PENGAWETAN DAN PEMANFAATAN DAUR ULANG

TUGAS PROYEK BIOLOGI
PENGAWETAN DAN PEMANFAATAN DAUR ULANG













DISUSUN OLEH
AJI SAKA                              (01)
AMMAR FARIS R                (03)
M. IZZUR MAULA              (14)
  M. HARRY P                         (17)
ULUL ALBAB                      (29)
X MIIA 1



SMA NEGERI 1 BATANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

I. KATA PENGANTAR


Assalamuallaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta Inayah – Nya kapada kami. Sehingga saya dapat menyelesaikan peyusunan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman kebodohan kepada jaman Ilmu Pengetahuan. Makalah ini berisi tentang PENGAWETAN HEWAN DAN PEMANFAATAN DAUR ULANG Dalam rangka penyusunan makalah ini, saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun dapat membantu saya agar dapat berkarya lebih baik lagi terutama dalam penyusunan makalah yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi khasanah Ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan.

Wassalamuallaikum Wr. Wb.




                                                                                                            Batang, Februari 2014





















II. DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………. ii
Pembahasan …………………………………………………………………………iii
i.                    Pengawetan hewan
A.    Pengawetan hewan untuk sarana pembelajaran……………………….....……… 4
B.     Pengawetan hewan avertebrata ………………………………………………..... 8
C.     Pengawetan hewan dan tumbuhan dengan bioplastik…………………………...  9
D.    Proses pengawetan hewan……………………………………………………..... 10
E.     Teknik membuat awetan basah dan awetan kering……………………………. ..15
ii.                 Pemanfaatan daur ulang
A.    Latar belakang ………………………………………………………………........18
B.     Metode penelitian ……………………………………………………………......19
C.     Hasil yang diharapkan ……………………………………………………….......20
Lampiran ……………………………………………………………………………

























III. PEMBAHASAN

1). PENGAWETAN HEWAN

 A. PENGAWETAN HEWAN

Pengawetan Hewan untuk Sarana Pembelajaran Mungkin kebanyakan dari kita belum mengetahui taxidermy. Taxidermy adalah seni pemasangan atau kegiatan mereproduksi hewan yang sudah mati untuk dijadikan trofi berburu dan sumber belajar. Istilah taxidermy berasal dari bahasa Yunani yang artinya "penataan kulit". Taxidermy dapat dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung, amfi bi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk museum atau sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir.
Mereka harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan. Kegiatan mengumpulkan hewan yang sudah dibekukan (taxidermy) mungkin pernah kita temui ketika berkunjung ke museum atau ke rumah seorang kolektor. Biasanya hewan-hewan tersebut menjadi hiasan. Sekilas terlihat seperti hewan yang masih hidup, tetapi sebenarnya telah mati. Memang sebenarnya mereka adalah hewan yang dikeraskan (dibekukan), tubuhnya asli, bukan buatan manusia. Tetapi, kebanyakan hewan taxidermy diletakkan pada museum-museum karena hewan-hewan yang dibekukan itu digunakan untuk belajar, sebagai media ilmu pengetahuan tentang anatomi tubuh hewan. Pada masa pemerintahan Victoria, taxidermy merupakan objek desain dan seni dekorasi yang mengacu pada pandangan kaum Barat terhadap dominasi manusia atas hewan.
Hampir setiap kota memiliki bisnis penyamakan pada abad ke-18. Kemudian, pada abad ke-19, para pemburu binatang membawa hasil buruan mereka ke toko kain pelapis jok. Di situ, para pekerja pelapis kain jok benar-benar akan menjahit kulit hewan dan barang-barang mereka dengan kain dan kapas. Istilah "barang isian" atau "boneka" berevolusi dari bentuk kasar taxidermy. Para ahli yaxidermy lebih memilih memasang dan mengisi dengan kapas yang terbungkus tubuh kawat dengan jahitan pada kulit yang masih bagus.
Dalam sebuah artikel "Nouveau Dictionnaire d'histoire Naturelle" (1803-1804) yang dipopulerkan Arsenical Soap, Louis Dufresne adalah ahli mengisi binatang di museum nasional d'Histoire Naturelle dari tahun 1793. Teknik itu memungkinkan untuk membangun museum koleksi terbesar burung di dunia. Seni taxidermy mulai berkembang pada awal abad ke-20 oleh artis Carl Akeley, James L Clark, William T Hornaday, Coleman Jonas, Fredrick, William Kaempfer, serta Leon Bardoa. Di bawah pimpinan mereka, seni taxidermy berkembang menjadi bentuk modern.
Tokoh Anatomis mengembangkan setiap detail artistik dengan pose yang menarik secara akurat, dengan pengaturan yang realistis dan bentuk yang dianggap sesuai untuk spesies. Ini hanya perubahan dari karikatur populer menjadi sebuah trofi (piala). btr/R-2 Bentuk Seni yang Menarik Praktik metode para taxidermist telah meningkat selama satu abad terakhir dengan mempertinggi kualitas taxidermic dan menurunkan kualitas toksisitas. Prosesnya sama ketika menghilangkan kulit dari ayam yang belum dimasak. Proses taxidermy dapat dicapai dengan cara tidak membuka rongga tubuh hewan sehingga pengisian tidak harus melihat organ tubuh hewan tersebut. Praktik itu bergantung pada jenis kulit dan bahan kimia yang diterapkan pada kulit sehingga menjadi kulit yang kecokelatan. Kemudian dipasangkan pada manekin yang terbuat dari kayu, wol, dan kawat, atau bentuk poliuretan. Banyak ahli kulit AS menggunakan hewan beruang sebagai bahan taxidermy, tetapi sebagian dari mereka menggunakan ular, burung, dan ikan sebagai objek taxidermy. Pemasangan binatang telah lama dianggap sebagai suatu bentuk seni yang menarik. Seni ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pengerjaannya.

Tidak semua taxidermist modern menjadikan taxidermy ajang memburu trofi atau komersialitas.
Dengan cara pembekuan, spesimen taxidermy dapat disimpan dan digunakan kemudian. Ahli pengisi binatang kemudian menghilangkan kulit. Kulit akan tampak kecokelatan dan diobati dengan bahan kimia. Kemudian melakukan pengukuran pada kulit yang tersisa untuk mengambil beberapa bagian tubuh dan kulit. Sebuah metode tradisional yang masih populer saat ini dengan cara melibatkan dan mempertahankan tengkorak asli dan tulang kaki dari spesimen, dan menggunakannya sebagai dasar untuk pembuatan manekin, dibuat dari rol kayu dan kawat galvanis. Ada cara lain dari metode ini, yaitu memplester bangkai hewan secara rapi, kemudian membuat salinan dari hewan tersebut dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode pembuatan taxidermy. Kemudian sebuah cetakan akhir terbuat dari resin poliester dan kain kaca. Suatu bentuk poliuretan dibuat untuk produksi akhir. Cetakan yang digunakan untuk menghasilkan tokoh binatang disebut "bentuk". Bentuk juga dapat dibuat dengan patung hewan di tanah liat. Banyak orang menghasilkan bentuk dan dijadikan stok dalam berbagai ukuran. Kemudian mata kaca biasanya ditambahkan ke dalam bentuk, dan dalam beberapa kasus menggunakan gigi palsu, lidah, rahang, atau untuk beberapa burung menggunakan paruh dan kaki buatan. Seiring berjalannya waktu, tren taxidermy semakin populer, yaitu membekukan hewan secara kering (freezing dry). Metode freezing dry biasanya dilakukan pada reptil, burung, dan mamalia kecil seperti kucing, tikus besar, serta beberapa jenis anjing.

Metode ini memang terlalu memakan waktu dan mahal. Kemudian ada istilah rogue taxidermy yang diperkenalkan oleh Minneapolis, keolmpok yang berbasis pada the Minnesota Association of Rogue Taxidermists (MART) pada oktober 2004. Asosiasi itu didirikan oleh Sarina Brewer, Scott Bibus, dan Robert Marbury. Lantas, ada istilah taxidermy antropomorfik, yakni tempat boneka binatang yang berpakaian layaknya orang, atau ditampilkan seolah-olah terlibat dalam kegiatan manusia. Metode ini sangat populer pada era Victoria dan Edward, tetapi gaya atau metode ini masih dapat kita temukan saat ini. Praktisi yang terkenal dengan metode ini adalah Walter Potter dan Edward Hart yang menggambarkan atau membuat seri tinju dua tupai merah. btr/R-2 Pengakuan Amanda Seyfried Aktris cantik Amanda Seyfried ternyata memiliki hobi yang cukup aneh. Ia ternyata senang sekali mengoleksi hewan- hewan yang diawetkan alias taxidermy. Bersama dengan mantan kekasihnya, Ryan Phillippe, aktris multitalenta ini adalah seorang pencinta seni taxidermy (seni mengawetkan binatang). Tentu saja ia membuat banyak orang terkejut dengan pernyataannya karena biasanya yang memiliki hobi tersebut adalah orang-orang geek. "Aku memang seorang penggemar taxidermy, aku lebih suka mengoleksi binatang-binatang yang diawetkan, yang tubuh dan kulit yang masih dalam bentuk utuh," kata dia. Karena kecintaannya pada seni taxidermy ini, wanita berambut pirang yang berperan sebagai Karen Smith di film Mean Girls (2004) itu rela mengeluarkan uang berapa pun untuk memuaskan keinginannya mengoleksi binatang-binatang yang telah diawetkan. "Belum lama ini, aku membeli seekor kuda yang diawetkan. Ini adalah binatang utuh kedua yang aku beli. Harga kuda itu 1.900 euro (sekitar 25 juta rupiah).

Memang mahal sih, tapi ini sebuah seni yang aku suka," pungkas dia. berbagai sumber/btr/R-2 B. Pengawetan Hewan Kering dengan Taksidermi Post by Sarna Suryana di 11/25/2010 Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri. Urutan proses pengawetan kering hewan dengan taksidermi ini sudah saya postingkan pada artikel di sini. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi kepada para pembaca blog saya yang sederhana ini mengenai teknis pengerjaan pengawetan hewan dengan cara pengeringan ini lebih detail disertai foto kegiatan yang pernah saya lakukan mudah-mudahan bermanfaat (foto-foto ini saya ambil kebetulan dapat job/order/terima jasa pengawetan hewan kering dari seseorang yang sangat menyayangi hewan tersebut. Hewan tersebut adalah seekor anjing yang sudah berusia 15 tahun (mati karena usia)

Berikut tahapan proses pengawetan hewan dengan cara pengeringan/taksidermi :

1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.


2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini).


3. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).

4. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.
































B. TEKNIK PENGAWETAN HEWAN AVERTEBRATA

Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri. Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu

1. kegiatan mematikan hewan Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a. menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat
   hewan tersebut mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%. f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.

2. Fiksasi Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.

3. Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur. Pengawetan hewan dan tumbuhan Pengawetan hewan dan tumbuhan diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang dan juga sebagai alat peraga dan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar. Pengawetan pada hewan dilakukan dengan dua macam cara, yaitu : pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan kering dilakukan dengan taksidermi dan pembuatan rangka. Pengawetan basah dilakukan dengan menggunakan beberapa macam larutan pengawetan, yaitu sebagai berikut.






1. Alcohol 70% sebagai larutan fiksasidan pengawetan untuk hewan kecil
2. Formalin 4%sebagai larutan pengawet hewan seperti katak, reptile, dan mamalia kecil.
3. Formalin 2-3% sebagai larutan pengawet yang disuntikkan kedalam tubuh hewan berukuran besar selain direndam dengan larutan formalin 4%. Pengawetan pada tumbuhan umumnya dilakukan dengan pengawetan kering. Koleksi tumbuhan yang diawetkan disebut herbarium.



C. PENGAWETAN HEWAN atau TUMBUHAN DENGAN BIOPLASTIK

Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja). Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus hidupnya. Alat dan Bahan yang Diperlukan:

1. Cetakan dari bahan stainles atau permukaan halus dan kuat, misalnya kaleng wadah bekas, tatakan.
2. Gelas pengaduk dari plastik dan sendok pengaduknya
3. Girinda dengan batunya/amplas dari nomor 100 sampai 1500
4.
Poliester resin
5. Katalis (etil metil keton peroksid 50%)
6. Styren 7. Pengkilat permukaan (kit)
8. Braso/san poly, pengkilap logam
9. Compound kuning
10. Kain halus
11. Kikir tangan
12. Detergen
13. Bahan-bahan yang akan diawetkan dari hewan atau tumbuhan atau objek lainnya.

Cara Kerja

A. Persiapan Menentukkan bahan yang akan diawetkan (tumbuhan/hewan), kalau tumbuhan ada proses pengeringan, dan kalau hewan ada proses pematian spesimen serta pengeringan.

1. Mematikan Spesimen
2. Pengeringan Spesimen
3. Pembuatan Label
4. Pembuatan Cetakan
5. Bahan/spesimen yang akan diawetkan, dipilih bentuk dan ukurannya


D. PROSES PENGAWETAN HEWAN

Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhandan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalammempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalamkegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangatmembantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan .

Insektarium Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga

Diantaranya ialah pergi ke lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-seranggatersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya. Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satukali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.

Alat dan Bahan yang diperlukan :

1.Jala serangga (insect net)
2.Botol pembunuh serangga (Insect killing jar).
3.Tromol.
4.Kantong plastik.
5.Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop.
6.Perentang serangga (Spreading board).
7.Pinset. 8.Kotak serangga.
9.Jarum serangga.
10.Kartu label.
11.Kapurbarus/silikagel. 


Untuk lebih jelasnya dikenalkan satu-persatu mengenai alat serta bahan yang dipergunakan untuk koleksi dan pengawetan serangga tersebut sebagai berikut.

B.1.a.Jala s
erangga adalah bahan yang digunakan untuk membuat jala serangga.yaitu : kain kelambu, kain katun, bangkai dari kawat, tangkai kayu, tali pengikat atau pipa besi

B.1.b.Botol pembunuh serangga Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutupyang rapat.
Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh seranggamisalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapatlapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard.

B.1.c.Tromol Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyaitutup dan mempunyai tali yang dapat disandang.

B.1.d.Kantong plastik Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya.

B.1.e.Amplop Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempatmenyimpan serangga sementara.Cara membuat amplop :-Kertas HVS ukuran folio (ABCD).- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.- Setelah dilipat terlihat seperti gambar. - Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk amplop.

B.1.f.Pinset Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larvaserangga.

B.1.g.Perentang serangga Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyaiukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak padagambar.

B.1.h.Kotak serangga Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan seranggayang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu ataukarton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebutdapat dibuka.Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisadigeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung darikebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebalkotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagianyang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuatdari lempengan gabus atau lembaran busa.

B.1.i.Jarum serangga Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjangdari jarum pentul.

B.1.j. Kertas label Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putihdengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8mm2.

B.1.k. Kapur barus Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasadigunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa danditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku payung.

B.2. Cara Menangkap Serangga Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga padaumumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau padasemak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali padarumput atau semak tersebut.Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedangterbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebutsegera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengancara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup dengan rapat. Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabiladengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagiantubuh serangga, misalnya sayap akan robek.
Juga pengambilan serangga dengancara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyaisengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecilatau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkanuntuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yangtelah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisiserangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol.

B.3. Cara Merentang Serangga Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahuluserangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktumerentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat danmudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinyasemua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.Serangga yang akan direntang bagianthoraknya(dada) ditusuk dengan jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagianyang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) seranggamenghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentangserangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harusditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntangserangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari bahan kitin.
Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiyaserangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukandengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum- jarum secara berhati-hati.Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka seranggatersebut belum kering betul.

B.4.Cara Penusukan Serangga Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagiantubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan padathorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kananscutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelahkanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada elytron sebelah kanan.
A. Kupu-kupu
B. Lalat
C. Kepik
D. Belalang
E. Serangga bersayap perisai

B.5. Cara Memberi Label Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggaldan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dandiletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitusekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kananserangga.

B.6.Cara Menyusun Koleksi Serangga Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberilabel disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo danFamilinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarumterpisah demikian juga label Famili.Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo danfamili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dankolektor.

B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan caramenggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukansecara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukansecara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalamcairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasidibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkandalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk akan rusak.

B.7.a.Bahan Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialahetil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuhserangga dan larva ialah etil alkohol 95%.

B.7.b.Cara mengawetkan Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24 jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etilalkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanyatidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yangtidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,menggelembung atau bentuknya berubah.
B.7c. Cara membunuh larva

1.Dengan cara kimiawi Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperti campuran XA: Xilene ......................1
bagian Etil alkohol 95% ..............1
bagian
2. Dengan cara pemanasan Cara ini dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam air panas yangdibiarkan airnya sampai dingin dan diawetkan dalam etil alkohol 75%.











E. TEKNIK MEMBUAT AWETAN BASAH DAN AWETAN KERING

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.

A. Cara Pembuatan Awetan Kering

1. Awetan pada hewan Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:

(1) bak bedah;
(2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset;
(3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup;
(4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit;
(5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin;
(6) air. Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.

a. Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha,
  keluarkan bagian ini.
b. Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
c. Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
d. Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.
e. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.
f. Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
g. Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.
h. Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
i. Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup. Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca. Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam bentuk tulang.

Cara membuat awetan kering angka katak adalah sebagai berikut:

a. Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal mungkin.
b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.
c. Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.
d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.
e. Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi lebih awet.
f. Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut

Membuat insektarium Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.

a. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya.
b. Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform.
c. Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah. d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
e. Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
f. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.
g. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.
h. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
i. Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

2. Awetan
basah pada hewan
Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah :
a. Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.






























2). PEMBUATAN PANEL PAPERCRETE DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS KORAN

I.                                         LATAR BELAKANG MASALAH

Kertas bukanlah barang yang asing lagi di telinga masyarakat luas. Banyaknya pemanfaatan kertas pada kehidupan sehari-hari, tentunya akan menyisakan limbah setelah fungsi kertas tidak termanfaatkan lagi. Pada umumnya, limbah kertas yang ada hanya terbuang tanpa manfaat. Ini disebabkan karena masyarakat belum terlalu memperhatikan seberapa besar dampak limbah kertas terhadap pencemaran lingkungan. Kemungkinan untuk mendaur ulang dan memperdayagunakan limbah kertas juga masih sangat terbatas. Padahal, limbah kertas dapat dimanfaatkan menjadi bahan batu batako dengan metode papercrete. Hal ini sekaligus membantu mengurangi dampak limbah kertas terhadap lingkungan apabila kertas hanya dijadikan sebagai sampah. Untuk menimbulkan kepercayaan dan ketertarikan masyarakat, diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap bahan bangunan menggunakan metode pepercrete. Selain itu, perlu juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat luas.


























II.        METODOLOGI PENELITIAN

A.    Bahan dan Benda Uji

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk kertas koran bekas sebagai bahan pengisi, semen portland putih 50 kg/zak sebagai perekat dan bahan tambah gula pasir. Benda uji yang digunakan untuk uji kuat lentur dengan benda uji panel 305 mm x 356 mm x 7 mm, untuk uji kuat tekan dengan benda uji kubus 50 x 50 x 50 mm dan untuk uji serapan air dengan benda uji 100 x 100 x 7 mm. Jumlah dari masing-masing variasi benda uji adalah 3 buah

B. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah alat penghancur kertas dan pengadukcampuran papercrete dari modifikasi mata bor, cetakan panel dan cetakan kubus, alat Pengempa dengan menggunakan UTM, oven digunakan untuk pengujian awal kandungan air dalanm kertas dan pengujian serapan air, dan mesin uji kuat lentur dan uji tekan, dan alat pendukung lainnya.

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kertas koran yang telah dihancurkan dikeringkan menjadi bubuk kertas dibuat dalam keadaan jenuh air. dengan kadar air sebesar 180%. Gula pasir sebagai bahan tambah dihaluskan untuk kemudian disiapkan sesuai dengan berat yang dibutuhkan untuk setiap adukan. Pemeriksaan bahan penyusun papercrete Pemeriksaan dilakukan pada pemeriksaan air dan semen secara visual, pemeriksaan berat satuan semen dan kertas, dan pemeriksaan kadar air pada bubuk kertas. Tahap perencanaan campuran adukan papercrete Perhitungan proporsi berat campuran, sampai mendapatkan mix design campuran sebelum dipadatkan. Dengan mix design awal dilakukan uji coba pencampuran, untuk mendapatkan metode pencampuran yang menghasilkan homogenitas campuran, dengan mengoreksi fas. Setelah mendapatkan campuran yang homogen, dilakukan uji coba pengempaan, adalah untuk mendapatkan faktor pemadatan yang merupakan perbandingan ketebalan pengisian dengan hasil pengempaan. Dari hasil mix design awal dan uji coba pencampuran dan pengempaan yang dilakukan maka didapat perhitungan bahan (mix design) terkoreksi, berdasarkan perhitungan awal, koreksi fas dari uji coba pencampuran, uji coba pengempaan, koreksi Arief G., Iman S., Kardiyono T., 790 Pemanfaatan Limbah Kertas Koran…berat beton dan faktor keamanan volume campuran.
Berdasarkan mix design akhir dibuat campuran dengan urutan pencampuran dan pengempaan sesuai dengan hasil uji coba. Masukkan campuran pada cetakan benda uji dengan jumlah volume sesuai dengan ketinggian hasil uji coba sebagai faktor pemadatannya. Selanjutnya dilakukan pengempaan menggunakan UTM sebagai alat pengempa, dengan tegangan yang sama untuk perlakuan pengempaan masing-masing benda uji. Setelah pengempaan panel maupun kubus papercrete dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pemeliharaan sampai dengan 28 hari. Pemeliharaan papercrete ini tidak dilakukan perendaman, mengingat bah an kertas sangat menyerap air, dan dikhawatirkan akan merusak ikatan semen dengan kertasnya.
Papercrete terbuat dari bubur kertas, air, dan sejumlah kecil semen. Pada dasarnya, kertas apapun bisa digunakan termasuk koran bekas, buku telepon, dan kardus, namun surat kabar, majalah, dan kertas kantor merupakan bahan yang terbaik untuk papercrete. Batu batako tradisional dibuat dengan sekelompok pasir atau kerikil yang dicampur dengan semen. Karena pasir tidak bisa terus bercampur sendiri, hal itu membutuhkan banyak semen untuk menjaga keutuhannya. Kertas, selain berserat juga saling bercampur sendiri. Oleh karena itu, membutuhkan semen jauh lebih sedikit dan tentunya biaya yang lebih murah.
Berikut adalah beberapa recipies umum membuat empat batu bata, dengan membuat satu bata dari setiap resep untuk menguji itu.
1.      50% pulp kertas basah : tanah yang lembab 30% : pasir kering 10% : 10% Portland semen
2.      60% pulp kertas basah : tanah yang lembab 20% : pasir kering 15% : 15% Portland semen
3.      65% pulp kertas basah : tanah yang lembab 25% : 10% Portland semen
4.      70% pulp kertas basah: tanah yang lembab 15%  : 15% Portland semen 
                                           

Langkah pertama dalam membuat papercrete adalah pembuatan pulp kertas. Papercrete adalah jenis semen berserat yang dibuat dengan cara menghaluskan kertas bekas sehingga menjadi bubur kertas, kemudian bubur kertas tersebut dikompresi sehingga hilang airnya. Setelah kertas tersebut telah "pulped", pembangun menambahkan semen. Tergantung pada apa papercrete akan digunakan untuk, semen lebih atau kurang ditambahkan - lebih untuk permukaan keras seperti lantai, kurang untuk dinding. Pada saat itu, papercrete adalah pasta, tebal abu-abu dan dapat digunakan persis seperti beton.
Setelah itu diaduk bersama dengan mortar (semen+air+pasir) kemudian dituang ke dalam cetakan yang telah diberi wire mesh (bertujuan untuk mempertinggi kuat lentur papercrete). Tuang ke dalam cetakan Anda namun akan menggunakannya memastikan bahwa jika itu dalam cetakan yang dikemas itu di sana juga seperti itu tidak akan terlihat benar atau secara struktural suara jika itu punya kantong di dalamnya. Biarkan mengering untuk sementara waktu semalam atau sesuatu di tempat yang kering Ketika Anda bangun, angkat cetakan dan kocok / tekan batu bata Ketika saya katakan semalam sesuatu seperti batu bata jika Anda melakukan sebuah patung cor yang besar, mungkin diperlukan waktu sebentar sebelum Anda harus melepaskan cetakan Batu bata tentu tidak kering pada titik ini, jadi biarkan mereka duduk di sana untuk sementara waktu dan kering. Tempatkan mereka pada palet secepat Anda bisa, atau beberapa bentuk permukaan di mana udara dapat mendapatkan sebanyak mungkin permukaan,digunakan cetakan untuk melakukan hal ini. Papercrete dituangkan ke dalam cetakan, kemudian ditetapkan di bawah sinar matahari sampai kering. Cetakan yang digunakan didesain sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan sistem knock down pada saat perakitan. Campuran tebal kemudian dapat dituangkan ke dalam cetakan dan cor seperti beton, membuat blok, panel dan bentuk lain yang tak terhitung.
Setelah kering, batu bata bisa digunakan seperti batu bata tradisional - menggunakan papercrete lebih sebagai mortir untuk terus bersama-sama batu bata. Karena kertas penyerap, harus ada beberapa jenis lapisan pada struktur dibuat dengan papercrete. Setiap cat atau lapisan tahan air dapat digunakan, tetapi favorit Stan adalah mencuci kapur dibuat dengan kapur, air, garam, dan Nepal kaktus. Hal ini mencuci kapur tetap dingin bahkan di sinar matahari langsung, yang menambah kemampuan isolasi dari papercrete sendiri. Ketika sembuh dan dikeringkan, papercrete yang kuat, ringan, isolasi dan memiliki banyak sifat untuk membuat bahan bangunan yang ideal. Papercrete dan bahan semen berserat tidak dapat dicampur seperti beton dalam mixer berputar, karena jumlah besar kertas harus diparut menjadi bubur. Apa yang dibutuhkan adalah food processor besar dengan pisau berputar.
Kekurangan Papercrete
Sebagian besar kerugian dari bangunan dengan papercrete karena kelangkaan relatif dari bahan.
1.      Mesin dirancang untuk digunakan dengan beton tradisional yang dibangun untuk digunakan dengan bahan yang sangat berat, sehingga mesin-mesin berat dan mahal. Sementara mesin-mesin tentu bekerja untuk papercrete, daya tahan ekstrim tidak perlu. Karena beratnya papercrete sebagian kecil dari beton tradisional, ringan mesin mudah akan cukup. Namun, karena jumlah kecil orang bangunan dengan papercrete saat ini, jenis mesin ini tidak tersedia secara komersial, yang berarti bahwa harus membeli mesin mahal atau membangun sendiri.
2.      Seperti papercrete tumbuh dalam popularitas, akan menjadi sulit untuk menemukan kertas cukup. Sekarang, ada kelebihan kertas melimpah, dan satu bisa mendapatkan kertas sebanyak yang Anda inginkan secara gratis. Seperti papercrete tumbuh dalam popularitas, orang akan menyadari bahwa ada pasar untuk kertas tua dan mulai menjualnya - dengan demikian biaya bangunan dengan papercrete akan naik.
3.      Kelemahan lain untuk papercrete adalah bahwa hal itu menyerap air. Satu harus berhati-hati untuk menempatkan lapisan pelindung yang baik pada semua permukaan eksterior yang mungkin terkena hujan. Hal ini juga sulit untuk digunakan pada tanah karena akan menyerap air dari bumi sekitarnya.
Keuntungan dari Papercrete
Ada banyak keuntungan dari menggunakan papercrete dalam konstruksi.
1.      Ramah lingkungan: Salah satu komponen utama di landfill saat ini adalah kertas. Dengan menggunakan kertas dalam bangunan, kita dapat secara signifikan mengurangi jumlah kertas yang berakhir di landfill.
2.      Ringan, tapi kuat: Adalah lebih mudah bagi seseorang untuk mengangkat 5-pon blok papercrete sepanjang hari dari 35 pon blok beton.
3.      Mudah digunakan: Papercrete dengan mudah dapat dicetak menjadi bentuk apapun. Dekorasi dapat dibuat seolah-olah menggunakan bubur kertas.
4.      Isolasi: Ketika menggunakan beton, panas dari matahari akan panas dinding dan beton akan memungkinkan panas yang melewati semua jalan melalui dan memancarkan ke bagian dalam rumah. Kertas, di sisi lain, tidak memungkinkan untuk transfer panas. Meskipun matahari bisa mengalahkan bawah pada dinding papercrete sepanjang hari, panas tidak akan mentransfer melalui interior.
5.      Biaya rendah: Karena struktur yang dibuat dengan bahan daur ulang papercrete 95%, biaya sangat rendah.





































III.       HASIL YANG DIHARAPKAN

.  Proses produksi papercrete menggunakan bahan dasar kertas bekas (limbah)  sangat bermanfaat terhadap lingkungan sebagai salah satu bentuk penyegahan pencemaran lingkungan dari limbah koran dan mampu meminimalisir penebangan pohon sebagai bahan bangunan. Dengan menggunakan metode papercrete dalam membuat batako, diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan dan kerugian yang diakibatkan bencana gempa. Selain itu, berat satuan yang lebih ringan dibandingkan dengan agregat pada umumnya yaitu sebesar 1020 kg/m3, maka dengan cara dibuat bubuk kertas dan dijadikan bahan pengisi pembuatan panel papercrete dengan tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan bahan limbah kertas koran sebagai bahan agregat dengan perekat semen putih sebagai bahan panel papercrete. Mengetahui perbandingan campuran semen dan bubuk dari limbah kertas koran yang optimal dan cara pembuatannya, serta mengetahui sifat mekanis masing-masing campurannya.
Dengan membuat papercrete menjadi panel maka penelitian in diharapkan memberikan alternative bahan dinding dan ceilling dengan bahan bangunan yang ringan, kuat dan aman, sebagai peningkatan terhadap kemanfaatan bahan limbah kertas untuk bahan bangunan, sekaligus mengurangi permasalahan limbah dan dapat mengurangi anggaran biaya bangunan. Selain itu karena materialnya yang mudah didapat serta proses pembuatannya yang sederhana, mudah dan murah, maka diharapkan pembuatan batako dengan bahan dasar papercrete dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat.
     












LAMPIRAN

I.                   FOTO











































II.               DATA PENGELUARAN

A.    PEMBUATAN PANEL

Kertas koran                               -
Semen putih                    Rp 13.000
Lem kayu                         Rp  3.000
     
B.     PEMBUATAN PENGAWETAN HEWAN

Sterofom                          RP 10.000
Aquarium kecil               RP  8.000
2Lopster                          RP 14.000
Kertas asturo                   RP  4.500
Double tip                       RP  3.000
Pilog                                 RP 19.000
Lem kertas                       RP  3.000
Suntikan                          RP  1.000
Kaca                                 RP  6.000
Lem kaca                         RP  6.000
Lele                                  RP  5.000



JUMLAH RP 95.500 dibagi sebanyak 5 orang
Jadi setiap individunya membayar Rp 19.100

















DAFTAR PUSTAKA

Arief. 2008. Pemanfaatan Limbah Kertas Koran Untuk Pembuatan Panel Papercrete.  Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Dobby.2004. Perilaku Mekanik Papercrete Dari Semen, Kertas dan Pasir, dengan Bahan Dasar 1 Semen : 3 Bubuk Kertas. Tugas Akhir JTS, FT UGM : Yogyakarta.

Norman., dan Juis W U., 2009. Alternatif Penggunaan Limbah Pabrik KertasSebagai Pengganti Semen (Cementitous) Dalam Pembuatan Beton. Skipsi,Universitas Muhamadiyah Surakarta




Comments

Popular posts from this blog

Fisiologi Hipotalamus, Hipofisis Anterior, Hipofisis Posterior, dan Adrenal

Perkecambahan Tanaman

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria