Pemeriksaan Penunjang untuk Kelainan Tiroid dan Paratiroid


Pemriksaan untuk Tiroid
1. Tes Fungsi Hormonal

Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida. Kadar TSH darah normal adalah 0,5-4,5 mIU/L pada orang dewasa.
2. Imaging Test
-          CT Scan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas). Bisa juga untuk melihat adanya adenoma atau karsinoma pada kelenjar tiroid.
-          MRI Scan
Menggunakan gelombang magnet untuk melihat gambaran kelenjar tiroid
-          Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan  leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma. Pemeriksaan ini sangat sensitif untuk mengetahui ukuran nodul tiroid, namun terbatas dalam membedakan apakah nodulnya merupakan adenoma atau karsinoma.
-          Sidikan (Scan) tiroid
Sidik tiroid adalah pencitraan isotopik yang akan memberikan gambaran morfologi fungsional yang berarti hasil pencitraan merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid. Melalui pemeriksaaan ini bisa dilihat :
       Distribusi difus rata-rata di kedua lobus (normal)
       Distribusi kurang atau tidak menangkap radioaktivitas pada suatu area (cold nodule)
       Penangkapan radioaktivitas pada suatu daerah / nodul lebih tinggi dari jaringan sekitarnya (hot nodule)
Penangkapan radioaktivitas pada suatu daerah / nodul seikit meninggi/ hampir sama dari jaringan sekitarnya (warm nodule). Cara sidik tiroid adalah dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan yodium 125 / yodium 131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid. Pemeriksaan ini tidak bisa membedakan karsinoma tiroid dengan baik.

 3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Dengan biopsi dapat ditemukan nodul tiroid tersebut bersifat jinak, curiga atau ganas. Sehingga dapat ditentukan terapi dan penangannannya. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.

Pemeriksaan untuk paratiroid
1. Tes Darah
-                   Mengukur kadar kalsium darah, bila kadar kalsium kurang dari normal bisa indikasi hipoparatiroidisme, bila kadar kalsium lebih dari normal bisa indikasi hiperparatiroidisme (normalnya 8,5-10,2 mg/dL)
-                   Mengukur kadar parathormon darah, bila kadar parathormon kurang dari normal bisa indikasi hipoparatiroidisme, bila kadar parathormon lebih dari normal bisa indikasi hiperparatiroidisme (normalnya 10-55 pg/mL) 
2. Bone mineral density test (Bone densitometry)
Menggunakan dual energy X-ray absorptiometry/ DEXA scan, tesnya menggunakan alat x-ray khusus untuk mengetahui berapa banyak kalsium dan mineral lain yang ada pada segmen tulang. Hasil tesnya adalah T-score, makin kecil t-score, makin kecil kepadatan tulangnya. Untuk t-score -1,0 ke atas artinya tulang normal, t-score -1,0 hingga -2,5 artinya osteopenia dan t-score -2,5 ke bawah artinya osteoporosis. T-score yang di bawah -2,5 bisa ada indikasi hipoparatiroidisme.
 3. Tes Urin
Pengumpulan urin selama 24 jam bisa memberi informasi mengenai fungsi ginjal dan seberapa banyak kalsium yang dikeluarkan ginjal melalui urine. Tes ini bisa memberi indikasi seberapa parahnya hipertiroidisme atau mendiagnosis gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperparatiroidisime. Kadar kalsium normal pada orang dengan diet kalsium normal adalah 100-300 mg/hari. Bila lebih dari itu, bisa indikasi adanya hiperparatiroidisime, namun bisa juga merupakan indikasi milk-alkali syndrome, idiopathic hypercalciuria, gagal ginjal, keracunan vitamin D, dsb.
 4. Sestamibi Parathyroid Scan
Sestamibi merupakan bahan radioaktif yang bisa diserap oleh kelenjar paratiroid yang overaktif dan bisa dideteksi oleh scanner yang bisa mendeteksi aktivitas radioaktif. Kelenjar paratiroid normal juga bisa menyerap sestamibi, tetapi kelenjar yang mengalami gangguan seperti adenoma hingga menyebabkan overaktif akan menyerap lebih banyak. Dari hasil tersebut bisa diketahui tentang apakah ada gangguan kelenjar paratiroid.
 5. Imaging Test  
-                   Ultrasound : Ultrasound menggunakan gelombang suara untuk memproduksi gambar kelenjar paratiroid dan jaringan sekitarnya, dari gambar tersebut bisa diketahui adanya gangguan seperti adenoma, dsb.
-                   CT Scan : Menggunakan gambar x-ray yang diambil dari berbagai sisi dan diproses melalui komputer untuk mendapat gambar kelenjar paratiroid.
-                   MRI Scan : Menggunakan gelombang magnet untuk melihat gambaran kelenjarparatiroid.

Daftar Pustaka

Sherwood, Lauralee. (2016). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 3). 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hall JE dan Guyton AC. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi keduabelas). Jakarta : Saunders Elsavier

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid pada Pekan Tiroid Sedunia 25-31 Mei 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses 2 Maret 2017 melalui 

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi