Tentang Cinta
Betapa banyak orang mengatakan “aku cinta dia, aku cinta seseorang, atau aku beneran suka
pada orang” namun hanya sedikit orang yang berani mengorbankan apa yang dia miliki untuk
membuktikan cintanya. Termasuk halnya banyak umat Islam yang mengatakan ‘Aku cinta
Rasulullah’ tetapi ketika dia diminta untuk berkorban mengorbankan harta bendanya ataupun
jiwanya demi agama, dia mencari-cari alasan, mencari-cari sebuah kesempatan untuk
menghindari pembuktian cinta itu.
Sekitar 13 sampai 14 abad silam ada sesosok pemuda yang dia itu berani mengorbankan
semua apa yang dia miliki demi membuktikan cintanya. Pemuda itu berasal dari sebuah
desa yang bernama Jay tepatnya di kota Isfahan, ayah dari pemuda tersebut adalah kepala
desa. Pemuda itu terkenal sangat berbakti kepada sang ayah, sehingga sang pemuda diberi
tugas untuk mengawasi api yang dinyalakan, yang notabene ayahnya adalah seorang majusi
yang menyembah api. Begitu sayangnya ayahnya kepada pemuda itu, sang ayah sampai
berusaha agar pemuda itu tidak terlalu jauh bermain di dunia luar, sehingga sang pemuda itu
diusahakan tetap berada di dalam lingkungan jangkauan ayahnya, dan bertugas menjaga api
yang disembah oleh ayah dan orang-orang di sekitarnya.
Suatu hari, karena sang ayah punya kesibukan tersendiri, dengan terpaksa sang ayah
meminta tolong pemuda tadi pergi ke tanah miliknya untuk memenuhi beberapa tugas yang
dia inginkan. Namun dalam perjalanan menuju tempat yang dituju sang pemuda secara tidak
sengaja melihat orang-orang yang tengah beribadah di dalam gereja Nasrani.
Selama hidupnya, ini pertama kalinya pemuda itu melihat hal itu. Rasa penasaran membuat
sang pemuda masuk kedalam gereja tersebut dan melihat apa yang mereka lakukan.
Dari pagi sampai menjelang petang sang pemuda tetap berada di gereja sambil berpikir
‘sungguh agama ini lebih baik daripada agama kami’. Sang pemuda menganggap agama
tersebut adalah keimanan yang benar lantas ia bertanya kepada orang-orang yang di gereja
dari mana asal agama tersebut, mereka menjawab dari Syam . Hingga petang datang sang
pemuda teringat akan perintah sang ayah. Namun karena telah petang sang pemuda itu
memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Setelah kembali ke rumahnya, sang pemuda menceritakan kepada ayahnya mengenai agama
nasrani tapi ayahnya menegaskan bahwa tidak ada kebaikan pada agama Nasrani dan
bersikeras bahwa agama majusi adalah agama nenek moyangnya dan lebih baik. Namun
sang pemuda kembali menegaskan bahwa agama Nasrani itu lebih baik daripada majusi.
Karena pendiriannya itu sang ayah kemudian mengancamnya dan merantai kedua kakinya
serta memenjarakannya di dalam rumah.
Hal itu tak lantas menyurutkan langkah sang pemuda untuk melanjutkan pencariannya akan
kebenaran. Ia lantas mengirimkan pesan kepada kaum nasrani dan meminta mereka memberi
kabar jika ada pedagang Nasrani datang dari Syam. Ia juga meminta orang Nasrani untuk
menggabarinya kapan rombongan yang datang Syam itu kembali ke negerinya. Setelah
rombongan itu bersiap kembali ke Syam, sang pemuda lantas melarikan diri dan mengikuti
rombongan itu sampai tiba di Syam.
Saat di Syam, ia bertanya dan mencari sosok yang paling alim di antara agama mereka.
Mereka kemudian menunjuk pada seorang pendeta di dalam gereja. Akhirnya sang pemuda
mendatangi pendeta itu dan berkhidmat di dalam gereja itu dan serta mempelajari agama itu.
Pemuda itu menemukan sesuatu yang buruk dari pendeta itu. Sang Pemuda menceritakan
bahwa pendeta memerintahkan kaumnya untuk membayar sedekah tapi dia menyimpannya
untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada orang-orang miskin. Sang Pemuda
sangat membenci perbuatan pendeta tersebut, akhirnya ketika sang pendeta meninggal, ia
membuka semua keburukannya kepada kaumnya dan menunjukkan harta simpanan berupa
70 emas dan perak yang disembunyikan oleh pendeta. Namun sebelum sang pendeta
meninggal sang pemuda bertanya pada bapaknya dan meminta wasiat siapa yang akan
diikutinya setelah pendeta itu tiada, sang pendeta kemudian menunjuk kepada seseorang
yang berada di mosul di daerah barat laut Iraq.
Pemuda pun mendatanginya dan tinggal bersama dengan orang tersebut, ketika ajal
mendatangi pendeta tersebut, sang Pemuda kembali meminta wasiat kepadanya untuk
menunjukkan orang lain yang berada di atas agama yang sama. pendeta tadi kemudian
menunjuk pada seorang laki-laki di nasibin sebuah kota di tengah antara mosul dan syam
nama Fulan bin Fulan.
Hal serupa kembali terjadi, sosok yang diikuti juga meninggal setelah sang pemuda tersebut
mengikutinya beberapa waktu. Sama seperti sebelumnya, pemuda yang diminta oleh laki-laki
atau pendeta tersebut menuju untuk bergabung dengan seseorang di ‘Amuriyah.
Setelah datang ke orang yang dimaksud, sang Pemuda kemudian bekerja dan mendapatkan
beberapa ekor sapi dan kambing. Ketika ajal mendekati laki-laki tadi sang pemuda pun
mengulangi permintaannya. Namun kali jawabannya berbeda, laki-laki atau pendeta tadi
berkata “Wahai anakku saya tidak mengenal seorang pun yang berpegang pada perkara
agama yang sama dengan kita. Namun seorang nabi akan datang pada masa kehidupanmu,
nabi ini berada pada agama yang sama dengan agama Ibrahim”.
Sang pendeta tadi menggambarkan bahwa nabi tersebut akan diutus di negeri Arab dan akan
hijrah ke wilayah antara dua wilayah yang dipenuhi oleh batu-batu hitam ada pohon-pohon
kurma tersebar di tengah-tengah kedua tanah ini, dan dia dapat dikenali dengan tanda-tanda
tertentu, dia akan menerima makan dari makanan yang diberikan sebagai hadiah tetapi tidak
akan menerima makan dari sedekah dan stempel kenabian akan berada diantara pundaknya,
“jika bisa pindah di negeri itu maka lakukanlah”.
Suatu hari beberapa pedagang Bani Kalb melewati daerah pemuda tadi. Sang pemuda lantas
meminta mereka untuk membawanya ke negeri Arab, sebagai gantinya sang pemuda
memberikan seluruh sapi dan kambing yang dimilikinya. Namun ketika mendekati daerah
Wadi al-qura, Bani Kalb tadi menjual pemuda tersebut sebagai budak kepada seorang Yahudi.
Suatu hari sepupu dari majikan yang berasal dari suku Yahudi Bani Quraizhah di Madinah
datang berkunjung dan membeli pemuda tersebut. Lantas ia membawa Pemuda tersebut ke
Madinah. Hingga suatu ketika sang pemuda itu masih bekerja berada di atas kurma di pucuk
salah satu rumpun kurma dan mengerjakan pekerjaannya. Saudara sepupu dari majikan
datang kepada majikan sang pemuda dan berdiri di hadapannya seraya berkata “celaka
Bani Qilah mereka berkumpul di Quba di sekitar seorang laki-laki yang datang hari ini dari
Makkah dan mengatakan dirinya sebagai seorang nabi”. Mendengar hal itu, sang Pemuda
langsung turun dari kurma dan bertanya kepada majikan tetapi majikan malah marah dan
memukulnya serta mengatakan apa urusanmu mengenai ini pergi dan kerjakan pekerjaanmu
Pada malam harinya sang pemuda berusaha menemui Rasulullah yang ketika itu berada di
Quba. Saat bertemu dengan Rasulullah, sang pemuda itu memberikan apa yang ia simpan
sebagai sedekah dan menawarkan kepada Rasulullah untuk makan. Tetapi Rasulullah berkata
pada para sahabatnya untuk memakan apa yang dibawa pemuda tadi namun beliau tidak
makan. Saat itulah satu tanda terpenuhi yaitu Nabi yang diutus tidak akan makan sesuatu
yang diberikan sebagai sedekah.
Malam berikutnya sang pemuda kembali datang kepada Rasulullah dan membawa sesuatu
yang diberikan sebagai hadiah, Rasulullah lantas memakan hadiah tersebut saat itulah
terpenuhi dua tanda kenabian pada diri Rasulullah.
Pada pertemuan selanjutnya sang pemuda datang ke Baqi’ul Gharqad, yang mana saat itu
nabi sedang menghadiri pemakaman salah seorang sahabatnya. Saat itu sang Pemuda
tersebut datang dan menyapa dengan sapaan Islam ‘Assalamualaikum’ dan berputar ke
belakang untuk melihat tanda kenabian yang digambarkan, dan ditemukanlah serta
terpenuhinya segala ciri kenabian pada diri Rasulullah.
Setelah yakin akan hal itu sang pemuda tersebut memutuskan untuk masuk Islam.
Ketahuilah pemuda yang berani meninggalkan semua keenakan hidupnya sebagai anak
seorang tokoh masyarakat, pemuda yang rela berkorban sampai dirinya menjadi budak,
dialah menjadi seorang sahabat yang dekat dengan nabi bahkan termasuk dalam ahlul bait.
Ketahuilah namanya adalah Salman al-farisi.
Surakarta, 20 Juli 2021
Ulul Albab
Referensi
"Perjalanan Mencari Kebenaran, Seorang Laki-laki bernama Salman Al-Farisi" karya Dr Saleh as-Saleh
Kajian Ustadz Nuzul Dzikri berjudul "Follower Sejati"
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....