Tukang Kelapa dan Kelapa



Kelapa, buah yang tak asing bagi kebanyakan bangsa Indonesia apalagi untuk orang jawa dan minang. Banyak sekali olahan makanan yang berbahan dasar kelapa, mulai dari sayur lodeh, gudangan, jenang lemu, gudheg, rendang, gulai kambing sapi, gulai kepala ikan, opor ayam, dan lain sebagainya (kok jadi lapar). Semuanya itu butuh kelapa untuk meningkatkan cita rasanya (biar enggak bening kayak soto solo dan biar enggak hambar kayak responmu kepadaku wkwkwk).

Galau, malas, berangan-angan juga gak asing bagi kebanyakan orang Indonesia saat ini. Bahkan ada suatu jurnal (ini jurnal kesehatan yak) mengatakan orang Indonesia itu malas jalan kaki (termasuk penulis). Ada juga yang mengatakan orang Indonesia itu minat baca bukunya masih rendah (ya iyalah, salah siapa buku pakai pajak, jadi mahal kan harganya. Siapa juga yang mau beli buku wong di internet ada yang lebih murah). Orang Indonesia juga tingkat galau dan putus asanya tinggi, apalagi mendekati masa-masa pengumuman sesuatu tuh (udah percaya aja, penulis punya datanya kok tapi gak penting-penting banget untuk diumbar).

La terus kenapa sih kok yang diangkat kelapa dan rasa-rasa itu (bukan rasa ingin memiliki lo ya). Ya entah kenapa di ruang favorit penulis, secara tiba-tiba penulis dapat pikiran ada hubungannya mungkin karena penulis pernah ngalami keracunan santan .

Jadi begini nih, tukang kelapa mencari nafkah itu dengan menjual kelapa. Manusia memasak masakan itu dengan berbagai olahan rasa. Kelapa itu enak rasanya kalau diolah biar menghasilkan rasa. Tapi kalau cuma kelapa utuh tanpa diolah dengan baik dan langsung dimasukkan ke kuali masakan rendang, apa bisa menghasilkan rasa rendang yang menggoda (hati-hati kolestrol tinggi, kalian yang bersuku jawa patut waspada).

Perjalanan panjang terjadi di kelapa dan manusia nih agar bisa terwujud satu wadah rendang yang menggoda (ingat kontrol kolestrol kalian). Pertama kelapa pastinya ada di pohon, kita ketahui juga pohon kelapa itu tingginya lebih dari 1 meter. Jadi yang dilakukan pertama kali oleh tukang kelapa yaitu memanjat pohon kelapa tersebut dan memetiknya. Di sini etos KEBERANIAN dan KETELITIAN kita diuji serta dilatih, kalau tak berani gak usahlah sok-sokan manjat pohon kelapa, kalau gak teliti jangan harap masih bisa normal berjalan setelah dapat kelapanya. Setelah dipetik, pastinya kelapa dijatuhkan tuh ke bawah.

Alhamdulillah sudah dapat 2 pelajaran dari langkah pertama (yang baru dibocorin penulis lo ya, kalau yang lain silakan cermati sendiri ).

Kedua, setelah kelapa sudah di bawah (kayake ini enggak baku, tolong kasih kalimat bakunya yak) langkah selanjutnya itu ada 2. Si tukang kelapa langsung menjualnya atau dikupas terlebih dahulu (agar harganya lebih mahal). Kebanyakan kelapa akan dikupas oleh tukang kelapa sih (yang ini sebenere penulis mengira-ngira saja, soale gak mencermati tukang kelapa ketika akan menjual wkwkwk). Mengupas kelapa itu kita ketahui susah (bagi yang tau wkwk), harus dijambak pakai alat (sebut aja linggis, bendo, arit ~maaf aku gak tau bahasa indonesianya~) sedikit demi sedikit agar bisa hilang semua serabutnya. Di sini kita bisa tuh belajar KETEKUNAN kepada tukang kelapa (ayo gali hikmah lainnya).

Ketiga, setelah serabut hilang, masalah muncul lagi nih. Batok atau nama lainnya tempurung. Ternyata dikupas serabut pun kita belum bisa menikmati kelapanya. Masih ada tempurung keras yang melindungi daging kelapa. Maka si tukang kelapa atau si tukang masak akan berusaha memecahkan tempurungnya biar daging kelapa bisa dinikmati (ambil sendiri ya pembelajarannya).

Keempat dan terakhir, setelah tempurung dibuka, ternyata kelapa masih perlu diparut dengan susah payah agar menjadi serbuk kasar (itu sih dulu, sekarang ada mesin parut jadi mudah wkwk). Setelah diparut pun gak bisa langsung dimasukkan ke kuali untuk dicampur dengan daging dan bumbu lain, harus diperas menggunakan air biar keluar santannya (ini kayaknya masih manual). Baru setelah keluar santannya dicampurlah dengan daging dan lain sebagainya jadilah calon rendang yang siap dimatangkan.

Lihat panjang bukan perjalanannya. Coba kalau tukang kelapa tadi menyerah di awal perjalanan, maka gak ada tuh yang namanya masakan-masakan yang disebutkan di awal.

Hal ini sama dengan hidup kita kawan, bahwa hidup kita itu perjalanannya panjang. Pasti banyak hal yang menantang, banyak hal yang kadang mengecewakan kita, banyak pula rintangan dan hambatan. Tapi kita tak boleh langsung menyerah saja. Harus terus berusaha dan berusaha. Karena sari pati (santan) kelapa tak akan tercipta kalau prosesnya berhenti di tengah jalan, sama seperti hidup ini tak akan ada kesuksesan bila kita berhenti di tengah kita sedang berproses dan berjalan.

Kapal yang tangguh dibentuk bukan melewati laut yang tenang, namun melewati laut yang ganas.

Batang, 11 Agustus 2017
~~

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Pakaian Adat Jawa Tengah Perempuan