Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respons Pasien terhadap Obat
a) Kondisi Fisiologik
-
Anak
Faktor yang digunakan untuk
menghitung dosis anak dari dosis dewasa antara lain usia, berat badan, luas
permukaan tubuh, maupun kombinasi faktor-faktor tersebut.
Perhitungan dosis berdasarkan usia dibagi menjadi beberapa kelompok
usia yakni neonatus (sampai 1 bulan), bayi (sampai 1 tahun), anak (1-5 tahun),
dan anak (6-12 tahun).
Perhitungan dosis berdasarkan berat
badan digunakan
untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan tetapi seringkali
perhitungan dosis berdasarkan berat saja menghasilkan dosis anak yang terlalu
kecil karena anak memiliki laju metabolisme lebih tinggi dan volume distribusi
yang lebih besar sehingga per kg berat badannya seringkali membutuhkan dosis
yang lebih besar dibanding dewasa
Perhitungan obat berdasarkan luas
permukaan tubuh
lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomena fisik lebih erat
hubungannya dengan luas permukaan tubuh.
-
Neonatus
dan Bayi Prematur
Pada usia ekstrim ini terdapat
perbedaan respons yang terutama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai
fungsi farmakokinetik tubuh yakni fungsi biotransformasi hati (terutama
glukuronidasi dan hidroksilasi), fungsi ekskresi ginjal yang hanya 60-70 dari
dewasa, kapasitas ikatan protein plasma (albumin) yang rendah, dan sawar darah
otak serta sawar kulit yang belum sempurna.
Selain itu pada beberapa obat juga
terjadi peningkatan sensitivitas reseptor sehingga terjadi reaksi berlebihan
atau efek toksik.
Dosis yang diberikan harus lebih
kecil dari dosis yang dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh.
-
Usia
Lanjut
Respon pasien usia lanjut terhadap
obat berbeda dari dewasa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yakni :
a. Penurunan fungsi ginjal
b. Berkurangnya kadar albumin darah
sehingga meningkatkan kadar obat bebas
c. Perubahan faktor-faktor
farmakodinamik seperti peningkatan sensitivitas reseptor terutama di otak dan
penurunan mekanisme homeostatik
d. Mulai timbul penyakit
e. Penggunaan banyak obat atau
akumulasi obat yang dikonsumsi selama ini
-
Dewasa
b) Kondisi Patologik
-
Penyakit
Saluran Cerna
Penyakit saluran cerna dapat
mengurangi kecepatan atau jumlah obat yang diabsorbsi pada pemberian oral
melalui perlambatan pengososngan lambung, percepatan waktu transit dalam
saluran cerna, malabsorbsi, dan metabolisme dalam saluran cerna
-
Penyakit
Kardiovaskular
Penyakit ini mengurangi distribusi
obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal sehingga kadar obat tinggi dalam
darah dan menimbulkan efek yang berlebihan atau toksik.
-
Penyakit
Hati
Penyakit ini mengurangi metabolisme
obat di hati dan sintesis protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat bebas
dalam darah yang dapat menimbulkan respons berlebihan atau efek toksik.
-
Penyakit
Ginjal
Penyakit ini mengurangi eksresi obat
di ginjal dan mengurangi ikatan protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat
bebas dalam darah yang dapat menimbulkan respons berlebihan atau efek toksik.
c) Faktor Genetik (terutama berkaitan
dengan polimorfisme)
d) Faktor-Faktor Lain
-
Interaksi
Obat
-
Toleransi
Toleransi Farmakokinetik : terjadi karena obat meningkatkan metabolismenya sendiri (self inducer) misalnya barbiturat.
Toleransi Farmakodinamik atau Toleransi Seluler : terjadi karena proses adaptasi
sel atau reseptor terhadap obat yang terus menerus misalnya pada opiat,
amfetamin, dan benzodiazepin
Takifilaksis : toleransi farmakodinamik yang terjadi secara akut
-
Bioavailabilitas
-
Efek
Plasebo (terkait dengan hubungan pasien dan dokter)
- Pengaruh Lingkungan
Daftar Pustaka
https://ymgi.or.id/wp-content/uploads/2016/03/obat.jpg
Triphati, K.D. (2013). Essentials of MEDICAL PHARMACOLOGY Seventh Edition. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....