Posts

Showing posts from September, 2024

Kan gaboleh kena air, berarti gaboleh berwudhu, masak sholat?

Image
"MasyaAllah pak, ketemu lagi ya sama saya setelah kemarin 2 minggu bareng di rs yang kemarin" "Iya to mas, ternyata masih belum sembuh, akhirnya dirujuk ke Jebres" "Oh nggih pak, niki saya ijin membersihkan kulitnya bapaknya, jadi maaf kalau mengganggu istirahatnya" "iya mas, kula matur nuwun dah dibantu dirawat" "nggih pak, la panjenengan niki sampun sholat subuh atau belum pak? Kalau belum, bapak sholat dulu saja" "endak mas, kan saya masih sakit, gaboleh kena air, masak sholat tanpa wudhu" "hlo jadi selama ini endak sholat subuh pak?" "yo endak, kan gaboleh kena air, masak sholat" Begitulah kira kira jawaban pasien medikasiku saat aku (penulis) menjalani koas stase kulit. Saat itu aku ditugaskan melakukan medikasi ke pasien yang mengalami DRESS ( Drug Reaction With Eosinophilia and Systemic Symptom ), dimana pasien mengalami kondisi kulit yang mengelupas dikarenakan karena obat. Medikasi ini aku lakukan

Prognosis, Takdir, Ikhtiar, dan Sabar

Image
Tak jarang ketika bekerja di IGD sebagai dokter, penulis menemui di mana pasien tiba dengan kondisi yang sangat gawat darurat, atau dalam kajian kedaruratan masuk kriteria triase merah, mulai dari kondisi ancaman gagal nafas yang serius, penurunan kesadaran yang tidak jelas penyebabnya, atau resiko henti jantung yang tinggi. Di saat itulah, keluarga pasien atau bahkan sekadar orang yang mengantar walau bukan siapa siapanya sangat berharap besar kepada kami tenaga Kesehatan yang berada di IGD. Istilah orang awamnya itu nyawa di tangan kami, padahal kurang tepat. Di saat kondisi krusial seperti itu, penting sekali menekankan akan penglurusan takdir. Seniorku seorang konsulan penyakit dalam di rs tempatku bekerja pernah memberikan nasehat “ketika datang pasien dengan kondisi yang buruk atau ada peluang perburukan, maka sampaikan dengan sejelas jelasnya ke keluarga pasien akan kondisi itu, katakanlah kemungkinan terburuk terlebih dahulu yang bisa terjadi, lalu sampaikan resiko tindakan dan

Gimana saya mau sholat? kan masih haidh

Image
 Begitulah kata salah satu pasien yang kutemui saat mengisi BP Umum Puskesmas. Jadi saat itu datanglah wanita paruh baya dengan keluhan sering letih dan pucat selama 2 bulan ini, setelah kulakukan anamnesis kudapati wanita tersebut mengalami haidh yang berkepanjangan selama 2 bulan ini, tidak pernah berhenti sama sekali. Aku langsung reflek menanyakan "hlo terus kok baru ke sini?", "la ku kira ini haidh biasa dok, tapi kok gak berhenti henti" jawab wanita tersebut. "terus selama 2 bulan ini, jenengan sholat tidak?" tanyaku ketika melihat wanita itu memakai jilbab rapi dan menutup aurat, "Yo gimana mau sholat, kan masih haidh" jawab wanita itu dengan tegas. Mendengar jawaban itu aku langsung istighfar dan mencoba memaklumi dengan udzur mungkin wanita ini belum tahu.  Mengenai kondisi ini, di dalam dunia medis konvensional, kita mengenal adanya Abnormal Uterine Bleeding (AUB) , AUB sendiri didefinisikan perdarahan dari uterus yang berlangsung lebih

Nasehat untuk Penjenguk Orang Sakit

Image
 Adab-Adab Bagi Orang Yang Menjenguk Orang Sakit. 1. Hendaknya dalam mengunjungi orang yang sakit diiringi dengan niat yang ikhlas dan tujuan yang baik. Seperti misalnya yang dikunjunginya adalah seorang ulama atau teman yang shalih, atau engkau mengunjunginya dalam rangka untuk beramar ma’ruf atau mencegah kemunkaran yang dilakukan dengan lemah lembut atau dengan tujuan memenuhi hajatnya atau untuk melunasi hutangnya, atau untuk meluruskan agamanya atau untuk mengetahui tentang keadaannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: مَنْ عَادَ مَرِيْضاً أَوْ زَارَ أَخاً لَهُ فِي اللهِ أَيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ بِأَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً "Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah atau di jalan Allah, akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berlaku mulia dan mulia pula langkahmu (dalam mengunjunginya), serta akan kau tempati rumah di Surga.” [HR. At-Tirmidzi n