Memetik Hikmah dari Pengiriman Pasukan Usamah oleh Abu Bakar (Part 2)
Pengiriman pasukan Usamah bin Zaid di ujung kehidupan Rasulullah sedikit banyak membuat keributan di tengah para sahabat beberapa sahabat menginginkan agar Rasulullah mengangkat seseorang yang lebih senior daripada Usamah bin Zaid yang ketika itu berusia 18 tahun.
Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hanya menjawab permintaan para sahabat melalui sabdanya yaitu “kalau kalian masalah kepemimpinannya sungguh sebelumnya kalian juga telah mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah sungguh dialah yang pantas untuk memimpin, dan dia juga termasuk orang yang paling saya sukai. Begitu pula orang ini ini yaitu Usamah, dialah yang paling saya sukai sesudah ayahnya wafat.” ( Shahih Bukhari nomor 4469)
Kelima, urgensi bersegera mengikuti nabi
Dari peristiwa pemberangkatan Usamah bin Zaid oleh Abu Bakar ini memberikan contoh bahwa tidak ada yang lebih utama dari semua masalah yang dialami melainkan menjalankan perintah Nabi. Abu Bakar menjawab semua permintaan dan saran dari para sahabat dengan jawaban tegas yaitu “Sungguh aku tidak akan memulai suatu kebijakan apapun yang lebih utama dari melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.” (Tarikh Khalifah bin Khayyat)
Di riwayat lain disebutkan Abu Bakar mengucapkan “Demi Allah jika ada seekor burung yang menyambarku itu lebih aku sukai daripada aku memulai sesuatu Sebelum melaksanakan perintah Rasulullah.” (Thabaqat Ibni Sa'd)
Keenam, kemenangan dan kemuliaan kaum muslimin berkaitan dengan ittiba nabi
Thomas warnot berkomentar “Setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar mengutus pasukan yang mana Nabi berniat hendak mengutusnya menuju ke daerah pinggiran gerbang negeri Syam, meskipun sebagian kaum muslimin menentang, hal ini disebabkan keadaan di negeri Arab yang tidak stabil pada waktu itu, namun Abu Bakar mematahkan alasan dan argumen mereka dengan ucapan ‘Apakah aku harus menolak suatu ketetapan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam. Sekiranya aku aku ada binatang buas yang hendak menyambarku, aku akan tetap memberangkatkan pasukan Usamah sebagaimana yang sudah diperintahkan oleh Nabi.” kemudian Thomas juga menjelaskan “Bahwa ini merupakan awal mula rentetan ekspedisi perang yang memukau di mana bangsa Arab atau muslimin mampu melibas Suriah, Persia, Afrika Utara, dan mampu meruntuhkan Persia lama serta merenggut Imperium romawi dari wilayahnya yang paling indah.” (Ad-Da'wah Ila Al-Islam)
Hal ini sejalan dengan firman Allah “Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kalian diberi rahmat.” (Ali Imran : 132)
Ketujuh, Tidak seorangpun luput dari dosa selain Nabi
Dari kisah pemberangkatan pasukan ini, kita dapatkan bahwa setiap individu selain Nabi pasti pernah berbuat salah. Mulai dari kaum muslimin yang berbuat salah ketika mereka meminta kepada Abu Bakar agar menahan pasukan Usamah, dan Usamah pernah melakukan kesalahan ketika dia meminta izin kepada Abu Bakar untuk kembali pulang bersama pasukan ke Madinah, serta orang-orang Anshor juga pernah melakukan kesalahan ketika mereka meminta agar diangkat seorang laki-laki yang lebih tua dari Usamah sebagai panglima pasukan Nabi.
Hal ini ini tidaklah aneh, karena selain Nabi tidak ada yang berkata dan bertindak dengan Wahyu sebagaimana Allah berfirman “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah Wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An Najm ayat 3-4)
Kedelapan, pendapat mayoritas tidak bisa dijadikan standar jika menyelisihi Nas
Dari peristiwa ini ini, kita dapat ambil bahwa pendapat kaum muslimin saat itu tentang penangguhan pemberangkatan Usamah atau pendapat para Sahabat Ansor tentang penggantian panglima pasukan itu tidak serta merta harus dituruti dan dianggap benar. Karena hal itu bertentangan dengan yang diperintahkan Nabi tentang pasukan yang diberangkatkan ke daerah Romawi. Dari itu dapat disimpulkan bahwa apa yang diperintahkan Nabi adalah suatu kebenaran yang harus diambil, bukan yang lain, walaupun mayoritas manusia berpegang dengannya atau pun tidak berpegang dengannya.
Kesembilan, mengembalikan perselisihan kepada Al-Quran dan As-Sunnah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian, kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa : 59)
Keputusan Abu Bakar dalam menyelesaikan perselisihan perbedaan pendapat di antara dia dan para sahabat dengan mengembalikan kepada perintah nabi itu merupakan keputusan terbaik karena Rasul telah memberikan petunjuk kepada umatnya, yaitu pada saat itu tetap memberangkatkan pasukan Usamah ke daerah Romawi.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan kita orang yang ikut meniti jalan hidup para sahabat dalam menyelesaikan permasalahan ini, yaitu mengembalikan kepada nasi yang ada.
Comments
Post a Comment
Mari berkomentar dengan baik dan bijak.....