SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK-EKONOMI INDONESIA ERA ORDE BARU
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG BERDIRINYA ORDE BARU
Orde
baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan presiden Soeharto di Indonesia. Orde
baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 dalam jangka waktu tersebut
perkembangan ekonomi indonesia berkembang pesat walaupun pada saat itu terjadi
persamaan praktek korupsi yang merajalela dinegara ini. Sebagai masa yang
menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965.
Beberapa
hal hal yang melatarbelakangi berdirinya orde baru:
1. Terjadinya
peristiwa gerakan 30 September 1965.
2. Keadaan
politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 September
1965 dan ditambahnya dengan adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsung lama.
3. Keadaan
perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga barang bakar
menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
4. Reaksi
keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan
besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demokrasi menuntut agar
PKI beserta organisasi masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya di adili..
5. Kesatuan
aksi (KAMI, KAPI, KPPI, KASI dsb) yang ada dimasyarakat akan bergabung
membentuk kesatuan aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal
dengan “Angkatan 66” untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30
September 1965. Kesatuan aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966
didepan gedung DPR mengajukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (tri
tuntutan rakyat) berisi :
1) Pembubaran PKI
beserta organisasi massanya
2) Pembersihan kabinet Dwikora
3 Penurunan harga-harga barang
2) Pembersihan kabinet Dwikora
3 Penurunan harga-harga barang
6. Upaya
reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentuk kabinet seratus
menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap kabinet tersebut
duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa gerakan 30 September
1965. Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya
mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 September 1965 tidak
berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk mahkamah militer luar biasa
(Mahmilub).
7. Sidang
paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang
bergejolak tak juga berhasil, maka presiden mengeluarkan surat pemerintah 11
Maret 1966 (supersemar) yang ditunjukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil
langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan keadaan negara yang semakin
kacau dan sulit dikendalikan.
Setelah
dikelurkan Supersemar maka mulailah
dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi
negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin
besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil
memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme
kepemimpinan nasional di Indonesia.
Hal
ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden
sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah
yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno
mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa
untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto
sebagai pejabatPresiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan
negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno .Tanggal 12Maret
1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat
Presiden Republik Indonesia.
Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan
Orde Baru. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto
sebagai Presiden Republik Indonesia.
PEMBAHASAN
A.
STRUKTUR POLITIK
Presiden Soeharto memulai orde baru dalam dunia politik indonesia
dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh soekarno sampai akhir jabatannya. Orde baru memilih perbaikan dan
perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijaksanaannya
melalui struktur administratifnya yang didominasi militer, DPR, dan MPR tidak
berfungsi efektif. Anggotanya juga seringkali dipilih dari kalangan militer
khususnya mereka yang dekat dengan cendana.dan hal ini mengakibatkan aspirasi
rakyat kurang di dengar pusat.
Jenderal Soeharto sebagai pemimpin utama orde baru yang
menjabat ketua presidium kabinet ampera, pada tanggal 19 April 1969 telah
memberikan uraian mengenai hakekat orde baru yaitu sebagai berikut “Orde baru
adalah tatanan seluruh perkehidupan rakyat, bangsa dan negara Republik
Indonesia yang diletakkan kepada kemurnian pelaksanan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dilihat dari proses lahirnya cita-cita
mewujudkan orde baru itu merupakan suatu reaksi dan koreksi prinsipil terhadap
praktek-praktek penyelewengan yang telah terjadi pada pada waktu-waktu yang
lampau yang disebut dengan orde lama. Orde baru hadir dengan semangat
“koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa orde
lama. Jadi oleh karena itu pengertian orde baru yang terpenting ialah suatu
orde yang mempunyai sikap dan tekat mental dan iktikhad baik yang mendalam
untuk mengabdi kepada rakyat, mengabdi kepada kepentingan nasional yang
dilandasi oleh falsafah Pancasila dan yang menjunjung tinggi azas dan sendi
undang-undang dasar 1945.
Landasan-landasan orde baru antara lain :
Landasan-landasan orde baru antara lain :
1. Landasan
idiil
Falsafah dan ideologi negara pancasila
Falsafah dan ideologi negara pancasila
2. Landasan
konstitusional
Undang-undang dasar 1945 dan adapun landasan situasional adalah landasan-landasan yang dipakai sampai terbentuknya pemerintahan baru sesudah pemilihan umum.
Undang-undang dasar 1945 dan adapun landasan situasional adalah landasan-landasan yang dipakai sampai terbentuknya pemerintahan baru sesudah pemilihan umum.
~ Pembubaran
PKI dan Organisasi masanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan,
serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah
mengeluarkan kebijakan:
·
Membubarkan
PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No
IX/MPRS/1966
·
Menyatakan
PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
·
Pada
tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan
30 September 1965.
~ Penyederhanaan
Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan
pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah
melakukan penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi
tiga kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga
kekuatan sosial politik itu adalah:
·
Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan
gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
~ Pemilihan
Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil
melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang
diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh
mayoritas suara dan memenangkan Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu
terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan
perolehan 325 kursi di DPR dan PPP memperoleh 5,43 % dengan perolehan 27
kursi. Sedangkan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara dengan hanya mendapat
11 kursi di DPR. Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala
banteng tersebut. PDI akhirnya pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati
Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP. Penyelenggaraan Pemilu
yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa
demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik Apalagi Pemilu berlangsung
dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam
kenyataannya, Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontestan Pemilu
saja yaitu Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971
sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah yang perimbangan suara di
MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto
menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde
Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban,
rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat
persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.
~
Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Di masa Orde Baru, ABRI menjadi institusi
paling penting di Indonesia. Selain menjadi angkatan bersenjata, ABRI juga
memegang fungsi politik, menjadikannya organisasi politik terbesar di negara.
Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.
Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI
adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan
adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara
pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR
dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator. Peran
dinamisator sebenarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan.
Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan,
walaupun pemimpin pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang
dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G 30
S/PKI, yang melahirkankan Orde Baru.
Sistem ini memancing kontroversi di tubuh
ABRI sendiri. Banyak perwira, khususnya mereka yang berusia muda, menganggap
bahwa sistem ini mengurangi profesionalitas ABRI. Masuknya pendidikan sosial
dan politik dalam akademi militer mengakibatkan waktu mempelajari strategi
militer berkurang.
Secara kekuatan, ABRI juga menjadi lemah
dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Saat itu, hanya ada 533.000 prajurit
ABRI, termasuk Polisi yang kala itu masih menjadi bagian dari ABRI. Angka ini,
yang hanya mencakup 0,15 persen dari total populasi, sangat kecil dibanding
Singapura (2,06%), Thailand (0,46%), dan Malaysia (0,68%).[16]
Pendanaan yang didapatkan ABRI pun tak kalah kecil, hanya sekitar 1,96% dari
total PDB, sementara angkatan bersenjata Singapura mendapatkan 5,48% dan
Thailand 3,26%.Selain itu, peralatan dan perlengkapan yang dimiliki juga
sedikit; ABRI hanya memiliki 100 tank besar dan 160 tank ringan.
~
Pedomanan Pengahayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976
Presiden Soeharto
mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan
Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau
Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung
pelaksanaan Pancasila
dan Undang-undang
Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan
terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Sehingga sejak
tahun 1985
pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan
berorganisasi. Semua bentuk organisasi
tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai
sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi
ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya,
dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi
Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama
Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan
industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap
memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.
~
Hubungan antarLembaga Negara
Hubungan
antar lembaga politik merupakan hubungan yang akan menciptakan suatu proses
pemerintahan yang baik. Hubungan akan baik jika antar lembaga Negara mengerti
tugas dan peran masing-masing dalam pemerintahan.hubungan antar lembaga Negara
Indonesia adalah keseimbangan dalam lembaga eksekutif , legeslatif, yudikatif. Masa
orde baru hubungan dan kedudukan antara eksekutif dan legeslatif dalam sistem
UUD 1945, sebetulnya telah diatur, kedua lembaga tersebut sama akan
kedudukannya. Pemerintahan pada masa orde baru, kekuasaan eksekutif lebih
dominan terhadap semua aspek kehidupan pemerintahan dalam negara kita. Dominasi
kekuasaan eksekutif mendapat legimilitasi konstitusional, karena dalam
penjelasan umum UUD 1945 bahwa presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan
tertinggi dibawah majelis. Presiden juga memiliki kekuasaan diplomatik.
Kekuasaan pada masa orde baru pada presiden begitu besar sehingga presiden
Soeharto bisa menjabat presiden seumur hidup. DPR sebagai lembaga pengawasan
tidak berjalan secara efektif.
~
Pembentukan
kabinet pembangunan
Kabinet
ini awal l pada peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah kabinet ampera dengan
tugas yang terkenal dengan nama dwi darma kabinet ampera yaitu untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksenakan pembangunan nasional. Kabinet pembangunan pada tahun 1968 dalam
sidang MPRS ada tugas lain pula yang disebut pancakrida.
~
SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA
Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian pemerintahan yang tersusun secara sistematis dan fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Bagian-bagian dari lembaga negara terdiri dari berbagai tugas dan kewajiban untuk saling melengkapi, dalam proses kelembagaan negara Indonesia. Sistem lembaga negara ialah:
Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian pemerintahan yang tersusun secara sistematis dan fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Bagian-bagian dari lembaga negara terdiri dari berbagai tugas dan kewajiban untuk saling melengkapi, dalam proses kelembagaan negara Indonesia. Sistem lembaga negara ialah:
1.
Indonesia adalah Negara hukum
Negara Indonesia berdasar hukum
(rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuassaan belaka (machtsaat). Negara di
dalamnya terdiri dari lembaga-lembaga Negara melaksanakan tugasnya berdasarkan
hukum.
2. Sistem
Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan atas sistem
konstitusi atau hukum dasar. Sistem ini memberi ketegasan akan pengendalian
pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan.
3.
Kekuasaan Negara tertinggi adalah MPR
Kedaulatan
rakyat di pegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat. Tugas MPR, yaitu :
· Menetapkan
Undang-Undang Dasar
·
Menetapkan GBHN
·
Mengangkat kepala Negara dan wakilnya
4. Presiden sebagai
penyelenggara pemerintahan negara tertinggi menurut UUD
Presiden dalam menjalankan
pemerintahan, tanggung jawab penuh ada ditangan presiden. Presiden tidak hanya
dilantik dari majelis dan juga melaksanakan kebijakan dari GBHN ataupun
ketetapan MPR.
5. Presiden tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Kedudukan presiden degan DPR dan
presiden membentuk undang-undang dan APBN. Presiden bekerja sama dengan DPR,
presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan. Presiden juga tidak bisa
membubarkan DPR.
6. Menteri Negara
Presiden memilih, mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri Negara. Menteri tidak bertanggung jawab kepada
DPR dan kedudukannya tidak tergantung dari dewan, tapi tanggung jawab kepada
presiden.
7. Kekuasaan
Kepala Negara tidak tak-terbatas.
8. Dewan Perwakilan
Rakyat.
~
Penataan Politik Luar Negeri
Pada masa Orde Baru, politik luar
negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu politik luar negeri
yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang
menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik luar negeri
Indonesia harus berdasarkan kepentingan nasional, seperti permbangunan
nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
1. Kembali
menjadi anggota PBB
Indonesia
kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang
pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada
tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi
anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab
kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini
dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia
selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi
akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
2. Normalisasi
hubungan dengan beberapa Negara
·
Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum
pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan
Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar).
Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura
pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampaikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.
Akhirnya pemerintah Singapura pun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk
mengadakan hubungan diplomatik.
·
Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi
hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok
pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
ü Rakyat
Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil
mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
ü Pemerintah
kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
ü Tindakan
permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan. Peresmian persetujuan
pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak
dilakukan di Jakarta tanggal 11 Agustus 1966 dan ditandatangani
persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan
penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara..
·
Pendirian ASEAN (Association of
South-East Asian Nations)
Indonesia
menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.
Latar belakang didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan untuk
menjalin hubungan kerja sama dengan negara-negara secara regional dengan
negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Tujuan awal didirikan
ASEAN adalah untuk membendung perluasan paham komunisme setelah negara komunis
Vietnam menyerang Kamboja. Hubungan kerjasama yang terjalin adalah dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun negara yang tergabung dalam
ASEAN adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
·
Integrasi Timor-Timur ke Wilayah
Indonesia
Timor- Timur merupakan wilayah koloni
Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat di
Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi kekacauan politik di
Timor-Timur antar partai politik yang tidak terselesaikan sementara itu pemerintah
Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut membuat
sebagian masyarakat Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai politik
memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut baik oleh
pemerintah Indonesia. Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian
Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga
partai politik yang tidak setuju menjadi bagian Indonesia ialah partai
Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden Habibie
melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak
pendapat tersebut maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan
republik Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan nama Republik
Demokrasi Timor Lorosae atau Timur Leste.
B.
STRUKTUR EKONOMI
1.
Pelita I
Dilaksanakan
mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974. Tujuan Pelita I adalah untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah
pangan, sandang, perbaikkan prasarana, perumahan rakyat (papan), perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menekankan pada
pembangunan bidang pertanian. Hal ini disebabkan, karena sebagian besar
penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Pelita
I telah mencapai hasil yang cukup memuaskan di beberapa bidang, yang
ditunjukkan oleh beberapa indicator sebagai berikut.
1)
Bidang Pertanian, produksi beras mengalami kenaikan rata-rata hinggal 4%
setahun.
2)
Bidang Industri, terutama sektor industri pupuk, semen, dan tekstil.
3)
Bidang Perhubungan, khususnya perbaikan jalan yang menunjukkan hasil cukup
memuaskan.
4)
Bidang Kelistrikkan, yang ditandai dengan berhasilnya pembangunan pusat-pusat
tenaga listrik seperti contoh : PLTA Karangkates, Riam Kanan, Selorejo, serta
pembangunan PLTU di Tanjung Priok dan Ujungpandang.
5)
Bidang Pendidikan, yang ditandai dengan indicator sebagai berikut.
*) Pembagian 63,5 juta buku bagi guru dan murid,
*) pembangunan 6000 gedung SD,
*) mengangkat 57.740 guru,
*) pembangunan pusat-pusat pelatihan teknik,
*) merehabilitasi sekolah-sekolah kejuruan, dan
*) penataran tenaga-tenaga pengajar.
Peningkatan
di berbagai sektor pembangunan merupakan indikasi semakin baiknya kondisi ekonomi
masyarakat jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi masa Orde Lama. Pemerintah
juga memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil dalam pembangunan
dengan menganugerahkan Parasamya
Purnakarya Nugraha. Anugerah tersebut merupakan penghargaan tertinggi
yang dicapai oleh suatu daerah dalam perihal pembangunan.
Seiring
dengan pelaksanaan Pelita I, pada tanggal 12 hingga 25 Maret 1973, MPR hasil
Pemilu 1971 melangsungkan Sidang Umum MPR. Dalam Sidang Umum tersebut, MPR
berhasil menetapkan GBHN berdasarkan Ketetapan No. IV/MPR/1973. Di samping itu,
MPR juga mengangkat Soeharto kembali sebagai Presiden RI/Mandatris MPR
berdasarkan Ketetapan No. IX/MPRS/1973 dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakil presiden berdasarkan
Ketetapan No.XI/MPRS/1973. Keduanya dilantik pada tanggal 25 Maret 1973.
Pada
tanggal 27 Maret 1973, di Istana Negara Presiden Soeharto kemudian mengumumkan
susunan kabinet baru. Kabinet tersebut terdiri dari 17 menteri yang memimpin
departemen dan lima menteri negara.
2. Pelita II
Pelita
II dilaksanakan mulai 1 April 1974. Sasaran utama Pelita II, yaitu tersedianya
pangan, sandang, perumahan (papan), sarana dan prasarana, mensejahterakan
rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.
Pelita
II berdampak pada kehidupan masyarakat. Keseluruhan kegiatan Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% setahun. Di bidang
pengairan telah berhasil diperbaiki dan disempurnakan kira-kira 00.000 hektar.
Di samping perbaikan dan penyempurnaan juga dibangun jaringan irigasi kurang
lebih 500.000 hektar dan pengaturan serta pengembangan sungai dan rawa kurang
lebih 600 hektar.
Di
bidang industri terjadi kenaikan produksi kerajinan rakyat, industri kecil,
industri menengah, dan industri besar. Produksi tekstil meningkat dari 900 juta
menjadi 1,3 juta meter. Produksi semen memperlihatkan kenaikan yang mencolok
dari 900 ribu ton menjadi 5 juta ton.
Di
bidang perhubungan tercatat rehabilitasi jalan sepanjang 8000 km dan jembatan
21.000 meter. Di samping itu selesai dibangun pula jalan baru sepanjang 850 km
dan jembatan baru sekitar 6.500 km.
Setahun
sebelum Pelita II berakhir, telah terbentuk MPR hasil Pemilu 1977. Pada tanggal
11 sampai dengan 23 Maret 1978, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam sidang
tersebut, Soeharto diangkat kembali menjadi Presiden Republik Indonesia dan Adam Malik sebagai wakil presiden.
Setelah diambil sumpahnya, Presiden Soeharto beberapa hari kemudian mengumumkan
susunan Kabinet Pembangunan III.
3. Pelita III
Pelita
III dimulai pada 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984. Pelita III ini menekankan
pada Trilogi Pembangunan.
Asas-asas pemerataan ini dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara
lain melalui delapan jalur pemerataan, yang meliputi aspek-aspek pemerataan
sebagai berikut.
1)
Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan
perumahan (papan).
2)
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3)
Pemerataan pembagian pendapatan.
4)
Pemerataan kesempatan kerja.
5)
Pemerataan kesempatan berusaha.
6)
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita.
7)
Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8)
Pemerataan memperoleh keadilan.
Setahun
sebelum berakhirnya Pelita III, Pemilu 1982 telah menghasilkan MPR RI baru.
Lembaga ini mengadakan Sidang Umum MPR RI pada tanggal 1 hingga 11 Maret 1983.
Dalam Sidang Umum tersebut, Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Umar Wirahadikusuma sebagai wakilnya.
Beberapa hari kemudian dibentuklah Kabinet Pembangunan IV.
4. Pelita IV
Pelita
IV dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989. Pada Pelita IV ini,
pemerintah lebih menitikberatkan sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Adapun hasil-hasil yang dicapai
hingga akhir Pelita IV adalah sebagai berikut.
1) Swasembada Pangan
Presiden
Soeharto saat menghadiri acara 'Panen Raya' sebagai simbol dari keberhasilan
swasembada pangan.
Presiden
Soeharto ketika menerima penghargaan dari FAo atas keberhasilan bangsa
Indonesia di dalam swasembada pangan.
Kecukupan
pangan, tempat tinggal yang nyaman, dan jumlah keluarga yang terencana
merupakan factor penting untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Ketiga hal
ini menjadi focus perhatian pemerintah Orde Baru.
Sebagai
bangsa agraris yang mayoritas masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang
pertanian, maka pembangunan di sektor ini mendapat perhatian utama. Kerja keras
dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membuat Indonesia mampu
meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki kehidupan petani. Kerja keras para
petani ini berhasil meningkatkan produksi beras dari hanya 12,2 juta ton pada
tahun 1969 menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984. Hasilnya, pada
tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras yang merupakan
kebutuhan pokok penduduk.
Keberhasilan
ini mempunyai nilai yang spektakuler, karena mengubah Indonesia dari negara
pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada. Kesuksesan ini
pula yang membuat Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan
dan Pertanian Dunia). Presiden Soeharto pun diundang untuk berpidato di depan
konferensi ke-23 FAO di Roma, Italia, pada tanggal 14 November 1985.
Dalam
kesempatan berpidato tersebut, Presiden Soeharto menyampaikan pernyataan
penting yang ditujukan kepada negara-negara maju anggota FAO. Beliau
mengatakan, bahwa selain bantuan pangan yang paling penting adalah kelancaran
ekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang sedang membangun ke
negara-negara industri maju. Ekspor pertanian bukan semata-mata untuk
meningkatkan devisa, tetapi lebih dari itu, untuk memperluas kesempatan kerja
dan meningkatkan pendapatan petani.
2)
Keluarga Berencana
Menurut
Presiden Soeharto, kenaikan produksi pangan yang besar tidak akan banyak
artinya jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali. Karena itu
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) merupakan hal yang sangat penting
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Program KB dikoordinasikan oleh
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang dibentuk tahun 1970.
Program ini semula memang ditentang secara luas, namun belakangan mendapat
dukungan dari para pemuka agama. KB bukan lagi sebuah program yang ditekankan
oleh pemerintah, tetapi menjadi popular di kalangan keluarga dan dilaksanakan
atas kesadaran diri sendiri.
Strategi
yang diterapkan dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah
tercapainya jumlah penduduk yang serasi dengan laju pembangunan. Program KB
telah berhasil menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk secara nyata serta
meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.
Selain
itu, perhatian Orde Baru terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dilakukan secara terus-menerus. Program imunisasi polio dengan memberikan
vaksin kepada bayi dan anak-anak balita di seluruh Indonesia merupakan wujud
pemerintah dalam menciptakan kesehatan. Melalui program imunisasi ini,
Indonesia waktu itu dinyatakan bebas polio.
Presiden
Soeharto dan jajaran BKKBN yang dipimpin oleh Haryono Suyono, telah berhasil mengubah persepsi “banyak anak banyak rezeki” menjadi “keluarga kecil bahagia”. Pandangan hidup
ini menjadi begitu mendarah daging dalam masyarakat, baik bagi yang sudah menikah
maupun belum menikah. Atas keberhasilan pelaksanaan Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana, Presiden Soeharto pun akhirnya memperoleh penghargaan
tertinggi PBB di bidang kependudukan.
3) Rumah untuk Keluarga
Presiden
Soeharto ketika sedang meninjau pabrik yang nantinya akan menciptakan
rumah-rumah murah untuk keluarga.
Program
pembangunan perumahan sangat penting bagi kehidupan rakyat, karena bukan
sekedar tempat tinggal, tetapi juga tempat pembentukan watak dan jiwa melalui
kehidupan keluarga. Untuk memantapkan program tersebut, pemerintah membentuk
Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) pada bulan Mei 1972. Sebagai
badan pelaksana, kemudian dibentuk Perum Pembangunan Rumah Nasional.
Pada
Pelita II sudah mulai diperkenalkan sistem pembiayaan pembelian rumah melalui
fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Adapun pada Pelita III, pembangunan
perumahan yang terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah terus ditingkatkan.
Secara
kuantitatif dan kualitatif, pembangunan perumahan terus meningkat dari waktu ke
waktu. Pada Pelita IV, secara kualitatif ditingkatkan pengembangan program
perumahan dan pemukiman di daerah perkotaan. Program tersebut meliputi
perintisan perbaikan lingkungan perumahan kota di 400 lokasi kota, perintisan
peremajaan kota di beberapa kota besar, dan pengembangan kota serta pusat-pusat
pertumbuhan baru.
Pada
tahun 1987, diadakan pemilu yang menghasilkan terbentuknya MPR-RI yang baru.
Pada tanggal 1 sampai 11 Maret 1988, MPR menyelenggarakan sidang umum. Dalam
Sidang Umum tersebut, disamping menetapkan GBHN berdasarkan Ketetapan MPR RI
No. II/MPR/1988, juga telah mengangkat Soeharto sebagai presiden kembali dan Soedharmono sebagai wakilnya.
5. Pelita
V
Pelita
V dilaksanakan mulai 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Pada Pelita V ini,
pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian serta sektor industri untuk
memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang-barang untuk diekspor. Sementara itu, dalam bidang industri
dititikberatkan pada peningkatan industri yang bersifat pada karya dan industri
yang menghasilkan mesin-mesin industri.
Sesuai
dengan ketetapan dalam GBHN, Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama yang
dirampungkan dengan selesainya pelaksanaan Pelita V. Setelah itu akan
dilanjutkan, ditingkatkan, dan diperluas dengan Pembangunan Jangka Panjang 25
tahun kedua yang dimulai dengan Pelita VI. Sasaran utama Pembangunan Jangka
Panjang 25 tahun pertama di bidang ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok
rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang. Sasaran dititikberatkan
pada kekuatan industry yang didukung oleh bidang pertanian. Keadaan ini
selanjutnya menjadi landasan bidang ekonomi yang menghantarkan pembangunan
Indonesia dalam Repelita VI. Dalam Repelita VI, Indonesia diharapkan mulai
memasuki proses tinggal landas untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri
demi menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Satu
tahun sebelum Pelita V berakhir, diselenggarakan Pemilu pada tahun 1992.
Berdasarkan hasil pemilu tersebut, terbentuklah lembaga MPR RI yang baru. Pada
tanggal 1 sampai 11 Maret 1993 diselenggarakan Sidang Umum MPR. Setelah
Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dan Tri Sutrisno sebagai wakilnya, maka dibentuklah Kabinet
Pembangunan VI.
6. Pelita
VI
Pelita
VI dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 1999. Pada
Pelita VI ini, pemerintah masih tetap menitikberatkan pembangunan pada sektor
bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian
serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya.
Keberhasilan
Orde Baru dalam pembangunan di berbagai bidang terhitung sejak Pelita I hingga
Pelita VI, akhirnya mengalami tantangan yang cukup hebat. Pada akhir tahun
1997, Indonesia diterpa badai krisis yang sulit diatasi. Semua itu bermula dari
krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi yang akhirnya
menimbulkan krisis kepercayaan kepada pemerintah.
Pelita
VI yang dimulai sejak 1 April 1994 dan direncanakan berakhir hingga 31 Maret
1999 akhirnya kandas di tengah jalan. Sementara itu, pemilu yang
diselenggarakan tahun 1997 kembali dimenangkan oleh Golkar dan menetapkan lagi
Soeharto sebagai presiden dan B.J.
Habibie sebagai wakilnya. Namun, semua itu tidak banyak membantu
memulihkan keadaan Indonesia untuk keluar dari krisis.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang memiliki tatanan atau aturan pemerintahan. waktu ke waktu dari masa ke
masa dalam pemerintahan orde baru yakni tahun 1966 sampai 1998. Pada masa orde
baru sistem kelembagaan negara terdiri dari MPR, DPR, DPA, BPK, Presiden, dan
MA. Lahirnya orde baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S
1965, diikuti dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi
tinggi). Wibawa presiden Soekarno semakin menurun setelah gagal mengadili
tokoh-tokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi
Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki
keadaan negara. Akhirnya Presiden Soekarno mengundurkan diri dan digantikan
oleh Presiden Soeharto.
Pada
masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat mulai dari
pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya
pembangunan ekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima
Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun pada akhir tahun 1997
Indonesia dilanda krisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk ditambah dengan KKN yang
merajalela.
Dalam
bidang sosial budaya pada masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara lain
makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan
fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata dengan adanya program wajib
belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
· Kekurangan Orde baru antara lain :
· Kekurangan Orde baru antara lain :
1.
Maraknya KKN atau yang dikenal
dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
2.
Terjadinya kesenjangan sosial antara
Orang kaya dengan Orang miskin
3.
Pemerataan Pembangunan yang tidak
merata seperti pembangunan yang lambat di daerah Aceh dan Papua
4.
Pelanggaran HAM yang sering terjadi,
demi keamanan.
5.
Birokrasi Indonesia yang menurun
drastis
6.
Muncul rasa cemburu antar penduduk
akibat transmigrasi yang berlebihan
7.
Timbul kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah
8.
Segala bentuk kritikan di haramkan
pada saat itu
9.
Pers sangat di batasi pergerakannya
10.
Golkar menjadi senjata utama dalam sistem
politik Indonesia pada waktu itu
·
Kelebihan Orde Baru antara lain:
1.
Indonesia sukses memerangi buta
huruf pada masyarakat
2.
Sukses melaksanakan swasembada
pangan
3.
Pendapatan perkapita Indonesia
pada saat itu mengalami peningkatan yang drastis
4.
Sukses menjalankan Pemilihan umum
5.
Sukses memerangi pengangguran
6.
Berhasil menerapkan sistem Repelita
atau (Rencana pembangunan lima tahun)
7.
Berhasil meningkatkan Program
transmigrasi
8.
Berhasil mendatangkan investor asing
dari luar negeri
9.
Berhasil menjalankan program KB
(Keluarga Berencana)
10.
Sukses menegakkan Wajib belajar
B.
SARAN
Dengan permasalahan yang dialami
oleh pemerintahan pada masa Orde Baru, seperti dengan banyaknya hutang luar
negeri bangsa Indonesia untuk pembangunan, meskipun pembangunan berjalan dengan
lancar, tapi Indonesia menanggung utang yang begitu banyak. Selain itu,
pemerintah pada zaman tersebut terjadi sentralisasi dalam pemerintahan dan
kegiatan ekonomi.
Oleh karena itu penulis memberikan
saran terhadap permasalahan tersebut. Yaitu lakukan otonomi daerah kepada
seluruh propinsi, sehingga potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut bisa
dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi transparansi dalam sistem
keuangan sehingga masyarakat bisa mengerti.
bisa juga didownload dalam bentuk makalah
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....