Pola Makan Sehat Islami

Banyak beredar di era sekarang sebuah tajuk atau artikel yang mengatakan bahwa inilah cara makanan secara alami, inilah makanan sesuai dengan prinsip nabi, dan lain sebagainya, padahal dalam sebuah kaidah yang diutarakann beberapa ulama seperti halnya Syeikh Muhammad al Utsaimin mengatakan bahwa tidak semua pola hidup sehat ala nabi diriwayatkan dalam hadits maka perlu penggabungan antara konsep thibbun Nabawi dan konsep medis modern. Untuk rujukan terbaik dalam meninjau kajian tentang thibbun Nabawi bisa dibuka di dalam buku Thibb An Nabawi karangan Ibnu qayyim.


Seperti apa pola makan ala Rasul itu?
Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa sumber penyakit itu ada tiga macam dari makanan, infeksi, dan lingkungan, yang paling sering menyebabkan penyakit atau rasa sakit adalah makanan. Sebenarnya prinsip dalam makan atau diet ala Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu seperti yang disebutkan dalam Alquran dalam surat al-a'raf ayat 31 yang artinya “makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

Sering juga kita dengar hadist yang mengatakan perut itu dibagi tiga isinya,  sepertiga untuk makanan, sepertiga lagi untuk minuman, sepertiga sisanya untuk pernapasan. Maka dari itu para ulama mengajarkan agar kita cukup saja dalam makan tidak berlebihan. Jangan sampai kekenyangan cukup beberapa suatu saja untuk sekadar memberi asupan energi pada aktivitas sehari-hari. 



Imam Syafi'i dan Imam Nawawi menghukumi kekenyangan itu makruh karena kekenyangan itu bisa membuat malas beribadah, namun untuk beberapa kali kekenyangan tidak menimbulkan masalah karena dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat pernah minum susu sampai kekenyangan. Tapi ingat ini hanya untuk beberapa kali tidak melulu. 

Lantas untuk menu makan yang dianjurkan oleh Rasulullah seperti apa?
Jadi untuk menu makan sendiri seperti makan ini dan makan itu, atau dianjurkan makan ikan dengan semangka itu tidak boleh, atau lainnya itu tidak ada keterangan yang lebih lanjut. Bahkan Ibnu Hajar mengatakan “makanan dan obat itu sesuai dengan tempatnya” artinya kita disuruh makan sesuai dengan kebudayaan dan jenis makanan yang tersedia di sekitar kita dan dengan prinsip makanan itu halal dan Thoyib serta mengikuti kaidah Al A'raf 31 di atas.

Untuk makan yang dinilai sunnah sendiri, para ulama menjelaskan yaitu makan yang mengikuti arahan nabi secara rinci, tidak sekedar makan, misal makan kurma waktu sahur atau waktu berbuka itu bisa dinilai sunnah, bukan setiap makan kurma itu sunnah. Begitu pula untuk pengobatan misal minum habbatussauda saat sakit bukan minum habbatussauda tiap hari tanpa adanya indikasi.

Di Indonesia, dari segi medis modern sendiri dikenal sebuah istilah tentang pola makan yaitu ‘ISI PIRINGKU’ intinya dalam isi piringku itu terdapat dalam satu piring dibagi menjadi tiga; sepertiganya untuk sumber karbohidrat berarti kalau di Indonesia itu berwujud nasi, ketela, ubi, kentang; sepertiganya itu berisi sayuran; dan sepertiganya itu berisi lauk dan buah. Intinya dalam makan secara prospektif medis modern dalam satu piring itu berisi bermacam-macam dan memenuhi kebutuhan dasar yaitu sumber energi yaitu karbohidrat dan lemak; zat pembangun yaitu protein; dan vitamin serta mineral.

Lantas muncul sebuah pertanyaan “kalau makan banyak saja tapi tetap lapar bagaimana itu” para ulama selalu mengingatkan agar senantiasa jangan lupa mengucapkan ‘basmalah’ karena makanan yang kita makan tanpa mengucapkan Allah maka setan akan turut dapat bagian di dalamnya.

Lantas benarkah pendapat yang mengatakan bahwa makan ala nabi itu makannya kurma saja tidak yang lain di hari itu, atau menghindari zat-zat tepung seperti nasi. Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa Ibnu Hajar al-asqalani bahwa “makanan dan obat itu sesuai dengan tempatnya” berarti jenis makanan yang bisa dikonsumsi manusia itu disesuaikan dengan kebudayaan dan geografis orang-orang tersebut. Prinsipnya dalam makan secara Islam adalah halal dan thoyib serta mengikuti prinsip di dalam surat al-a'raf ayat 31 yaitu “makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. 

Jadi untuk makan apapun itu terserah, yang penting yang kita makan itu tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan kita saat ini dan beberapa waktu kedepan.
Allahu a’lam



Sumber

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi