Posts

Kaidah Dasar dalam Menuntut Ilmu

Image
 Artikel ini merupakan ringkasan penulis dari 2 kitab kecil, berjudul "Al Manhajiyyah fii Thalabul Ilmi” karya  Syaikh Abul Hasan Ali Ar Raazihiy dan "Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm" yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi, dan halaqah silsilah Ilmiyah ustadz Dr. Abdullah Roy tentang mengagungkan ilmu. 1. Jujur kepada Allah dan mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu, dan membersihkan tempat ilmu Allah berfirman  “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” ( al Bayyinah 5 ) - Wajib atas seorang penuntut ilmu mengikhlaskan niatnya didalam menuntut ilmu dan menjadikan satu-satunya tujuannya dalam menuntut ilmu hanyalah untuk mengharap wajah Allah. Dan wajib atas seseorang untuk berhati-hati didalam jalannya menuntut ilmu agar tidak terjatuh kepada tujua...

Hukum Berobat

Image
Suatu kaidah penting yang harus diyakini adalah setiap penyakit pasti ada obatnya sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً "Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut" (HR al-Bukhari) Lantas sejatinya bagaimanakah hukum dalam berobat? Ketika kita membahas sebuah hukum berobat, maka kita tidak akan jauh dari prinsip keimanan kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk, dan juga kita akan sedikit menyinggung tentang ikhtiar dan tawakal Syekh Muhammad bin sholih Al utsaimin menjelaskan di dalam syaroh Al mumti  bahwa ada tiga hal mengenai hukum berobat Yang pertama , jika memang dalam berobat itu diketahui benar-benar manfaatnya, terdapat sangkaan atau dugaan kuat adanya manfaat dari sebuah pengobatan, atau terdapat kemungkinan timbulnya bahaya jika meninggalkannya, maka hukum berobat dalam hal ini adalah wajib Sebagai contoh, misalnya seorang suam...

Kan gaboleh kena air, berarti gaboleh berwudhu, masak sholat?

Image
"MasyaAllah pak, ketemu lagi ya sama saya setelah kemarin 2 minggu bareng di rs yang kemarin" "Iya to mas, ternyata masih belum sembuh, akhirnya dirujuk ke Jebres" "Oh nggih pak, niki saya ijin membersihkan kulitnya bapaknya, jadi maaf kalau mengganggu istirahatnya" "iya mas, kula matur nuwun dah dibantu dirawat" "nggih pak, la panjenengan niki sampun sholat subuh atau belum pak? Kalau belum, bapak sholat dulu saja" "endak mas, kan saya masih sakit, gaboleh kena air, masak sholat tanpa wudhu" "hlo jadi selama ini endak sholat subuh pak?" "yo endak, kan gaboleh kena air, masak sholat" Begitulah kira kira jawaban pasien medikasiku saat aku (penulis) menjalani koas stase kulit. Saat itu aku ditugaskan melakukan medikasi ke pasien yang mengalami DRESS ( Drug Reaction With Eosinophilia and Systemic Symptom ), dimana pasien mengalami kondisi kulit yang mengelupas dikarenakan karena obat. Medikasi ini aku lakukan ...

Prognosis, Takdir, Ikhtiar, dan Sabar

Image
Tak jarang ketika bekerja di IGD sebagai dokter, penulis menemui di mana pasien tiba dengan kondisi yang sangat gawat darurat, atau dalam kajian kedaruratan masuk kriteria triase merah, mulai dari kondisi ancaman gagal nafas yang serius, penurunan kesadaran yang tidak jelas penyebabnya, atau resiko henti jantung yang tinggi. Di saat itulah, keluarga pasien atau bahkan sekadar orang yang mengantar walau bukan siapa siapanya sangat berharap besar kepada kami tenaga Kesehatan yang berada di IGD. Istilah orang awamnya itu nyawa di tangan kami, padahal kurang tepat. Di saat kondisi krusial seperti itu, penting sekali menekankan akan penglurusan takdir. Seniorku seorang konsulan penyakit dalam di rs tempatku bekerja pernah memberikan nasehat “ketika datang pasien dengan kondisi yang buruk atau ada peluang perburukan, maka sampaikan dengan sejelas jelasnya ke keluarga pasien akan kondisi itu, katakanlah kemungkinan terburuk terlebih dahulu yang bisa terjadi, lalu sampaikan resiko tindakan dan...

Gimana saya mau sholat? kan masih haidh

Image
 Begitulah kata salah satu pasien yang kutemui saat mengisi BP Umum Puskesmas. Jadi saat itu datanglah wanita paruh baya dengan keluhan sering letih dan pucat selama 2 bulan ini, setelah kulakukan anamnesis kudapati wanita tersebut mengalami haidh yang berkepanjangan selama 2 bulan ini, tidak pernah berhenti sama sekali. Aku langsung reflek menanyakan "hlo terus kok baru ke sini?", "la ku kira ini haidh biasa dok, tapi kok gak berhenti henti" jawab wanita tersebut. "terus selama 2 bulan ini, jenengan sholat tidak?" tanyaku ketika melihat wanita itu memakai jilbab rapi dan menutup aurat, "Yo gimana mau sholat, kan masih haidh" jawab wanita itu dengan tegas. Mendengar jawaban itu aku langsung istighfar dan mencoba memaklumi dengan udzur mungkin wanita ini belum tahu.  Mengenai kondisi ini, di dalam dunia medis konvensional, kita mengenal adanya Abnormal Uterine Bleeding (AUB) , AUB sendiri didefinisikan perdarahan dari uterus yang berlangsung lebih...

Nasehat untuk Penjenguk Orang Sakit

Image
 Adab-Adab Bagi Orang Yang Menjenguk Orang Sakit. 1. Hendaknya dalam mengunjungi orang yang sakit diiringi dengan niat yang ikhlas dan tujuan yang baik. Seperti misalnya yang dikunjunginya adalah seorang ulama atau teman yang shalih, atau engkau mengunjunginya dalam rangka untuk beramar ma’ruf atau mencegah kemunkaran yang dilakukan dengan lemah lembut atau dengan tujuan memenuhi hajatnya atau untuk melunasi hutangnya, atau untuk meluruskan agamanya atau untuk mengetahui tentang keadaannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: مَنْ عَادَ مَرِيْضاً أَوْ زَارَ أَخاً لَهُ فِي اللهِ أَيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ بِأَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً "Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah atau di jalan Allah, akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berlaku mulia dan mulia pula langkahmu (dalam mengunjunginya), serta akan kau tempati rumah di Surga.” [HR. At-Tirmidzi n...

Karena Kita Bukan Ustadz

Image
 Suatu hari selepas sholat ashar berjamaah di rs tempatku iship, aku dihampiri ama konsulen jantung, saat  itu bertanya, karena kami sama sama masbuk "Lul, kenapa kamu bikin shof dari pinggir? Bukane yang terbaik shof itu dari tengah?" "oh itu tadi dok,  tadi ada bapak-bapak sebelum kita dah dari pinggir bikinnya, kupikir itu ya baiknya nyambungin shof aja daripada dari tengah malah mutus gitu" Dijawab lah ama konsulen ni, "jangan gitu to, kamu tau kan kalau yang bener itu bikin shof dari tengah. Harusnya kita sebagai orang yang tahu yang mana yang benar dan yang mana yang kurang benar ya mencontohkan, jadi kita tetep bikin shof dari tengah" "oalah gitu dok, berarti gapapa menjadi dua kubu gitu?" "Iya lul, kalau kita ikut-ikutan shof bapaknya tadi, ya taunya bapake dia bener. Dia gak bakal berubah nanti, bakal terus shof dari pinggir. Kalau kita pas liat bapake bikin shof dari pinggir terus kita gak ngikutin kan dia bakal mikir, kenapa gak p...