Diabetes Mellitus - Bagian 4
Ada empat pilar terapi dari penyakit DM
a. Pengaturan Asupan Gizi
Ada berbagai macam pola pengaturan
asupan gizi bagi penderita diabetes. Pada dasarnya pengaturan makan penderita
diabetes harus dikontrol dengan 3 J yakni jumlah, jenis, dan jadwalnya. Selain
itu terdapat pula 21 macam diet yang disarannkan ke penderita diabetes sesuai
dengan kondisi yang ada di pasien, di antaranya adalah
● Diet DM B
Mempunyai karakteristik
1) Kalori tersusun atas 68 % kalori
karbohidrat, 12 % kal protein, dan 20 %
kal lemak.
2) Karbohidrat yang digunakan adalah
karbohidrat kompleks tidak mengandung glukosa.
3) Mempunyai kandungan kolesterol <
300 mg/hari.
4) Usahakan mengandung protein yang
essensial.
5) Kaya akan serat.
6) Diberikan 6 kali sehari setiap 3 jam
dengan 3 kali makan utama dan 3 kali makan antara (penyeling).
7) Pagi 20 % kal, siang dan malam
masing-masing 25 % kal, dan makan antara masing-masing 10 %.
Kekurangannya tidak bisa
diaplikasikan pada orang yang
1) Kurang tahan lapar.
2) Menderita dislipidemi.
3) Mempunyai penyakit makroangiopati
(jantung koroner).
4) Mempunyai penyakit mikroangiopati.
● Diet DM B puasa
Komposisi yang diberikan sama dengan
diet DM B tetapi pemberiannya disesuaikan dengan jam makan Ramadan.
Pemberiannya 3 kali makanan utama saat buka puasa (30%), selepas tarawih (25%),
dan sahur (25%). Sedangkan makanan antara diberikan 2 kali sebelum tidur dan 1
kali saat sahur.
● Diet DM B2
Diidentifikasikan pada diabetisi
dengan komplikasi nefropati stadium 1, 2, 3 atau yang belum mengalami
hemodialisis. Karakteristiknya
❖ Rendah protein dengan kandungan
protein 0,6 g/kgBB/hari.
❖ Komposisinya 74% karbohidrat, 20%
lemak, 8% protein tinggi asam amino essensial.
● Diet DM BE
Diindikasikan pada penderita
nefropati stadium 4 dengan proteinuria > 3 g/hari atau albuminuria berat
tetapi belum mengalami hemodialisis. Karakteristiknya
❖ Rendah protein dengan kandungan
protein 0,8 g/kgBB/hari.
❖ Komposisinya 72% karbohidrat, 20 %
lemak tak jenuh, 8% protein tinggi asam amino essensial.
Ada sebuah pedoman yang lebih umum
dan bisa diaplikasikan untuk diabetisi secara umu yaitu GULOH-SISAR dan BNI,
yaitu:
● G (gula) : membatasi konsumsi gula.
● U (urat) : membatasi konsumsi
makanan yang mengandung urat tinngi untuk menghindari dan mencegah
hiperurisemia, melalui pembatasan JAS BUKET (Jeroan, Alkohol, Sarden, Burung
dara, Unggas, Kacang-kacangan, Emping, Tape).
● L (lemak) : batasi konsumsi lemak
terutama lemak jenuh.
● O (obesitas) : jaga berat badan
tubuh agar tidak terjadi obesitas.
● H (hipertensi) : jaga agar terhindar
dari hipertensi dan hindari faktor-faktor hipertensi.
● S (sigaret) : stop merokok.
● I (inaktivitas) : lakukan olah raga
rutin.
● S (stress) : jaga agar tidak terjadi
stress.
● A (alkohol) : stop kondumdi alkohol.
● R (regukar check-up) : lakukan
kontrol rutin.
❖ B (batasi) : batasi semua konsumsi
sampai batas aman.
❖ N (nikmati) : nikmati apa yang harus
dijalani agar progam diet terus berjalan.
❖ I (imbangi) : imbangi progam diet
dengan aktivitas fisik.
Selain 21 macam diet di atas, NHS
memberikan beberapa nasihat diet bagi penderita diabetes:
1. Tingkatkan jumlah serat dalam
makanan yang dikonsumsi.
2. Makanlah banyak buah dan sayur
minimal 5 porsi sehari.
3. Pilih makanan yang mengandung lemak
tidak jenuh.
4. Hindari snack yang berlemak dan
manis.
5. Kurangi konsumsi garam (konsumsi
kurang dari 6g per harinya).
6. Kurangi minum minuman beralkohol
7. Jangan pernah lewatkan sarapan.
8. Jaga supaya tubuh tetap memiliki
cairan yang cukup.
b.
Medikamentosa
1. Insulin
Insulin
adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam merespon glukosa.
Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2
rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam
amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke
dalam sel.
Macam-macam
sediaan insulin:
a. Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin
tunggal biasa, mulai kerjanya baru sesudah setengah jam (injeksi subkutan),
contoh: Actrapid, Velosulin, Humulin Regular.
b.
Insulin kerja panjang (long-acting)
Sediaan insulin ini bekerja dengan
cara mempersulit daya larutnya di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya
dari tempat injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan adalah mencampurkan
insulin dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh:
Monotard Human.
c. Insulin kerja sedang (medium-acting)
Sediaan insulin ini jangka waktu
efeknya dapat divariasikan dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan
lama kerja berlainan, contoh: Mixtard 30 HM.
Secara
keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan memerlukan insulin
untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat
dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan kombinasi metformin dan
sulfonilurea, langkah selanjutnya yang mungkin diberikan adalah insulin.
2.
OAD
OAD atau oral
anti-diabetika merupakan obat untuk penderita diabetes yang
Digunakan untuk
penderita DM tipe 2 yang tidak membutuhkan insulin yang di suntikan
(parenteral). OAD sendiri memiliki beberapa mekanisme kerja diantaranya yaitu:
1.
Merangsang sel beta pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin
ke darah.
2.
Menurunkan resistensi terhadap insulin.
3.
Menghambat penyerapan karbohidrat di usus.
4.
Menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan gukosa
dijaringan.
5.
Meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin.
6.
Menghambat alphaglukosidase
yang mengubah di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.
Oral anti-diabetika dibagi menjadi 6 golongan dan
turunan-turunannya, antara lain, yaitu:
1.
Sulfonilurea
ekerja dengan cara merangsang sekresi insulin di pankreas
sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Terdapat
beberapa jenis sulfonilurea yang tidak terlalu berbeda dalam efektivitasnya.
Perbedaan terletak pada farmakokinetik dan lama kerja. Beberapa contoh turunan
dari golongan ini, yaitu:
●
Karbutamid
●
Tolbutamid(rastinon)
●
Glikliazide (diamicron)
●
Glibornuride (glutril)
●
Tolazamide (tolinase)
●
Glibenclamide
(daonil/euglicon)
●
Chloropropamide (diabenese)
Kebanyakan yang beredar adalah sulfonilurea generasi ke
II, kecuali chloropropamide.
2.
Meglitinide (kalium-channel blockers)
Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea dan
menutup ATP-sensitive potassium chanel.
Yang termasuk dalam golongan ini, yaitu:
●
Repaglinide
●
Nateglinide/starlix
Obat
golongan meglitinide tidak diasarankan untuk pasien yang
Memiliki
gangguang fungsi hati dan ginjal. Dan pasien yang
menggunakan obat golongan ini wajib untuk makan dan tidak
menunda makan karena akan menimbulkan hipoglikemi, obat ini digunakan sebelum
makan.
3. Biguanid
Biguanid sebenarnya bukanlah hipoglicemic agents tetapi
suatu antihiperglikemik dan umumnya tidak menyebabkan tanda hipoglikemi bahkan
lebih tepat disebut sebagai “Euglikemic Agents”. Bekerja dengan cara menghambat
glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Termasuk dalam
golongan ini adalah Metformin,
Fenformin, Buformin. Efek samping yang sering terjadi (20% dari pemakai
obat) adalah gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, rasa tidak
enak di abdomen dan diare.
4.
Thiazolidinedione
Obat golongan ini mempunyai kerja farmakologi yang
istimewa disebut sebagai Insulin Sensitizers yang berfungsi untuk mengurangi
resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap
insulin. Berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi
insulin. Karenannya penyerapan glukosa ke jaringan lemak dan otot meningkat,
juga kapasitas penimpunana di jaringan. Golongan ini merupakan golongan baru
dari ADO. Termasuk kedalam golongan ini adalah Pioglitazone, Rosiglitazone, dan
Troglitazone.
5. Inhibitor α-Glukosidase
Inhibitor α-Glukosidase berkerja atas dasar persaingan
merintangi enzim α-Glukosidase dimukosa duodenum, sehingga penguraian
polisakarida menjadi monosakarida terhambat karena hanya bentuk monosakarida
seperti glukosa dan fruktosa yang dapat ditransport keluar dari lumen usus
dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam darah
juga lebih lambat., sehingga puncak kadar gula darah dihindarkan. Penyerapan
tersebut dipermudah dengan enzim amilase-α dan α-Glukosidase yang menempel pada
batas pertemuan sel usus. Acarbose dan Miglitol merupakan contoh dari golongan
ini dan berkerja sebagai penghambat kompetitif α-Glukosidase dan memodulisasi
pencernaan pasca-prandial dan absorbsi polisakarida/ strach, dekstrin, dan
disakarida di intestin. Secara struktural miglitol berbeda dengan acarbose,
miglitol 6x lebih kuat dalam menghambat sukrose, meskipun afinitas ikatan kedua
zat tersebut berbeda tetapi sasarannya sama yaitu α-Glukosidase: sucrase,
maltase, glicoamilase, dextranase, dan isomaltase (hanya miglitol) dan memiliki
sedikit efek pada amylase-α (hanya acarbose) atau pada glukosidase-beta (hanya
pada miglitol) yang memecah pada posisi beta seperti lactose. Efek samping yang
sering ditimbulkan adalah sering terbentuknya gas di usus (flatulensi) karena
karbohidrat yang tidak diserap oleh kolon kemudian difermentasi menjadi asam
lemak rantai pendek, ditambah lagi oleh peningkatan oleh flora usus sehingga
terbentuk gas; selain itu terjadi nyeri abdominal/ kejang perut; selain itu
diare, terutama pada dosis tinggi dan bila digunakan asupan bersama gula.
Khusus untuk acarbose akan efektif bila digunakan bersama makanan berserat yang
mengandung banyak polisakarida, sedikit glukosa dan sukrosa.
6. Inhibitor DPP-4/ DPP-4 Blockers
DPP-4 memiliki beberapa nama generik seperti saxagliptin,
linagliptin, sitagliptin (januvia), dan vilda-gliptin (galvus). DPP-4 inhibitor
digunakan peroral dalam bentuk pil, dapat juga digunakan tersendiri juga dalam
kombinasi dengan obat DM lainnya, tersedia juga dalam pil kombinasi. Mekanisme
kerja DPP-4 inhibitor adalah meningkatkan kadar dan aksi dari GLP-1 dan GIP
(GLP-1 reseptor) sehingga sekresi insulin meningkat sesuai dengan kadar glukosa
darah dan menekan sekresi glukagon dari sel α pankreas. Kerja obat ini kompetitif
dan reversible menghambat 90% aktivitas DPP-4 dalam plasma selama 24 jam,
penghambatan DPP-4 meningkatkan sekitar dua kali lipat bentuk aktif GIP dan
GLP-1 endogen dalam sirkulasi darah sehingga sekresi insulin meningkat serta
menurunkan gula darah tanpa hipoglikemi.
c. Latihan Fisik
Latihan fisik yang teratur dapat
menjadi suatu invisible insulin bagi manusia. Latihan fisik dapat meningkatkan
pelepasan vesikel GLUT menuju ke membran sel melalui pathway yang berbeda dari
insulin. Dengan meningkatnya jumlah GLUT pada membran sel, uptake glukosa dalam
sel menjadi meningkat. Latihan fisik yang teratur ini dianjurkan bagi penderita
diabetes dengan kadar gula <250 mg/dl. Apabila gula darah sudah melebihi 250
mg/dl maka latihan fisik tidak dianjurkan. Prinsip dari latihan fisik penderita
diabetes adalah pengaturan frekuensi, intensitas, jenis, dan durasi.
Frekuensi : teratur 3-5 kali dengan hari tersebar dalam seminggu.
Intensitas : ringan-sedang (60-70% MHR, Maximum Heart Rate : 220-umur)
Durasi : 30-60 menit
Jenis : aerobik atau
endurance (jalan, jogging, sepeda, renang, dan lain-lain)
Olahraga dianjurkan pada pagi hari,
setelah makan untuk menghindari hipoglikemia. Insulin sebaiknya disuntikkan
pada bagian abdomen bukan subkutan agar penyebarannya menjadi lebih lambat dan
untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.
Hal yang perlu diperhatikan dalam
olahraga :
1. Pemanasan : untuk mempersiapkan
tubuh dalam menghadapi kenaikan suhu tubuh akibat naiknya metabolisme.
Digunakan untuk menghindari cidera. Dianjurkan 5-10 menit.
2. Gerakan inti : denyut nadi mencapai
THR (Target Heart Rate) yakni 75%
dari MHR. Apabila denyut nadi kurang dari THR maka tubuh tidak mendapat manfaat
dari latihan fisik yang dilakukan, tetapi apabila denyut nadi lebih dari THR
maka akan berbahaya.
3. Pendinginan : mencegah penimbunan
asam laktat. Dilakukan 5-10 menit. Denyut nadi mulai menurun seperti ketika
istirahat.
4. Peregangan : untuk menjaga agar otot
tidak tegang dan tetap elastis.
d. Edukasi
Edukasi untuk tidak merokok dan
tidak mengkonsumsi alkohol.
Saat ini terapi lain yang dapat
digunakan untuk mengatasi diabetes melitus masih terus diteliti seperti pada
teknologi cangkok sel beta pankreas dan pengembangan terapi sel punca.
Prognosis Diabetes Mellitus
a. Bila diabetes mellitus ditangani
dengan baik maka dapat menurunkan kemungkinan komplikasi. Oleh karena itu
sangat penting untuk menjaga kestabilan gula darah, tensi, kolesterol, dan
berat badan.
b. Diabetes Mellitus tipe 2 menghadapi
kemungkinan kematiana 3x lebih tinggi dibandingkan orang biasa.
c. Bila terkena cardiovascular disease,
maka angka kematiannya untuk pria penderita DM menjadi 5x lebih besar,
sedangkan wanita penderita DM menjadi 8x lebih besar.
d. Kadar HbA1c mempengaruhi risiko
kematian pada penderita DM secara radikal, setiap kenaikan 1% menambah 21%
kematian.
Daftar Pustaka
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. (2006). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 2). 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Universitas
Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23200/4/Chapter%20II.pdf. (diakses 11 Maret 2017)
Walker,
B., Colledge, NR, Ralston, S. Penman, I. (2014). Davidson's Principles and Practice of Medicine. 22nd Edition.
London: Churchill Livingstone
American
Academy of Family Physicians. (2014). Oral
Medicines for Diabetes.
https://familydoctor.org/oral-medicines-for-diabetes/. (diakses 7 Maret 2017).
Aru
W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....