Istiqomah

 Muqaddimah

Artikel ini merupakan ringkasan dari kajian dan kitab 'Asyara Qawa'id fil Istiqamah karya Syaikh Prof Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr yang disampaikan oleh ustadz Abu Zakaria Sutrisno PhD.

Makna 'asyara dalam kitab ini bukan berarti hanya ada 10 perkara untuk istiqamah, namun hanya pengelompokan dari penulis yang dirasa oleh penulis 10 hal ini penting dan bersambungan satu sama lain, sama seperti halnya kitab hadits 'arbain.

Penulis menukil beberapa ayat, diantaranya

Sifat istiqomah akan menjadikan seorang muslim meraih kebahagian baik ketika di dunia maupun di akhirat. Dengannya pula seorang hamba akan meraih kemenangan dalam  bergulat dengan fitnah yang banyak sekali, bahkan istiqomah mengakibatkan kesudahan yang baik dari segala urusanya.
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Karamah yang paling besar dan agung adalah tetap berpegang teguh dengan istiqomah"

1. Istiqomah adalah anugrah Ilahiyyah dan hadiah Rabbaniyah

Hidayah (petunjuk.pent) kepada jalanNya yang lurus. Bahwa setiap perkara semua ada ditanganNya Azza wa Jalla yang mana Allah memberi petunjuk kepada siapa yang di kehendakiNya dan menyesatkan siapa yang di kehendakiNya.  
قال الله تعالى: {.. وَٱللَّهُ يَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٤٦}  النور: 46]
" Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus ". QS an-Nuur: 46.
قال الله تعالى: {وَٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا صُمّٞ وَبُكۡمٞ فِي ٱلظُّلُمَٰتِۗ مَن يَشَإِ ٱللَّهُ يُضۡلِلۡهُ وَمَن يَشَأۡ يَجۡعَلۡهُ عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٣٩} 
[الأنعام: 39]
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya, dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus". QS al-An'am: 39
قال الله تعالى: { إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٞ لِّلۡعَٰلَمِينَ ٢٧ لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَسۡتَقِيمَ ٢٨ وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٩} [التكوير: 27- 29]
" Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.  (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.. dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam ". QS at-Takwir: 27-29.
Ummu Salamah semoga Allah meridhoinya pernah berkata: "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, Wahai Rasulallah! Apakah hati itu bisa terbolak balik? Beliau menjawab: "Iya, Tidak ada seorangpun dari anak cucu Adam kecuali hatinya itu berada diantara jari-jemarinya Allah, jika Allah menghendaki maka di tetapkan pada (jalanNya), jika Allah menghendaki maka di palingkan (dari jalanNya )". HR Ahmad no: 26576. at-Tirmidzi no: 3522 (Syeikh Al Albani menghasankannya. Lihat ash-Shahihah al-Albani no: 2091.) 
Istiqomah itu ada di tangan Allah, siapa yang menginginkannya maka mintalah kepadaNya, dan bersungguh-sunguhlah di dalam memintanya. Doa yang diajarkan Rasulullah
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
"Ya Allah, Tuhan Jibrail, Mikail dan Israfil, pencipta langit dan bumi. Wahai, Tuhan yang mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nampak. Engkau yang menghukumi di antara hamba-hambamu atas apa yang mereka perselisihkan. Tunjukanlah aku kepada kebenaran apa yang menjadi perselihan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau Maha yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus"
قال الله تعالى: {ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧} [الفاتحة: 6، 7]
"Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". QS al-Fatihah: 6-7.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan: "Saya telah meneliti do'a apa yang paling bermanfaat, maka saya temukan bahwa do'a tersebut adalah meminta pertolongan diatas ridho Ilahi, kemudian saya melihat bahwa itu semua ada di dalam surat al-Fatihah dalam sebuah ayat yang berbunyi:
قال الله تعالى: {إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥} [الفاتحة: 5]
"Hanya Engkaulah yang Kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan". QS al-Fatihah:5.
Beliau melanjutkan: "Seorang hamba diperintahkan untuk selalu membiasakan meminta kepada Allah Azza wa jalla jalan hidayah kepada keistiqomahan"
Hasan al Bashri ketika membaca
قال الله تعالى: { إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ ...} [الأحقاف: 13]
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah.." QS al-Ahqaaf: 13.
Beliau lalu berdo'a: Ya Allah Engkaulah Rabb kami, berilah kami rizki untuk selalu di atas keistiqomahan"

 

 

  2. Istiqomah  yang hakiki adalah berpegang diatas manhaj (metode atau cara) yang tegak dan berjalan di atas jalan yang lurus yaitu salafus shalih

Abu Bakar semoga Allah meridhoinya di dalam tafsir firman Allah Ta'ala:

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ ...} [الأحقاف: 13]

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah.." QS al-Ahqaaf: 13.

Beliau mengatakan: "Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun".

Umar bin al-Khattab semoga Allah meridhoinya bahwasannya beliau jika membaca ayat ini di atas mimbar . Beliau mengatakan: "Mereka tidak mengaung seperti aungan srigala"  (diriwayatkan oleh Thabrani dalam tafsirnya [21/465])

Ibnu Abbas menjelaskan ayat di atas "Diatas kalimat  syahadah (persaksian) laa ilaha ilaa allah

Beliau juga  mengatakan: "Mereka beristiqomah di atas faraid (kewajiban-kewajiban.pent) yang mereka kerjakan"

Ibnu Rajab dalam Jaami'ul ulum wal hikam mengatakan "Istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus, yaitu (jalan yang lurus tersebut adalah) agama yang tegak lurus tanpa ada kebengkokan sedikitpun baik ke kiri maupun ke  kanan, yang mencakup di dalamnya semua perbuatan taat baik yang dhohir (nampak) maupun yang bathin (tersembunyi), dan meninggalkan seluruh larangan. Sehingga menjadikan wasiat ini (untuk istiqomah) merupakan wasiat yang mencakup seluruh dari cabang agama semuanya"

3. Asal dari istiqomah adalah istiqomahnya hati

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda: "Tidaklah mungkin keimanannya seorang hamba (bisa istiqomah) sampai hatinya beristiqomah". HR Ahmad dalam musnadnya 13048

Ibnu Rajab menjelaskan "Asal dari istiqomah adalah istiqomahnya hati di atas tauhid. Maka kapan hati bisa istiqomah di atas ma'rifah (mengetahui) kepada Allah, takut kepadaNya, mengagungkanNya, mencintaiNya, rasa raja' (berharap) kepadaNya, berdo'a kepadaNya, bertawakal kepadaNya serta berpaling dari selain Allah. Maka anggota badan akan bisa beristiqomah di atas ketaatan kepadaNya. Sesungguhnya hati adalah rajanya anggota badan sedangkan anggota badan adalah pasukannya, maka jika rajanya berada di atas keistiqomahan maka pasukan serta yang di pimpinnya akan menjadi beristiqomah"

Nabi shalallah 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, jika baik maka akan menjadi baik seluruh anggota badan, dan jika ia rusak maka rusak pula semua anggota  badannya, ketahuillah bahwa segumpal daging tersebut adalah hati". HR Bukhari no: 52, Muslim no: 1599

Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: {يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩} [الشعراء: 88، 89]

"(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih".  QS asy-Syua'araa: 88-89.

4. Istiqomah yang di tuntut dari seorang hamba adalah berusaha untuk selalu berada pada sebuah keistiqomahan jika tidak mampu maka lebih mendekatinya

Nabi bersabda "Sesungguhnya agama itu adalah mudah, tidak ada seorang pun yang mempersulit di dalam agama kecuali dia akan terkalahkan, maka dekatkanlah kepada sunah dan beri kabar gembira". HR Bukhari no: 39, 6463.

Seorang hamba di tuntut agar berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk sesuai dengan sunah, sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, metode dan perjalanan hidupnya, dan selalu berusaha untuk bisa mencapai hal tersebut. Jika tidak memungkinkan bagi dirinya untuk bertepatan dengan sunah secara sempurna maka setidaknya bisa mendekatinya.

قال الله تعالى: {.. فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ ..} [فصلت: 6]

"Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadaNya". QS Fushilat: 6.

Nabi  bersabda: "Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan ikutlah perbuatan buruk dengan kebaikan niscaya ia akan menghapusnya"

Nabi menyuruh Ali bin Abi thalib "Ingatlah dengan (amalanmu yang sesuai dengan sunah) seperti halnya panah yang tepat mengenai sasarannya. Dan ingatlah jalan hidayah seperti halnya engkau  menempuh sebuah jalan". Maka mendekatkan diri kepada sunah seperti lemparan yang setidaknya dekat dengan sasaran walaupun tidak masuk kepada lubangnya. Dengan catatan usahanya tak kenal lelah dan dibangun dengan niat yang benar di jalan yang benar. Karena sesungguhnya jikalau kita selalu berusaha untuk sesuai dengan sunah dalam setiap amalan maka seolah-olah kalian telah melakukan setiap perintah tersebut.

5. Istiqomah selalu terkait perkataan, perbuatan, dan niat

Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak akan bisa lurus (istiqomah.pent) imannya seorang hamba sampai hatinya lurus, dan tidak akan bisa lurus hatinya seorang hamba sampai lisannya lurus"(HR Ahmad)

Ibnu Rajab mengatakan: "Dan perhatian yang terbesar yang harus di perhatikan oleh seorang muslim dalam masalah istiqomah setelah hati dan amalan badannya adalah lisan, sesungguhnya lisan adalah penerjemah dan pengungkap apa yang ada dalam hatinya"

Dalil tentang hati sudah dijelaskan bab 3. Abu Sa'id al Khudri meriwayatkan Rasulullah bersabda "Jika anak cucu adam berada di pagi hari, sesungguhnya semua anggota badan mengingkari lisan seraya  mengatakan padanya: "Takutlah kepada Allah atas kami semua, sesungguhnya kami adalah bagian dirimu, jika kamu istiqomah (lurus.pent) maka kami pun akan istiqomah namun jika kamu bengkok (menyeleweng) maka kami pun akan terseret ikut (denganmu)". HR Tirmidzi no: 2407.

Jika hati telah memerintahkan kepada lisan untuk mengucapkan sesuatu maka lisan pun patuh mengucapkan apa yang menjadi kemauan hati, karena pada hakekatnya lisan adalah pengekor hati sedangkan amal perbuatan maka mereka mengikuti kemauan serta tunduk patuh kepada hati dan lisannya.

Maka wajib bagi muslim untuk memperhatikan hatinya dan selalu berusaha untuk memperbaikinya, dengan memohon kepada Allah Ta'ala supaya di luruskan hatinya dan di jauhkan dari  segala macam penyakit hati dari iri, dengki, hasad dan lainnya. Sehingga pada akhirnya akan melahirkan ucapan dan perkataan yang baik sambil di iringi dengan amalan-amalan sholeh.

6. Tidak ada istiqamah kecuali hanya untuk Allah, bersama Allah dan berjalan di atas perintah Allah

Pertama maksudnya yaitu, hanya untuk Allah, maknanya adalah ikhlas karena mengharap wajah Allah dengan makna lain seorang hamba beristiqomah dan berpegang dengan kuat untuk selalu  berjalan di atas jalan yang lurus (shiroqthol mustaqim.pent).

قال الله تعالى: {وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ} [البينة: 5]

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus".  QS al-Bayyinah: 5.

Kedua bersama Allah, maknanya selalu meminta pertolongan dari Allah dalam mencari istiqomah, dalam beristiqomah dan agar bisa teguh di atas keistiqomahannya

قال الله تعالى: {... فَٱعۡبُدۡهُ وَتَوَكَّلۡ عَلَيۡهِۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ١٢٣} [هود: 123]

"Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan". QS Huud: 123

Nabi bersabda "Bersemangatlah untuk mendapat yang bermanfaat bagi dirirmu dan minta pertolonganlah (untuk itu) kepada Allah". HR Muslim no: 2664

Ketiga berjalan di atas perintah Allah maknanya adalah hendaknya dalam beristiqomah dia menempuh manhaj (metode) yang benar, yaitu jalan yang lurus (shirothol mustaqim ) yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan kepada hambaNya

قال الله تعالى: {فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ ...} [هود: 112]

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu..". QS Huud: 112.

Ibnu Abbas menafsirkan al Ahqaf 13 (إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ..)  "Mereka tetap istiqomah di dalam mengerjakan faraidh (kewajiban-kewajiban) yang Allah bebankan kepadanya."

Al Hasan al Bashri mengatakan "Mereka tetap beristiqomah di atas perintah Allah, beramal ketaatan kepadaNya, serta menjauhi segala sesuatu yang di larang olehNya"

7. Bagi seorang muslim walaupun sudah dapat beristiqomah namun jangan sampai bersandar kepada amalannya

Sebesar apapun dan sebaik apapun istiqomah yang ditelah di miliki oleh seorang muslim maka jangan sampai dia menyandarkan pada amalanya serta tertipu dengan ibadahnya, tidak pula dengan banyaknya dzikir yang keluar dari bibirnya, serta ketaatan-ketaatan yang lainnya.

Rasulullah bersabda "Berusahalah agar (sesuai dengan) sunah, mendekatlah jika (tidak mampu  mengerjakan seluruhnya) dan berilah kabar gembira (pada orang lain), sesungguhnya tidak ada seorangpun yang akan masuk surga dengan sebab amalannya". Maka di katakan kepada Rasulallah: "Tidak pula engkau wahai Rasulallah? Beliau menjawab, "Tidak pula saya, kecuali bahwa Allah telah mengampuni saya dengan ampunanNya dan rahmatNya". HR Bukhari no: 6467, Muslim no: 2818

Maka dijelaskan dalam hadits tersebut ada perintah agar beristiqomah yaitu berusaha (untuk selalu sesuai dengan sunah) dan berusaha agar amalannya baik itu niat maupun perkataan serta amalan perbuatannya tepat dan sesuai dengan sunah. Oleh karena itu jangan sampai  ada seseorang yang bersandar dengan amalannya merasa bangga dengan amal perbuatannya, jangan berfikir bahwa dia akan selamat dengan sebab amalannya namun dia akan selamat dengan sebab rahmat Allah Tabaraka wa Ta'ala, ampunanNya dan keutamaanNya

8. Buah istiqamah di dunia adalah bisa istiqamah ketika meniti shirot pada hari kiamat nanti

Siapa yang telah di beri hidayah (petunjuk) untuk meniti shirothol mustaqim (jalan yang lurus) yaitu jalannya Allah Azza wa jalla di dunia ini maka dia akan di beri hidayah di kampung akhirat nanti ketika sedang menyebrangi shirot yang di bawahnya adalah neraka jahanam.

Ibnu Qayyim menjelaskan orang yang diberi hidayah di dunia, maka dia akan diberi hidayah ketika melewati siroth di akhirat kelak, namun kadarnya sesuai dengan amalannya dan seberapa besar ia menempuh hidayah ketika di dunia. Allah berfirman 

{هَلۡ تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٩٠} [النمل: 90]

"Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan". QS an-Naml: 90

Maka perhatikanlah terhadap syubhat (kerancuan) dan syahwat (hawa nafsu) yang bisa memalingkan dari jalan lurus ini. 

9. Pencegah istiqomah adalah syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang melalaikan

قال الله تعالى: {وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ...} [الأنعام: 153]

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya". QS al-An'am: 153

Ibnu Mas'ud mengatakan: "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menggaris (di hadapan) kami sebuah garis yang lurus, kemudian Rasulullah mengatakan: "Ini adalah jalannya Allah", lalu beliau menggaris garis-garis (yang lain) di samping kiri dan kanannya. Kemudian mengatakan: "Ini adalah jalan-jalan yang pada setiap jalan tersebut ada setan yang mengajak kepadanya"

Maka jika setan melihat ada seseorang yang sedang dalam keadaan lalai (melampaui batas) maka setan jadikan dirinya cinta dengan hawa nafsu yang ada, namun jika setan mengetahui bahwa dirinya dalam kondisi yang fit, semangat serta selalu menjaga keistiqomahannya maka dirinya dijerumuskan kedalam keraguan serta kesamaran di dalam beragamanya.

Para salaf mengungkapkan "Tidaklah Allah memerintahkan kepada hambaNya sebuah perintah kecuali ada dua cara bagi setan untuk menggoda bani adam, adakalanya (supaya) mereka melalaikan serta meremehkan (pada perintah tersebut), dan adakalanya diantarkan mereka sampai (batas) yang tidak wajar sehingga mereka ghuluw (berlebih-lebihan.pent). maka dengan dua hal inilah setan menghasut anak cucu Adam dan setan tidak peduli dengan mana dari keduanya ia tancapkan kuku-kukunya kepada anak cucu Adam"

Maka Ibnu Qoyyim menegaskan agar senantiasa meminta  hidayah agar  bisa sampai tujuan (akhirat).

10. Tasyabbuh dengan orang-orang kafir termasuk perkara terbesar yang bisa memalingkan dari istiqomah

Tasyabbuh kepada oraang kafir pada dua perkara yang di sebabkan oleh kerusakan adakalanya karena ilmunya yang tidak benar atau adakalanya karena amalannya yang tidak sesuai (dan semua itu disebabkana oleh kerusakan)

قال الله تعالى: {ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧} [الفاتحة: 6، 7]

"Tunjukilah Kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (nashrani). QS al-Fatihah: 6-7.

Maka kerusakan serta penyelewengan kaum yahudi adalah di karenakan rusaknya di dalam mengamalkan agamanya, karena mereka berilmu namun tidak mau mengamalkan ilmunya. Sedangkan kerusakan yang timbul di antara nashrani adalah di karenakan rusaknya ilmu mereka, mereka beramal tanpa disertai dengan ilmu yang mumpuni

Sementara kerusakan kita adakalanya  seperti yahudi atau nasrani dalam beribadah. 

قال الله تعالى: {وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ ...} [البقرة: 109]

"Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran". QS al-Baqarah: 109.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan "Yahudi dicela di karenakan hasadnya mereka kepada orang-orang yang beriman yang berada di atas petunjuk dan ilmu yang bermanfaat, namun sangat di sayangkan ada sebagian orang yang telah menasabkan dirinya kepada ilmu atau yang lainnya telah terfitnah dengan penyakit hasad ini yang mana pada kenyataannya orang tersebut telah Allah beri petunjuk mereka dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan yang shaleh. Maka merekalah orang-orang yang tercela (dengan penuh kepastian), dan ini dalam permasalahan ini termasuk dalam akhlak yang di murkai oleh Allah Azza wa jalla".

Rasulullah bersabda "Sungguh akan ada orang-orang yang akan mengikuti sunah (perjalanan, kebiasaan) orang-orang sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sampai-sampai kiranya mereka masuk ke lubang biawak sekalipun pasti akan ada yang  mengikuti mereka". HR Bukhari no: 7320, Muslim no: 2669.


Batang, 23 Oktober 2022

Ulul Albab


Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Laporan Praktikum Tingkat Reaksi