo RP 4.500
Double tip RP
3.000
Pilog RP 19.000
Lem kertas RP
3.000
Suntikan RP
1.000
Kaca RP
6.000
Lem kaca RP 6.000
Lele RP 5.000
JUMLAH RP 95.500 dibagi sebanyak 5 orang
Jadi setiap individunya membayar Rp 19.100
DAFTAR PUSTAKA
Arief. 2008. Pemanfaatan
Limbah Kertas Koran Untuk Pembuatan Panel Papercrete. Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Dobby.2004. Perilaku Mekanik
Papercrete Dari Semen, Kertas dan Pasir, dengan Bahan Dasar 1
Semen : 3 Bubuk Kertas. Tugas Akhir JTS, FT UGM : Yogyakarta.
Norman., dan Juis W U., 2009. Alternatif
Penggunaan Limbah Pabrik KertasSebagai Pengganti Semen (Cementitous)
Dalam Pembuatan Beton. Skipsi,Universitas
Muhamadiyah Surakarta
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....