Siapkah yang Tua?

Suatu hari di semester 2 kehidupanku di kampus, tiba-tiba bapakku menelpon. Betapa bahagianya diriku ditelpon bapakku tanpa aku harus meminta ia menelponku , ya karena memang bapakku jarang banget nelpon aku.

Bapak : "Assalamu'alaikum Lul, piye kabare ning Solo (gimana kabarnya di Solo), sehat kan?"
Aku : "Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh Pak, alhamdulillah sehat Pak. Bapak pripun teng ndalem? sehat ugi? (bapak gimana di rumah? sehat juga?)
Bapak : "Alhamdulillah sehat."
Aku : "Alhamdulillah."

Seketika hening, karena memang bapakku itu orang yang jarang sekali mau ngobrol lewat telpon, jadi bingung mau ngobrol apa mungkin hehehe.
Bapak : "Gimana kuliahmu? Lancar?"
Aku : "Alhamdulillah Pak, ya seperti ini. Berangkat setiap hari dari pagi sampe sore."
Bapak : "Tapi betah to di sana?"
Aku : "Loh memang boleh enggak betah to Pak? Kalau boleh aku mau daftar SBMPTN lagi loh hehehe."
Bapak : "He ngawur kamu. Uang kirimane cukup kan?"
Aku : "Alhamdulillah selama ini cukup kok Pak."
Bapak : "Misal buat beli buku atau peralatan sesuatu masih bisa kan?"
Aku : "Iya Pak, masih kok. Kabare mas mbak di rumah gimana?"
Bapak : "Alhamdulillah sehat semua kok."
Aku : "Simbah juga sehat?"
Bapak : "Iya sehat."
Aku : "Si Reyhan sakit sakit lagi enggak? Katane kemarin habis demam?"
Bapak : "Alhamdulillah sehat, sekarang makannya udah banyak banget hahaha. Malah sebenere Bapak yang sakit kemarin."
Aku : "Loh, bapak sakit apa? kok enggak kabar-kabar kalau sakit??"
Bapak : "Panas, enggak ah. Nanti malah mengganggu konsentrasi kuliahmu."
Aku : "Panas kenapa Pak? Ya Allah,kan kemarin aku libur, tau gitu aku pulang."
Bapak : "Enggak usah, kasihan kamu kebanyakan ujian. Jadi kemarin Bapak jatuh dari sepeda gara2 angin kencang. Terus luka akhire malah jadi panas badane."
Aku : "Ya Allah, terus udah periksa Pak? Lukane sekarang gimana?"
Bapak : "Udah udah, udah periksa, lukanya dibersihin, dikasih obat metformin juga dan kasih obat lain juga. Sekarang udah mendingan kok."
Aku : "Alhamdulillah. Kok sampe metforminnya disebut juga buat apa?"
Bapak : "La kamu sama mas mu si Rio kalau tanya kabar kan mesti tanya kabar glukosaku juga. Ya sekalian tak sebut biar kamu rak sah takon maneh. Hehehehe."
Aku : "Oalah hehehehe. Kok bisa jatuh gimana Pak ceritanya?"
Bapak : "Jadi 2 apa 3 hari yang lalu ya itu, waktu subuh, la di Batang itu hujan agak deras. Terus bapak ke masjid naik sepeda, kan subuh jadwalnya bersepeda. La Bapak kan gak seneng pake jas hujan to, akhire Bapak pake payung. Eh entah kenapa baru di depan pagar rumah, ada angin kencang payungnya kabur dan Bapak jatuh. Akhire luka dan demam."
Aku : "Allah... kok dipaksa ke masjid to Pak, kan hujan. Bukane ada keringanan ketika hujan boleh shalat di rumah?"
Bapak : "Bapak malu Lul, masak dulu sewaktu kerja, walau hujan deras tetep berangkat dengan jas hujan dan payung. Masak sekarang ada payung dan dipanggil untuk shalat berjamaah, Bapak gak mau berangkat ke masjid ???"

~~~~~~~~~~
Mendengar perkataan itu, aku hanya bisa beristighfar dan menyeka air mata yang tiba-tiba keluar dengan sendirinya. Aku sangat malu dan terlampau malu untuk berkata-kata lagi dngan Bapakku. Aku di sini, kadang cuma gerimis dikit sudah membuatku malah untuk shalat jamaah ke masjid. Padahal jarak kosku ke masjid bila dibandingkan dengan jarak rumahku dengan masjid yang biasa kami sholat itu hanya separuhnya. Tapi aku malah malas2an. Hingga aku berpikir, sebetulnya yang tua itu siapa, aku atau bapakku? Bapakku hujan deras pun masih ke masjid, masak aku cuma gerimis saja gak mau untuk shalat berjamaah ke masjid.


Kosan AlFatih , 21-12-2017

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi