Memetik Hikmah dari Pengiriman Pasukan Usamah oleh Abu Bakar (Part 3, selesai)



        Pengiriman pasukan Usamah bin Zaid di ujung kehidupan Rasulullah sedikit banyak membuat keributan di tengah para sahabat beberapa sahabat menginginkan agar Rasulullah mengangkat seseorang yang lebih senior daripada Usamah bin Zaid yang ketika itu berusia 18 tahun.

       Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hanya menjawab permintaan para sahabat melalui sabdanya yaitu “kalau kalian masalah kepemimpinannya sungguh sebelumnya kalian juga telah mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah sungguh dialah yang pantas untuk memimpin, dan dia juga termasuk orang yang paling saya sukai. Begitu pula orang ini ini yaitu Usamah, dialah yang paling saya sukai sesudah ayahnya wafat.” ( Shahih Bukhari nomor 4469)


Beberapa hal yang bisa dipetik dari kejadian ini adalah
Point pertama-keempat dapat diakses di Part 1
Point kelima-kesembilan dapat diakses di Part 2

Kesepuluh, tunduk kepada kebenaran ketika mendengarnya

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan rasulnya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulnya maka sungguh dia telah sesat sesat yang nyata.” (Al-Ahzab ayat 36)

Para sahabat setelah mendengar penjelasan dari Abu Bakar As Siddiq, maka para sahabat saat itu pula tunduk dan patuh terhadap penjelasan Abu Bakar Siddiq. Karena pendapat Abu Bakar As-siddiq-lah yang benar karena mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. 

Semoga kita semua mampu meniti jalan hidup para sahabat yang selalu menunjukkan kepada mereka dan mengikuti ketika ada kebenaran setiap kali kebenaran itu nampak di hadapan kita.


Kesebelas, tidak ada pengecualian terhadap siapapun dalam amar ma'ruf nahi mungkar

Dari peristiwa ini, kita dapat ambil pelajaran bahwa amar ma'ruf nahi munkkar itu tidak hanya berlaku pada orang awam, tetapi kepada orang yang berilmu pun.

Sebagaimana yang terjadi pada Umar Bin Khattab yang ketika itu menyampaikan pendapat para kaum Anshar untuk mengganti panglima perang tetap diberikan respon oleh Abu Bakar sama seperti sahabat lain yaitu tetap mengabaikan pendapat Umar karena itu menyelisihi perintah Rasul. Begitu pula ketika sahabat menginginkan agar ditunda pengirimannya maka Abu Bakar tetap memberangkatkannya karena itu menyelisihi perintah Rasul. Abu bakar tidak merasa bimbang sedikitpun dalam beramar ma'ruf nahi munkkar walaupun yang berpendapat dan bertindak itu seorang tingkat Umar Bin Khattab.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah menjadi saksi dengan adil” (Al Maidah : 8)

Ini sudah ditafsirkan bahwa menunjukkan wajibnya amar ma'ruf nahi munkar menegakkan keadilan berhukum dengan juga harus adil, demikian dengan fatwa dan mengucapkan yang benar itu kewajibannya tidak gugur untuk disampaikan baik kepada musuh maupun teman dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu. (tafsir Al Qosimi)


Keduabelas, memadukan antara dakwah dan amal yang nyata

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman “Mengapa kalian menyuruh orang lain mengajarkan kebaikan sedang kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Alkitab, maka tidakkah kalian berpikir.” (Al-Baqarah : 44)

Proses pemberangkatan Usamah bin Zaid ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap ilmu yang dimiliki, dakwah yang disampaikan, maka harus di barengi dengan amal yang nyata. Ketika itu Abu Bakar mengantarkan pasukan Usamah berangkat dengan berjalan bersama dengan Usamah dengan posisi Abu Bakar berjalan di tanah dan Usamah berjalan di atas Kuda. Karena ini menunjukkan kepada pasukan Usamah, untuk mengakui kepemimpinan Usamah, meringankan kegundahan dari hati mereka, dan agar mereka, pasukan Usamah, benar-benar menerima kepemimpinan Usamah bin Zaid. Seakan-akan Abu Bakar berseru kepada kaum muslimin ‘Saksikanlah wahai kaum muslimin aku, Abu Bakar, meskipun aku khalifah Rasulullah, aku akan tetap berjalan bersama-sama dan dia menaiki tunggangan sebagaimana ketetapan serta penghormatan terhadap kepemimpinannya yang telah diperintahkan oleh Rasulullah pemimpin agung serta panglima tertinggi kita maka. Bagaimana mungkin kalian begitu lancar mengkritiknya’.

Selain itu, Abu Bakar ketika menginginkan agar Umar Bin Khattab menetap di Madinah, ia tidak langsung menyuruhnya menetap tetapi meminta izin kepada Usamah agar Umar tetap tinggal di Madinah bila Usamah mengizinkan hal itu. Dengan ini Abu Bakar menunjukkan suatu contoh yang menggambarkan pengakuan dan penghormatan atas kepemimpinan utama Usamah.


Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kita kekuatan dan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah serta contoh akhlak para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam


Disarikan dari buku Memetik Hikmah dari Pengiriman Usamah bin Zaid oleh Abu Bakar Surakarta, 23 April 2021 Ulul Albab

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat Limit Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pakaian Adat Jawa Tengah Pria

Pakaian Adat Jawa Tengah Perempuan