HARI SIAL

Kriiiing……. Kriiing……… kriiiing…….. Alarm handphone berbunyi. “ Hah, ada apa sih kok ribut banget? Ganggu banget deh! Hancur sudah mimpi indahku” erangan Galang. Sambil kesal Galang bangun dari tempat tidurnya untuk mengambil HPnya. “Paling masih jam 4 kok udah berani bangunin aku! Gak tau banget si tadi malam lelahnya seperti apa? Dasar HP egois lho!” bentaknya ke HP dan mematikan alarm HP tersebut. Setelah alarm mati bukannya Galang keluar dari kamar tidurnya tapi malah kembali ke temapt tidurnya untuk tidur kembali. Dengan perasaan yang masih marah Galang kembali tidur dengan mentupkan selimut keseluruh badannya. “ Awas nanti kalo bunyi lagi! Kubanting kau!” Gerutunya dalam hati. Waktu terus berjalan, dan adzan Subuh pun berkumandang “Allahu Akbar Allahu Akbar”. Mendengar adzan berkumandang Mamanya Galang pun bangun. “ Alhamdulillah sudah Subuh, pa bangun dong. Kita shalat subuh bareng yuk?” pinta Mama Galang ke Papanya Galang. “ hah…. Udah subuh ya ma?” Tanya papa. “ ya pa. ayo salat subuh berjamaah.” Pinta mama lagi. “ ayo” jawab papa. Setelah salat, seperti biasanya mama memasak makanan untuk makan pagi. Papa pun akhirnya membantu mama memasak. Melihat pintu kamar Galang masih menutup papa pun bertanya ke mama, “ ma, Galang udah bangun belum si? Kok tumben banget pintu kamarnya masih nutup. Biasanya hari libur sekolah gini kan bangunnya pagi-pagi? Katanya mau buat SIM pula.” “ entah. Coba papa lihat sendiri aja deh, kalo belum bangun bangunin ya. Oo ya suruh salat subuh sekalian.” Jawab mama dengan sedikit nyuekin papa. Kiuk, bunyi pintu kamar berbunyi. Papa kaget ternyata Galang masih tidur dengan pulasnya. “ Galang, bangun nak. Salat Subuh sana.” Suruh papa. “ entar dulu pa. Galang masih capek pa. hari ini gak usah salat Subuh dulu ya pa?” jawab Galang. “ gak boleh nak. Mumpung masih hidup itu kita harus beribadah kepada Allah agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Maka dari itu salat ya!” suruh papa dengan nada yang lebih keras lagi. “ Gak pa ah. Kan Galang masih muda masih 17 tahun lebih dikit jadi meninggalnya Galang kan masih lama lagi.” Bantah Galang. “ Pokoknya gak boleh! Sekarang juga kamu harus bangun! Salat Subuh! Kalo gak papa guyur kamu pake air seember! Mau bangun gak!” seru papa. “ iya deh pa, Galang mau bangun. Tapi 3 jam lagi ya tunggu temen Galang datang.” Jawab Galang nyantai. “ gak boleh! Pokoknya harus sekarang! Nanti kalo udah salat kamu boleh tidur lagi kok!” bentak papa. “ Iya pa.” Dengan perasaan terpaksa Galang bangun dan salat Subuh. Setelah salat, bukannya siap-siap untuk buat SIM tapi Galang malah tidur lagi. Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB. “ Galang, bangun nak. Cepet mandi dan siap-siap! Katanya mau buat SIM bareng Naufal dan Hadi?” suruh mama. “ Entar dulu ma. Emang si Naufal dan Hadi udah datang? Belum kan? Galang mau tidur dulu masih ngantuk nih.” Jawab Galang. “ Kamu kan belum nyiapin persyaratan buat SIM. Cepat bangun! Jadi nanti kalo Naufal sama Hadi datang tinggal berangkat langsung.” Suruh mama. “ Nyiapin persyaratan itu mudah ma, yang gak mudah tu ngilangin kantukku ini. Lagi pula Naufal dan Hadi kan teman baikku jadi pasti mau nugguin aku.” Bantah Galang. “ Yo wis karepmu!” jawab mama dengan kesal. Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Ketika mama lagi bersih-bersih rumah, tiba-tiba ada suara motor berhenti di depan rumah dan pintu rumah pun diketuk ”tok… tok tok tok..” dan ngucapin salam. “ Assalamu’alaikum! Assalamu’alaikum!” seru Hadi dan Naufal. Dengan segera mam langsung menuju ruang tamu dan membuka pintu. “ Wa’alaikumussalam, eee Hadi dan Naufal? Sini nak masuk! Jangan malu-malu” jawab mama Galang. “ Iya tante. Terima kasih. Oo ya tan, Galang ada?” kata Hadi. “ Ada, bentar ya tante panggilin. Oo ya nak Hadi dan Naufal duduk dulu dong?” jawab mama. “ Iya tan, terima kasih.” Jawab Naufal. Mama Galang langsung menuju kamar Galang. “ Galang, Galang, bangun nak! Tuh ada Naufal dan Hadi” suruh mama. “ Apa ma? Hadi dan Naufal udah datang?” Tanya Galang. “ Iya. Cepet bangun! Habis itu mandi!” suruh mama. “ Iya ma.” Turut Galang. Mama Galang menuju kembali ke ruang tamu sambil membawa setoples kuping gajah dan 2 gelas minuman. “ Maaf ya nak Hadi, nak Naufal. Galangnya baru bangun. Ini masih mandi.” Pinta mama. “ Oo gak apa-apa kok tan.” Jawab Hadi sambil ngelihatin kuping gajah terus-menerus. “ Ini dimakan ya.” Pinta mama sambil membuka toples kuping gajah. “ Ya tan, terima kasih. Kami jadi ngrepotin tante aja.” Jawab Naufal. “ Oo gak ngrepotin kok. Maaf ya harus tante tinggal dulu, masih banyak yang harus diberesi nih. Tante tinggal dulu ya.” Pinta mama. “ Iya tan. Gak apa-apa kok.” Jawab Naufal. Akhirnya mama bisa nglanjutin beres-beres rumah. Sementar si Hadi asyik makan kuping gajah dan Naufal sebel harus menunggu karena memang Naufal tidak suka menunggu, ia lebih suka disiplin. “ Galang lama amat ya Had? Ini udah hamper jam setengah sepuluh lho.” Tanya Naufal ke Hadi. “ Tau? Yang penting enak bisa makan kuping gajah.” Jawab Hadi dengan acuh. “ Dasar budak kuoing gajah loe Had!” sindir Naufal. “ Biarin.” Jawab Hadi dengan acuh lagi. Mereka berdua terus menunggu. Si Naufal pun sudah kehilangan kesabarannya karena terlalu lama menunggu. Tapi si Hadi tetap aja nyantai karena kuping gajah masih ada. Berkali-kali Naufal ngajak Hadi untuk berangkat duluan biar Galang nyusul aja, tapi Hadi selalu nolak dengan alasan kuping gajahnya masih ada. Akhirnya tibalah saatnya kuping gajah habis tak bersisa. Hadi pun mulai kesal karena sudah tidak ada kuping gajah lagi dan harus menunggu Galang lebih lama lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 09.45 WIB. Mereka berdua telah lama menunggu, tapi Galang tak kunjung-kunjung nampak. Habislah sudah kesabaran mereka. Mereka pun minta ijin keoada mamanya Galang untuk berangkat duluan. “ tante, tante. Kami berangkat duluan aja ya? Nanti Galang biar nyusul kami di POLRES aja ya?” pinta Naufal. “ Ya udah gak apa-apa. Memang Galang kalo mandi itu lama banget, entah ngapa di dalam kamar mandi. Hati-hati ya” jawab mama. “ Iya tan.” Jawab Naufal. “ Iya tan. O ya tan, maaf ya tadi kuping gajahnya saya habisin tak brsisa sedikit pun, abis Galang lama banget si.” Pinta Hadi. “ Gak apa-apa kok, kalo Hadi mau lagi nanti tante bungkusin. Itu masih banyak kok.” Tanya mama. “ Ndak usah tan. Kami berangkat dulu ya tan. Assalamu’alaikum.” Jawab Hadi. “ Wa’alaikumussalam, hati-hati ya!” Mereka pun keluar rumah dan pergi ke POLRES tanpa Galang. Pada waktu yang sama Galang baru saja selesai mandi. Galang langsung ganti baju dan menuju ke ruang tamu untuk menemui teman baiknya. “ Hah segarnya….. Hai guys! Lho kok sepi? Ma, Naufal sama Hadi pada ke mana? Tadi katanya udah sampe sini?” gumam Galang dengan sedikit kesal karena tidak ketemu dengan apa yang ia harapkan. “ Tadi udah ke sini, tapi karena kamu lama banget mandinya, maka mereka berdua pamit untuk pergi ke POLRES dulu.” Jawab mama. “ Apa!!! “ teriak Galang. “ Kalo gitu ngapain aku mandi sepagi ini di hari libur sekolah? Awas kalian ya! Akan kubalas nanti!’ gerutu Galang dalam hati. “ Ya udah ma, Galang berangkat dulu ya?” pinta Galang. “ Emang persyaratannya udah lengkap? Kok mau berangkat langsung?” Tanya mama. “ Emang kalo mau buat SIM ada persyaratannya to?” Tanya Galang. “ Ya iya. Kamu bawa aja KTPmu terus difotokopi, jangan lupa uang administrasi, terus langsung datang aja ke POLRES ikuti apa yang ada dalam prosedur legal jangan ikuti prosedur illegal yang pake sogokan ya, ingat ‘BERANI JUJUR ITU HEBAT!’.” Jawab mama. “ Okelah kalo gitu, berarti saya minta uangnya dong ma untuk biaya administrasi legal.” Pinta Galang. “ Emang kamu belum diberi uang papa?” Tanya mama. “ Belum dua kali ma.” Jawab Galang. “ Itu kan berarti sudah, ini mama tambahi untuk jajan.” Jawab mama. “ makasih ma, ya udah Galang berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum.” Kata Galang. “ Wa’alaikumussalam, hati-hati ya.” Jawab mama. Jam menunjukkan pukul 10.15 WIB. Sampailah Galang di POLRES. Tempat pertama yang ia tuju ialah tukang fotokopi. Di sanalah ia bertemu teman baiknya yaitu Naufal dan Hadi. “ Bagus ya, berangkat bersama yang hebat kalian itu. Katanya bersama tetapi malah ninggal.” Seru Galang. “ Eee jangan salahkan kami! Kamu yang salah, mandi kok lama bangetya kami sudah nggak sabar nunggu lagi dong.” Bantah Naufal. “ Udah-udah jangan bertengkar! Kita kan temen kokjadi musuh gini si? Lebih baik kita saling maaf-memaaf aja dari pada bertengkar! Gak enak banget deh!” kata Hadi. “ Nggak mau! Aku gak mau maafin dia karena ia sudah membuang waktuku dengan percuma, kecuali ia mau meminta maaf kepadaku.” Kata Naufal. “ Eiiiih siapa juga yang mau minta maaf sama kamu! Seharusnya kamu yang minta maaf sama gue kan kamu yang ningal gue!” bantah Galang. “ Hei kalian berdua sadarlah jangan begitu kita kan sama-sama memiliki kekurangan dan kesalahan sendiri maka dari itu sebaiknya kalian berdua saling memafkan sebelum kalian dilaknat Allah SWT!” kata Hadi. “ Pokoknya gak mau!” seru Galang dan Naufal bebarengan. Setelah pertiakian itu mereka bertiga pada hari itu mengurus SIM sendiri-sendiri karena Galang dan Naufal saling ego untuk memaafkan. Dan setelah memfotokopi KTP Galang langsung menuju pos pemeriksaan kesehatan. “ Ak buka mulutnya!” perintah petugas kesehatan. Galang hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan menyuruhnya berbaring maka ia berbaring dan lain sebagainya. “ Kondisi kesehatan mas baik dan tidak ada penyakit kronik yang menyerang tubuh mas, jadi ini surat kesehatannya dan mas dapat mendaftar pada loket.” Kata petugas kesehatan. “ Baik pak terima kasih.” Kata Galang. Galang pun menuju loket untuk mendaftarkan dirinya dan menyerahkan berkas-berkas persyaratan pendaftaran SIM baru, sebelumnya ia mengambil map satlantas guna tempat semua berkas persyaratan. Di tempat itu ia melihat kedua temannya sedang menunggu panggilan nama. Akhirnya setelah sekian lama, Naufal pun dipanggil untuk pergi ke loket dan menyerahkan semua berkasnya tadi serta mendapat ijin mengikuti ujian teori. Begitu pula dengan Hadi. Setelah menunggu sekitar setengah jam, Galang mulai kehilangan kesabarannya dan mengecek ke bagian loket pendaftaran guna mengetahui urutannya. Tetapi, di nomor antrean tidak satu nama pun ada namanya. Akhirnya ia mendaftarkan namanya lagi karena di loket tidak ada namanya. Setelah kira-kira 15 menit berlalu ia dipanggil oleh petugas loket. “ Galang Adi Pratama ya? Sekarang juga mana berkas-berkasnya? Boleh saya cek?’ Tanya petugas loket. “ Silahkan.” Kata Galang. Berkas-berkas milik Galang pun di cek s4emua berkasnya oleh petugas loket. “ Sekarang juga mas Galang bisa mengikuti ujian teori di ruang 19.” Suruh petugas loket. “ Iya pak.” Jawab Galang. Pada waktu ujian teori, ia melihat teman-temannya sudah lulus ujian teori dan akan menuju ujian praktek. Dan Galang menjalani ujia teori dengan cepat dan dinyatakan lulus. Setelah dinyatakan lulus Galang langsung menuju tempat ujian praktek. Ia menunggu namanya dipanggil penguji. Setelah 10 menit menunggu ia akhirnya dipanggil untuk menjalani ujian praktek. Ketika menjalani ujian praktek ia dinyatakan tidak lulus oleh penguji ujian. Bahkan ia sampai mengulang 5 kali dan kesemuanya dinyatakan tidak lulus. Sementara itu Naufal dan Hadi dengan mudahnya melewati ujian praktek dan dinyatakn lulus ujian. Setelah itu mereka berdua menuju ke loket berikutnya untuk menyerahkan tanda lulus ujian. Naufal pun akhirnya dipanggil petugas untuk melakukan pengambilan poto dan Naufal menuju ke ruang pas poto. Begitu pula dengan Hadi. “ Mas Naufal silahan tempelkan jari anda ke alat ini!” perintah petugas sambil menunjukkan alatnya. “ Iya pak.” Naufal hanya mengikuti saja semua yang diperintahkan petugas. “ Silahkan anda tanda tangan di alat yang ini!” perintah petugas. “ Iya pak.” Naufal pun mengikuti saja. Begitu pula dengan Hadi, ia menjalani rute sama dengan Naufal. Setelah SIM dicetak, mereka berdua mengambil SIM mereka berdua dan mereka berdua akhirnya memiliki SIM. Berbeda dengan halnya Galang yang gagal di ujian praktek, ia pun sangat sedih dan ia berpikir apa penyebabnya kenapa ia tidak bisa lulus ujian praktek padahal ia sudah lihai naik kendaraan roda dua. Setelah melihat kedua temannya, ia pun teringat hal yang terjadi pada pagi hari tadi bahwa ia sangat egois bahkan pada teman baiknya. Ia pun menghampiri kedua temannya itu guna meminta maaf. “ Naufal, Hadi gue minta maaf ya. Telah egois sama kalian. Gue turut senang kalian bisa mendapatkan SIM, sementara gue tidak bisa mendapatkan SIM itu karena keegoan gue. Gue bener-bener minta maaf sama loe semua. Maafin gue ya, pelase.” Pinta Galang. Melihat Galang meminta dengan tulus, Naufal dan Hadi pun memaafkan Galang atas keegoannya. “ Iya deh kami maafkan loe. Tapi dengan satu syarat loe harus berjanji loe gak bakal egois lagi! Gimana? Berani kagak?” kata Naufal. “ Iya berani kagak? Dan loe harus pantang menyerah untuk dapatkan SIM ini. Loe juga harus mengulangi tes SIM ini lagi dan harus lulus, mau kagak?’ kata Hadi. “ iya, gue berjanji ndak bakal egois lagi dan mau ngikutin ujian SIM lagi. Tapi dengan satu ayarat loe berdua harus mau menemani gue dalam proses ini. Gimana?’ pinta Galang. “ Iya dong, kami pasti membantu loe dalam keadaan apapun. Ya kagak Di, Hadi?” kata Naufal. “ Iya dong, kita kan sahabat untuk selamanya.” Kata Hadi. Akhir cerita mereka pun menjadi teman dan sahabat baik lagi dan tidak ada pertikaian lagi walau pun sering ada perbendaan pendapat, tetapi mereka tetap mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi