Prognosis, Takdir, Ikhtiar, dan Sabar
Tak jarang ketika bekerja di IGD sebagai dokter, penulis menemui di mana pasien tiba dengan kondisi yang sangat gawat darurat, atau dalam kajian kedaruratan masuk kriteria triase merah, mulai dari kondisi ancaman gagal nafas yang serius, penurunan kesadaran yang tidak jelas penyebabnya, atau resiko henti jantung yang tinggi. Di saat itulah, keluarga pasien atau bahkan sekadar orang yang mengantar walau bukan siapa siapanya sangat berharap besar kepada kami tenaga Kesehatan yang berada di IGD.
Istilah orang awamnya itu nyawa di tangan kami, padahal kurang tepat. Di saat kondisi krusial seperti itu, penting sekali menekankan akan penglurusan takdir. Seniorku seorang konsulan penyakit dalam di rs tempatku bekerja pernah memberikan nasehat “ketika datang pasien dengan kondisi yang buruk atau ada peluang perburukan, maka sampaikan dengan sejelas jelasnya ke keluarga pasien akan kondisi itu, katakanlah kemungkinan terburuk terlebih dahulu yang bisa terjadi, lalu sampaikan resiko tindakan dan pengobatan yang bisa kita lakukan. Setelah keluarga memahami akan hal itu dan menerimanya, baru sampaikanlah jalan usaha yang bisa ditempuh dan prognosis (kemungkinan) yang bisa digapai agar keluarga ada pengharapan yang besar kepada Allah. Kalau dua hal tadi dipegang dengan benar, insyaAllah keluarga pasien tidak akan komplain dan menerima dengan lapang dada.”
Hal ini senada sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Nabi, Abu Said al Khudri, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kalian menjenguk orang sakit maka berilah ia semangat dalam menghadapi ajal, meskipun itu tidak dapat menolak sesuatu tetapi akan membuat jiwa yang sakit menjadi baik. " [Ibnu Majah No. 1248]
Masalah ini tidak bisa jauh jauh dari masalah keimanan seseorang terhadap takdir, sudah sepatutnya bagi tenaga kesehatan dalam hal ini dokter atau perawat menekankan ke keluarga pasien selain tentang kondisi pasien, juga menjelaskan akan adanya peluang yang bisa dicapai dengan alternatif terapi yang bisa dilakukan, meskipun itu kecil.
Ustadz Dr. Abdullah Roy, Lc., MA menjelaskan dalam halaqahnya
Seorang yang beriman selain diperintah untuk beriman dengan takdir Allah juga diperintah untuk mengambil sebab dan bertawakal kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla dan tidak bertawakal kepada sebab tersebut, hal ini mencakup dengan berobat.
Sakit dan kesembuhan dari penyakit sudah ditakdirkan oleh Allah azza wajalla namun kita diperintahkan untuk menjauhi sebab terkena penyakit dan diperintahkan pula untuk berobat apabila seseorang ditimpa sakit. Begitu pula dengan kematian, sudah ditakdirkan oleh Allah azza wajalla dan kita diperintahkan untuk mengambil sebab keselamatan.
“Sesungguhnya Allah azza wajalla ketika menciptakan penyakit Dia juga menciptakan obatnya, maka berobatlah kalian.” [HR Ahmad dari Annas bin Malik radhiyallahu anhu dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]
Hal ini sejalan juga dengan sabda Rasulullah
“Hendaklah engkau semangat melakukan apa yang bermanfaat untukmu dan memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau merasa lemah.” [HR Muslim]
Mungkin akan ada keluarga atau pasien yang memilih pasrah saja, tidak mau melakukan apa apa, saya pribadi selaku dokter akan menghargai keputusan itu, apabila pasien dan keluarga mau benar benar bersabar, namun sekali lagi mengingat akan takdir, saya teringat akan percakapan panjang antara rasulullah dengan para sahabat mengenai takdir, pada waktu itu para shahabat Nabi ﷺ ketika dikabarkan oleh Nabi ﷺ bahwa tidak ada sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga dan neraka, mereka bertanya,
▪️ يا رسولَ اللهِ ! فلمَ نعملُ ؟ أفلا نتَّكِلُ ؟
“Wahai Rasulullah, untuk apa kita beramal? Mengapa kita tidak pasrah saja?”
Beliau ﷺ menjawab dengan jawaban yang ringkas,
«لا اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ ، ِ » .
“Tidak demikian, akan tetapi beramallah kalian, karena masing-masing akan dimudahkan melakukan apa yang dia diciptakan untuknya.” [HR Al Bukhari dan Muslim]
Dengan posisi yang saling menerima, pasien dalam hal ini menerima keadaannya, keluarga pasien menerima akan prognosis yang ada, tenaga medis berikhtiar semaksimalnya, maka kesemuanya akan selalu ikhlas dan ridha akan takdir Allah yang sudah ditetapkan sejak di lauful mahfudz.
Dan yang terpenting semua ikhlas dan bersabar dalam menerima takdir tersebut, ulama salaf bernama Hasan al Bashri mengatakan "Allah akan mengampuni dosa dosanya semua hanya dengan demam 1 malam"
Dijelaskan juga
” مَا يَمْرَضُ مُؤْمِنٌ وَلاَ مُؤْمِنَةٌ وَلاَ مُسْلِمٌ وَلاَمُسْلِمَةٌ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِذلِكَ خَطَايَاهُ كَمَا تَنْحَطُّ الْوَرَقَةُ مِنَ الشَّجَرِ”
“Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Subhnahu wa Ta’ala menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon.” [HR. Ahmad 3/346].
Dalam riawayat Ibnu Hibban disebutkan "Sesungguhnya Allah berfirman :'Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia berprasangka baik kepada-Ku, maka baginya kebaikan, sedangkan jika dia berprasangka buruk kepada-Ku, maka baginya kejelekan.'"
Imam Nawawi menjelaskan ini merupakan peringatan agar seseorang tidak berputus asa, sekaligus sebagai dorongan rasa harap pada saat menjelang ajal, makna berprasangka baik kepada Allah adalah beranggapan bahwa Allah merahmati dan mengampuninya.
Mari kita tutup artikel kali ini dengan ungkapan "Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu berbaik sangka kepada Allah akan takdir Allah dan kemudian beristiqomah dalam kebaikan sampai ajal menjemput" (tutup Ustadz Abdullah Roy dalam halaqahnya).
Allahu a'lam
Referensi
Nasehat lisan Dr. dr. M. Faizun, Sp.PD., M.Sc., ketika penulis orientasi di RSUD Batang
Halaqah Silsilah Ilmiah HIS Abdullah Roy, iman kepada takdir
Kajian Ust. M. Nadhif Khalyani tentang Konsep Penting Seputar Sakit & Pengobatan
Ensiklopedia Shalat Jilid 3, Bab Shalat Jenazah, Karya Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al- Qahthani
Batang, 22 September 2024
Kamar Jaga Dokter Jaga RSUD Batang
Ulul Albab
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....