Kiat Meraih Hidup Bahagia (Bagian 1)

Muqaddimah

Sesungguhnya ketenangan hati dan kesenangan serta rasa gundah dan resah merupakan keinginan setiap orang karena hal itu akan membuat tercapai kehidupan yang tenteram, bahagia dan sejahtera. Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan sarana-sarana yang bersifat religius, alami dan logika yang kesemuanya tidak akan dapat dicapai kecuali oleh seorang mu’min. Artikel ini merupakan ringkasan kitab al wasail mufidatul lil hayyat as sa'idah karya Syeikh Aburrahman bin Nasir as-Sa'di dan disampaikan dalam kajian rutin yang diisi oleh Ustadz Abu Zakariya Sutrisno, Ph.D, di masjid At-Tin

Terdapat 21 bab (tips) dalam kitab ini, serta akan terbagi menjadi 2 artikel, artikel saat ini adalah artikel pertama yang memuat bab 1-10.

  • Iman dan Amal Shalih (yg paling mendasari)
Allah berfirman "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik  laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,  maka sesungguhnya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl : 97 )

Allah ta'ala mengabarkan dan menjanjikan bagi siapa saja yang menggabungkan antara iman dan amal sholeh dengan kehidupan yang baik di dunia ini serta balasan kebaikan di dunia dan akhirat. Sebabnya jelas, karena orang-orang yang beriman kepada Allah ta’ala dengan iman yang benar dan berbuat amal shaleh yang dapat memperbaiki hati, akhlak, dunia dan akhirat, mereka memiliki pijakan dan landasan tempat menerima semua apa yang datang kepada mereka, baik yang berbentuk kebahagiaan maka akan bersyukur dan menggunakan itu sebagaimana fungsinya dan kesenangan atau penderitaan dan kesedihan maka akan bersabar dan mengharap pahala atas apa yang dialami.
“Sesungguhnya perkara seorang mu’min itu menakjubkan, karena semua perkara yang dialaminya adalah baik; jika mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka hal itu lebih baik baginya, jika mengalami kesulitan dia bersabar, maka hal itu lebih baik baginya, dan hal seperti itu tidak terdapat kecuali pada diri seorang mu’min.” (HR. Muslim). 
  • Berbuat baik terhadap sesama makhluk
Termasuk yang dapat mengusir perasaan gundah dan gelisah adalah berbuat baik kepada sesama makhluk dengan ucapan, perbuatan serta berbagai bentuk kebajikan. Karena perbedaannya bersumber dari keikhlasan dan harapan akan pahala Allah ta’ala. Allah berfirman “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar” (An Nisa: 114). 
Seseorang yang berharap dari Allah ta’ala akan selalu Allah berikan kepadanya pahala yang banyak, diantaranya: hilangnya perasaan gundah dan gelisah dan kesulitan hidup lainnya.
  • Sibuk dengan pekerjaan atau ilmu yang bermaanfaat
Termasuk hal yang dapat mengusir kegundahan yang timbul dari kegamangan jiwa karena hati disibukkan oleh urusan-urusan yang memberatkan adalah dengan menyibukkan diri dengan sebuah pekerjaan atau mendalami ilmu yang bermanfaat. Dengan begitu dia akan melupakan apa yang selama ini membebani dirinya dan yang selama ini membuatnya gelisah. Maka kemudian jiwanya menjadi tenang, semangatnya bertambah. 

  • Memusatkan pikiran untuk melakukan pekerjaan hari ini dan tidak dihantui oleh pikiran masa depan atau kesedihan masa lalu 

Rasulullah berlindung dari Al-Hamm dan Al-Hazn. Al-Hazn adalah perkara-perkara yang telah lalu yang tidak mungkin diulang dan didapati kembali, sedangkan Al-Hamm adalah sesuatu yang diakibatkan oleh ketakutan pada masa yang akan datang.
Rasulullah bersabda “Berusahalah untuk meraih apa yang bermanfaat untukmu, mintalah pertolongan Allah dan janganlah engkau lemah. Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan engkau katakan: Seandainya saya kerjakan ini niscaya akan jadi begini dan begitu, akan tetapi katakanlah bahwa Allah yang telah menetapkannya, apa yang Dia kehendaki Dia perbuat. Karena sesungguhnya (kata-kata) “seandainya” membuka peluang bagi perbuatan setan.” (HR. Muslim) 
Dalam hadits ini rasulullah menjelaskan ada 2 bagian tentang sesuatu
  1. Bagian dimana seorang hamba memungkinkan baginya untuk meraihnya atau meraih apa yang mungkinkan baginya, atau menolaknya atau meringankannya, maka dalam hal ini seorang hamba harus memperlihatkan kesungguhannya dan minta tolong kepada Rabb-nya 
  2. Bagian lain adalah bagian yang tidak mungkin untuk itu, maka pada hal tersebut seorang hamba harus tenang, ridha dan pasrah.
  •  Memperbanyak dzikir kepada Allah
Allah berfirman 

  • Sering menyebut nikmat Allah baik yang nampak maupun sembunyi

Mengenal nikmat-nikmat Allah dan selalu menyebutnya merupakan salah satu faktor yang dapat mengusir keresahan dan kesedihan, mendorong seorang hamba untuk bersyukur yang hal itu merupakan derajat syukur yang paling tinggi, walaupun ia tertimpa kefakiran, sakit atau musibah lainnya. Karena jika dia bandingkan antara nikmat Allah kepadanya yang tidak terhitung baik kwantitas ataupun kwalitasnya dengan apa yang dideritanya dari berbagai kesulitan, niscaya kesulitan tersebut tidak seberapa jika dibanding nikmat Allah ta’ala.

  • Melihat orang yang berada di bawahnya dan tidak melihat orang di atasnya

Rasulullah bersabda 

  • Melupakan berbagai penderitaan masa lalu yang tidak dapat ditolak

Melupakan berbagai kesulitan yang telah berlalu yang tidak dapat ditolak. Dia harus memahami bahwa menyibukkan diri dengan memikirkan hal tersebut merupakan perbuatan orang bodoh yang sia-sia. Oleh karena itu dia harus berusaha memalingkan hatinya untuk tidak memusatkan pikiran terhadap masalah tersebut dan agar tidak khawatir terhadap masa depannya dari dugaan kefakiran dan ketakutan atau kesulitan-kesulitan lain yang dia bayangkan. Dia juga memahami bahwa kehidupan masa depan tidak ada yang mengetahui, apakah dia akan mengalami kebaikan atau keburukan, terpenuhinya harapan atau kepedihan. Karena sesungguhnya semua itu berada di tangan Yang Maha Perkasa dan Bijaksana, manusia tidak berwenang sedikitpun di dalamnya kecuali berusaha untuk mendapatkan kebaikan masa depannya dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan.

  •  Berdoa dengan doa yang dipanjatlan Rasulullah
Contohnya

  • Memperkirakan kemungkinan terburuk yang akan menimpanya dan kemudian menguatkan diri untuk siap menerimanya

Berupaya menganggap ringan beban kesulitan yang ditanggungnya dengan memperkirakan kemungkinan terburuk yang akan menimpanya, kemudian dia kuatkan dirinya untuk menerima hal tersebut. Jika hal tersebut telah dilakukan maka selanjutnya dia berupaya untuk memperingan problema yang dihadapi sedapat mungkin. Dengan kemantapan jiwa dan upaya yang bermanfaat tersebut, akan hilanglah perasaan gundah dan resah, berganti dengan upaya nyata untuk mendatangkan kemanfaatan dan menolak kesulitan yang mudah bagi seorang hamba.

Allahu a'lam


Surakarta, 10 Mei 2022

Ulul Albab

Untuk artikel kedua, bisa dibaca di Bagian 2

 



 

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi