Mekanisme Kerja Obat



Obat-obat sebagian besar berinteraksi dengan 4 kategori utama, yaitu :
         Enzim; sebagian besar reaksi kimia di tubuh makhluk hidup dilakukan dengan bantuan katalis berupa enzim, maka obat berinteraksi dengan enzim untuk menimbulkan efek, caranya :
a.       Stimulasi enzim oleh obat sehingga meningkatkan kerjanya, contohnya pyridoxine yang bereaksi sebagai kofaktor dan meningkatkan aktivitas dekarboksilasi.
b.      Inhibisi enzim, dibagi menjadi inhibitor kompetitif dan non-kompetitif; inhibitor kompetitif dibagi lagi menjadi tipe equilibrium dan tipe non-equilibrium; tipe equilibrium yaitu obat yang strukturnya serupa dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, jadi jika obat berikatan dengan enzim maka produk tidak terbentuk, obat dan substrat memilik kemampuan berikatan dengan sisi aktif enzim yang seimbang, contohnya adalah allopurinol yang menggantikan substrat hypoxanthine berikatan dengan enzim Xantine oxidase; tipe non-equilibrium adalah obat yang berikatan dengan sisi aktif enzim namun lebih mudah berikatan daripada substrat normal, bisa membentuk ikatan kovalen kuat atau memiliki afinitas yang tinggi sehingga substrat tidak bisa menggantikan kedudukan obat di sisi aktif enzim, contohnya Methotrexate 50.000x lebih berafinitas pada enzim dihydrofolase reductase daripada substrat normal DHFA. Sedangkan inhibitor non-kompetitif bekerja pada sisi tidak aktif enzim namun membuat enzim kehilangan fungsi katalisatornya. Contohnya Theophylline pada enzim phosphodiesterase.
         Kanal ion/ion channels; obat bisa berinteraksi dengan kanal ion yang jenisnya ligand gated channels (contohnya kanal nikotin) atau G-protein regulated channels (contohnya cardiac β 1 adrenergic receptor activated Ca 2+ channel) dengan cara berinteraksi dengan reseptor pada kanal-kanal tersebut, selain itu obat juga bisa berinteraksi dengan voltage operated dan strecth sensitive channel dengan berikatan secara langsung pada kanal ion dan mempengaruhi keluar masuknya ion contohnya obat anestesi lokal yang menghalangi voltase Na+ channel, selain itu obat juga bisa bekerja dengan mengatur terbuka tertutupnya kanal ion, contohnya Nicorandil membuka ATP-sensitive K+ channel, Amiloride menutup Na+ channel pada epitel ginjal, Quinidine menutup myocardial Na+ channel.
         Transporter/protein transport; banyak obat yang beraksi dengan berinteraksi secara langsung dengan solute carrier class (SLC) dari protein transport untuk menghalangi transport fisiologis dari hasil-hasil metabolisme yang terjadi, contohnya amphetamines menghalangi reuptake dopamine di dalam neuron otak dengan interaksi pada dopamine transporter dan fluoxetine menghalangi neuronal reuptake dari 5-HT  dengan interaksi pada serotonine transporter (SERT).
         Reseptor; obat berinteraksi dengan reseptor pada membran sel/bagian dalam sel, macam-macam interaksi antara obat dan reseptor:
a.       Agonis : obat yang mengaktivasi reseptor untuk menghasilkan efek yang serupa dengan saat reseptor berikatan dengan molekul sinyal asli
b.      Inverse agonis : obat yang mengaktivasi reseptor untuk menghasilkan efek yang berkebalikan dengan saat reseptor berikatan dengan molekul sinyal asli
c.       Agonis parsial : obat yang mengaktivasi reseptor untuk membuat efek yang lebih lemah dari saat reseptor berikatan dengan molekul sinyal asli, namun mengantagonis agonis penuh
d.      Antagonis : obat yang mencegah aksi dari agonis pada reseptor/ mencegah respon yang akan terjadi, dibagi lagi menjadi beberapa macam :
-          Antagonisme fisiologik : antagonisme pada sistem fisiologi yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
-          Antagonisme reseptor : antagonisme pada sistem reseptor yang sama.
-          Antagonisme kompetitif : antagonis mengikat reseptor di tempat ikatan agonis (receptor site atau active site) secara reversibel sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi. Hambatan kadar agonis dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis sampai akhir dicapai efek maksimal yang sama.
-          Antagonisme nonkompetitif : hambatan efek agonis oleh antagonis nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal yang dicapai akan berkurang, tetapiafinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah.
-          Antagonisme parsial = agonis parsial
Selain bekerja pada kategori utama tersebut, obat juga bisa bekerja dengan berinteraksi dengan protein struktural (contohnya taxanes yang berikatan dengan protein struktural tubulin) atau berinteraksi dengan asam nukleat (contohnya agent alkilasi).



Daftar Pustaka

Triphati, K.D. (2013). Essentials of MEDICAL PHARMACOLOGY Seventh Edition. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Syamsuni, HA. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://img.okezone.com//content/2016/09/26/481/1498936/awas-obat-obatan-ini-bisa-merusak-ginjal-LIOvGhc6pe.jpg


Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi